Monumen
Nasional atau yang lebih sering dikenal dengan nama Monas merupakan salah satu
bangunan bersejarah yang sangat terkenal di Indonesia. Terletak dikawasan Jln.
Medan Merdeka, kecamatan gambir, Jakarta Pusat. Yang titiknya disebut ring satu
karena sekelilingnya adalah pusat pemerintahan DKI Jakarta dan sekelilingnya. Dibangun
oleh Ir. Soekarno yang bertujuan untuk memperingati dan mengabadikan proklamasi
kemerdekaan RI, serta mencerminkan jiwa perjuangan Bangsa Indonesia. maka
arsitektur Tugu Nasional dan dimensinya penuh mengandung lambang khas budaya
bangsa Indonesia.
Monas
didirikan pada tanggal 17 Agustus tahun 1961 sampai dengan 1967. Dengan luas
80,3 hektare dan selama 6 tahun pembangunan Monas menghabiskan biaya sekitar 7
miliar. Ada beberapa objek atau atribut kemerdekaan disana, salah satu nya
Naskah Proklamasi dan rekaman suara asli Bung Karno pada saat membacakan teks
Proklamasi yang dapat di kunjungi oleh pengunjung. Ada banyak pula tempat
favorit pengunjung yang salah satunya seperti Ruang Kemerdekaan, Pelataran Puncak,
Lenggang Monas, Pelataran cawan, dan masih banyak lagi.
Monas ialah bangunan bersejarah
yang mempunyai tinggi sekitar 132 meter. Banyak pengunjung yang ingin naik ke
Puncak Monas untuk melihat kota Jakarta dari ketinggian. Di pelataran puncak
tugu Monas yang terletak pada ketinggian 115 meter dari halaman tugu memiliki
ukuran 11X11 meter, pengunjung dapat mencapai pelataran itu dengan menggunakan
elevator yang berkapasitas sekitar 8 orang. Di pelataran juga disediakan empat
teropong di setiap sudut.
Dipuncak monas terdapat tugu emas, pengelola
Monas menyebut jumlah keseluruhan emas yang ada di Tugu Monas seberat 72
kilogram. Memakai emas karena emas melambangkan kemakmuran Indonesia. Teuku Maryam
seorang pengusaha terkenal di aceh memberikan seberat 50 kg emas untuk
ditempelkan dilidah api kemerdekaan dan juga untuk melambangkan sebagai
semangat para pejuang bangsa Indonesia agar tdk padam. Pembangunan tugu Monas
dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu tahap pertama (1961-1965), kedua
(1966-1968), dan tahap ketiga (1969-1976). Pada tahap pertama pelaksanaan
pekerjaannya dibawah pengawasan Panitia Monumen Nasional dan biaya yang
digunakan bersumber dari sumbangan masyarakat. Tahap kedua pekerjaannya masih
dilakukan dibawah pengawasan panitia Monas. Hanya saja, biaya pembangunannya
bersumber dari Anggaran Pemerintah Pusat Sekertariat Negara RI. Pada tahap
kedua ini, pembangunan mengalami penurunan, karena keterbatasan biaya. dan pada
tahap ketiga pelaksanaan pekerjaan berada dibawah pengawasan Panitia Pembina
Tugu Nasional, dan biaya yang digunakan bersumber dari Pemerintah Pusat Direktorat
Jenderal Anggaran melalui Repelita dengan menggunakan Daftar Isian Proyek
(DIP).
Di ruang kemerdekaan Monas yang terletak
di dalam cawan tugu, terdapat empat atribut kemerdekaan yang meliputi peta
kepulauan Negara RI, Lambang Negara
Bhinneka Tunggal Ika, dan pintu Gapura yang berisi naskah Proklamasi
Kemerdekaan. Dan juga terdapat tempat untuk penyimpanan bendera pusaka
nantinya, jadi hanya tempatnya saja dan bendera pusaka yang asli masih ada di
Istana Merdeka.
Dan alasan bangunan
bersejarah ini disebut Monumen Nasional
agar kita semua dapat mengenang perjuangan bangsa Indonesia. Jadi, Monas ini
bentuknya monumen bersejarah untuk mengenang hasil kemerdekaan yang didirikan
oleh Presiden Soekarno bukan monumen kedaerahan karena di museumnya menceritakan
tentang sejarah singkatnya Indonesia, mulai dari orang Indonesia purba hingga
sekarang.
Tugu dan museum dibuka setiap hari,
mulai pukul 08:00 hingga 16:00 WIB sepanjang minggu kecuali
hari Senin saat tugu tutup. Sejak April 2016, monumen ini
juga buka pada malam hari mulai pukul 19:00 hingga 22:00 WIB
pada hari Selasa hingga Jumat dan mulai pukul 19:00 hingga
00:00 WIB pada hari Sabtu dan Minggu.
Monas
pertama kali diusulkan oleh Bapak Sarwoko Soedarsono seorang tokoh pelajar
biasa yang memberi ide kepada Bapak Soekarno untuk dibangunnya Monumen
bersejarah di Jakarta. Monas mulai dibangun pada bulan Agustus 1959.
Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu
Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno.
Pada tanggal 17 Agustus 1954, sebuah
komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan dan Monumen Nasional digelar
pada tahun 1955. Terdapat beberapa sayembara untuk perancangan Monas, sayembara
antara Mr. silaban dengan Sudarsono dan dipilihlah Sudarsono karna konsep yang
dipilih Mr. Silaban terlalu megah dan dana tidak mencukupi. Silaban di tugaskan
oleh Bung Karno untuk membangun Masjid Istiqlal. Sedangkan monas di prakarsai
oleh Sarwoko Martokusumo.
Friedrich Silaban, seorang Kristen
Protestan yang dipercayai oleh Presiden Soekarno sebagai perancang Masjid
Istiqlal. Saat itu, sebuah sayembara maket Masjid Istiqlal diadakan dengan juri
terdiri dari beberapa ulama dan arsitek terkenal seperti Ir. Roeseno, Ir.
Djuanda, Ir. Suwardi, Ir. R Ukar, Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik
Karim Amrullah (Buya Hamka), H. Abu Bakar Aceh, dan Oemar Husein Amin. Friedrich
Silaban ditetapkan sebagai pemenang utama yang berhak merancang arsitektur
bangunan Masjid Istiqlal, setelah berhasil memenangi hati para dewan juri,
termasuk Soekarno dengan karya berjudul "Ketuhanan". Rancangan
Friedrich Silaban ternyata selaras dengan pandangan Sukarno. Dengan konsep
arsitektur bangunan modern, maket Masjid Istiqlal karya Friedrich Silaban
dipenuhi dengan simbol perkembangan agama Islam dan sejarah Indonesia.
Monas tidak diresmikan namun langsung
dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Yang membukanya adalah gubernur
DKI Jakarta yang pada saat itu bernama Ali Sadikin. Monas tidak melakukan
perbaikan namun melakukan perawatan, yang mana terakhir kali melakukan
perawatan padah tahun 2014 bekerjasama dengan PT. Kaercher asal Jerman untuk
membersihkan seluruh debu - debu yang menempel pada marmer secara keseluruhan,
karena monas ini adalah cagar budaya jadi tidak boleh dirubah sedikitpun
kecuali untuk merapikan atau renovasi kecil – kecilan seperti plafond an sebagainya.
Terdapat 4 tujuan dibangunnya monas,
yaitu :
1. 1. Untuk mengenang perjuangan bangsa Indonesia
2.
2. Untuk mengenang Hari Proklamasi
3.
3. Untuk memotivasi generasi sekarang dan yang
akan datang
4.
4. Untuk berwisata dan edukasi.
Di pelataran puncak tugu Monas yang
terletak pada ketinggian 115 meter dari halaman tugu memiliki ukuran 11X11
meter, pengunjung dapat mencapai pelataran itu dengan menggunakan elevator
(lift-red) yang berkapasitas sekitar 8 orang. Di pelataran juga disediakan
empat teropong di setiap sudut. Ketika memasuki kawasan Monas kamu juga akan
disuguhkan dengan sejumlah pedagang di kawasan tersebut, ada banyak penjual
makanan dan minuman disana. Dan pada saat ini Monas dikelola oleh Unit
Pengelola Monumen Nasional dibawah Pemprov DKI yang ditangani langsung oleh
Dinas Pariwisata dan Ekonomi kreatif.
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatuka. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram, akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas. Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter di bawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17 Agustus 1945).
Setelah mengenal lebih dalam tentang Monas, kita dapat mengetahui bahwa perjuangan para pehlawan yang telah memperjuangkan negara ini harus selalu dikenang dan salah satunya dengan cara membangun Monumen Nasional agar generasi sekarang dan yang akan datang dapat mengetahui tentang seberapa besarnya perjuangan bangsa Indonesia untuk sampai pada pencapaian saat ini. Dan kita sebagai generasi yang akan datang harus selalu menjaga kelestarian dari monumen nasional kita ini agar tidak rusak serta mengajarkan sejarah kepada generasi selanjutnya agar menjunjung tinggi rasa nasionalisme.
Pada tanggal 10 September 2022 tepatnya hari
sabtu, kami sekelompok berangkat menuju Monumen Nasional atau yang lebih sering
disebut Monas Jakarta Pusat Kami berkumpul di Stasiun Cikarang dan berangkat
kurang lebih pukul 07.50 pagi bersama – sama. Menempuh waktu perjalanan sekitar
2 jam dan sesampainya di Stasiun
Gondangdia kami langsung memesan GoCar yang tentunya muat untuk kami berempat
menuju Monas, selagi menunggu GoCar datang kami melihat-lihat kawasan disana
sebentar.
Selesai dengan tugas wawancara kami menunggu antrean untuk masuk ke puncak Monas, kami menunggu sekitar 1 jam-an. Tiba saat giliran kami untuk naik ke puncak Monas, kami berempat naik lift untuk mencapai atas. Sesudah kami sampai diatas, angin menghembus menyejuk badan menyambut kami. Disini kami dapat melihat Kota Jakarta dan Kawasan sekitar Monas dari atas, sungguh indah dan tentu semuanya terlihat sangat kecil. Disediakan juga 4 teropong ditiap sisi. Tidak lupa, kami berswa foto untuk kenang-kenangan sekaligus dokumentasi perjalanan.
Tidak terasa sudah sekitar jam 14.00 siang,
kami membeli makan siang. Menu kali ini adalah nasi padang, karena salah satu
teman kami ingin sekali makan nasi padang sampai – sampai waktu pertama kali
kami menginjakkan kaki di kawasan Monas, ia sudah menyebutkan beberapa kali
kata “Nasi Padang”. Harga makanan dan minuman disini lumayan dapat disebut
terjangkau sih.
Dan sekitar pukul 14.40 siang, Karena jarak
antar Monas dan Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) dekat hanya tinggal
menyebrang saja, kami berinisiatif untuk ke sana sambil membawa nasi padang yang
sudah kami beli. Kami pun mencari tempat untuk makan, ada banyak sekali
pengunjung di sana. Kami juga berfoto bersama dan memotret beberapa karya yang
ada disana.
Pukul 15.40 sore, kami rasa sudah cukup
perjalan kami di Jakarta ini. Kami langsung memesan GoCar kembali menuju
Stasiun untuk pulang. Pukul 17.19 sore kami sampai di Stasiun Cikarang dan
bersiap untuk kembali kerumah masing-masing. Begitu banyak kenangan yang
terukir walau hanya satu hari, kami sangat senang dapat menambah ilmu dan
pengetahuan baru dan juga kebersamaan antar teman.
========================
0 comments:
Posting Komentar
Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.