Belajar Bahasa Indonesia Online SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Pencarian

16 November 2022

Asal Usul Monas - Monumen Nasional (Contoh Teks Cerita Sejarah)

========================
Judul TCS: Asal Usul Monumen Nasional (Monas)
Objek/Sumber TCS: Monumen Nasional (Monas)
Tanggal Upload: ....

Kelas: XII IPS 1
Kelompok: 6
Nama Anggota Kelompok:
1. Eva Amanda Septiani
2. Nabila Kisya Amelia
3. Nisrina Ekalista
4. Wahyu Putri Lestari

TCS (Teks Cerita Sejarah)


Orientasi

    Monumen Nasional atau yang lebih sering dikenal dengan nama Monas merupakan salah satu bangunan bersejarah yang sangat terkenal di Indonesia. Terletak dikawasan Jln. Medan Merdeka, kecamatan gambir, Jakarta Pusat. Yang titiknya disebut ring satu karena sekelilingnya adalah pusat pemerintahan DKI Jakarta dan sekelilingnya. Dibangun oleh Ir. Soekarno yang bertujuan untuk memperingati dan mengabadikan proklamasi kemerdekaan RI, serta mencerminkan jiwa perjuangan Bangsa Indonesia. maka arsitektur Tugu Nasional dan dimensinya penuh mengandung lambang khas budaya bangsa Indonesia.

Monas didirikan pada tanggal 17 Agustus tahun 1961 sampai dengan 1967. Dengan luas 80,3 hektare dan selama 6 tahun pembangunan Monas menghabiskan biaya sekitar 7 miliar. Ada beberapa objek atau atribut kemerdekaan disana, salah satu nya Naskah Proklamasi dan rekaman suara asli Bung Karno pada saat membacakan teks Proklamasi yang dapat di kunjungi oleh pengunjung. Ada banyak pula tempat favorit pengunjung yang salah satunya seperti Ruang Kemerdekaan, Pelataran Puncak, Lenggang Monas, Pelataran cawan, dan masih banyak lagi.

             Monas ialah bangunan bersejarah yang mempunyai tinggi sekitar 132 meter. Banyak pengunjung yang ingin naik ke Puncak Monas untuk melihat kota Jakarta dari ketinggian. Di pelataran puncak tugu Monas yang terletak pada ketinggian 115 meter dari halaman tugu memiliki ukuran 11X11 meter, pengunjung dapat mencapai pelataran itu dengan menggunakan elevator yang berkapasitas sekitar 8 orang. Di pelataran juga disediakan empat teropong di setiap sudut.

            Dipuncak monas terdapat tugu emas, pengelola Monas menyebut jumlah keseluruhan emas yang ada di Tugu Monas seberat 72 kilogram. Memakai emas karena emas melambangkan kemakmuran Indonesia. Teuku Maryam seorang pengusaha terkenal di aceh memberikan seberat 50 kg emas untuk ditempelkan dilidah api kemerdekaan dan juga untuk melambangkan sebagai semangat para pejuang bangsa Indonesia agar tdk padam. Pembangunan tugu Monas dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu tahap pertama (1961-1965), kedua (1966-1968), dan tahap ketiga (1969-1976). Pada tahap pertama pelaksanaan pekerjaannya dibawah pengawasan Panitia Monumen Nasional dan biaya yang digunakan bersumber dari sumbangan masyarakat. Tahap kedua pekerjaannya masih dilakukan dibawah pengawasan panitia Monas. Hanya saja, biaya pembangunannya bersumber dari Anggaran Pemerintah Pusat Sekertariat Negara RI. Pada tahap kedua ini, pembangunan mengalami penurunan, karena keterbatasan biaya. dan pada tahap ketiga pelaksanaan pekerjaan berada dibawah pengawasan Panitia Pembina Tugu Nasional, dan biaya yang digunakan bersumber dari Pemerintah Pusat Direktorat Jenderal Anggaran melalui Repelita dengan menggunakan Daftar Isian Proyek (DIP).

             Di ruang kemerdekaan Monas yang terletak di dalam cawan tugu, terdapat empat atribut kemerdekaan yang meliputi peta kepulauan Negara RI, Lambang  Negara Bhinneka Tunggal Ika, dan pintu Gapura yang berisi naskah Proklamasi Kemerdekaan. Dan juga terdapat tempat untuk penyimpanan bendera pusaka nantinya, jadi hanya tempatnya saja dan bendera pusaka yang asli masih ada di Istana Merdeka.

             Dan alasan bangunan bersejarah  ini disebut Monumen Nasional agar kita semua dapat mengenang perjuangan bangsa Indonesia. Jadi, Monas ini bentuknya monumen bersejarah untuk mengenang hasil kemerdekaan yang didirikan oleh Presiden Soekarno bukan monumen kedaerahan karena di museumnya menceritakan tentang sejarah singkatnya Indonesia, mulai dari orang Indonesia purba hingga sekarang.

             Tugu dan museum dibuka setiap hari, mulai pukul 08:00 hingga 16:00 WIB sepanjang minggu kecuali hari Senin saat tugu tutup. Sejak April 2016, monumen ini juga buka pada malam hari mulai pukul 19:00 hingga 22:00 WIB pada hari Selasa hingga Jumat dan mulai pukul 19:00 hingga 00:00 WIB pada hari Sabtu dan Minggu.

Urutan Peristiwa

Monas pertama kali diusulkan oleh Bapak Sarwoko Soedarsono seorang tokoh pelajar biasa yang memberi ide kepada Bapak Soekarno untuk dibangunnya Monumen bersejarah di Jakarta. Monas mulai dibangun pada bulan Agustus 1959. Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno.

           Pada tanggal 17 Agustus 1954, sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan dan Monumen Nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat beberapa sayembara untuk perancangan Monas, sayembara antara Mr. silaban dengan Sudarsono dan dipilihlah Sudarsono karna konsep yang dipilih Mr. Silaban terlalu megah dan dana tidak mencukupi. Silaban di tugaskan oleh Bung Karno untuk membangun Masjid Istiqlal. Sedangkan monas di prakarsai oleh Sarwoko Martokusumo.

            Friedrich Silaban, seorang Kristen Protestan yang dipercayai oleh Presiden Soekarno sebagai perancang Masjid Istiqlal. Saat itu, sebuah sayembara maket Masjid Istiqlal diadakan dengan juri terdiri dari beberapa ulama dan arsitek terkenal seperti Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir. Suwardi, Ir. R Ukar, Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka), H. Abu Bakar Aceh, dan Oemar Husein Amin. Friedrich Silaban ditetapkan sebagai pemenang utama yang berhak merancang arsitektur bangunan Masjid Istiqlal, setelah berhasil memenangi hati para dewan juri, termasuk Soekarno dengan karya berjudul "Ketuhanan". Rancangan Friedrich Silaban ternyata selaras dengan pandangan Sukarno. Dengan konsep arsitektur bangunan modern, maket Masjid Istiqlal karya Friedrich Silaban dipenuhi dengan simbol perkembangan agama Islam dan sejarah Indonesia.

          Monas tidak diresmikan namun langsung dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Yang membukanya adalah gubernur DKI Jakarta yang pada saat itu bernama Ali Sadikin. Monas tidak melakukan perbaikan namun melakukan perawatan, yang mana terakhir kali melakukan perawatan padah tahun 2014 bekerjasama dengan PT. Kaercher asal Jerman untuk membersihkan seluruh debu - debu yang menempel pada marmer secara keseluruhan, karena monas ini adalah cagar budaya jadi tidak boleh dirubah sedikitpun kecuali untuk merapikan atau renovasi kecil – kecilan seperti plafond an sebagainya.

            Terdapat 4 tujuan dibangunnya monas, yaitu :

1.     1. Untuk mengenang perjuangan bangsa Indonesia

2.     2. Untuk mengenang Hari Proklamasi

3.     3. Untuk memotivasi generasi sekarang dan yang akan datang

4.     4. Untuk berwisata dan edukasi.

      Di pelataran puncak tugu Monas yang terletak pada ketinggian 115 meter dari halaman tugu memiliki ukuran 11X11 meter, pengunjung dapat mencapai pelataran itu dengan menggunakan elevator (lift-red) yang berkapasitas sekitar 8 orang. Di pelataran juga disediakan empat teropong di setiap sudut. Ketika memasuki kawasan Monas kamu juga akan disuguhkan dengan sejumlah pedagang di kawasan tersebut, ada banyak penjual makanan dan minuman disana. Dan pada saat ini Monas dikelola oleh Unit Pengelola Monumen Nasional dibawah Pemprov DKI yang ditangani langsung oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi kreatif.

      Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatuka. Awalnya nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram, akan tetapi untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas. Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah. Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 m (3 meter di bawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17 Agustus 1945).

Reorientasi

      Setelah mengenal lebih dalam tentang Monas, kita dapat mengetahui bahwa perjuangan para pehlawan yang telah memperjuangkan negara ini harus selalu dikenang dan salah satunya dengan cara membangun Monumen Nasional agar generasi sekarang dan yang akan datang dapat mengetahui tentang seberapa besarnya perjuangan bangsa Indonesia untuk sampai pada pencapaian saat ini. Dan kita sebagai generasi yang akan datang harus selalu menjaga kelestarian dari monumen nasional kita ini agar tidak rusak serta mengajarkan sejarah kepada generasi selanjutnya agar menjunjung tinggi rasa nasionalisme.


Nama Narasumber:
1. Bapak Ajis (Tour Guide)

2. Ibu Ayustrisma Medianti (Tour Guide)

3. Ibu Wida Rahmawati  (Tour Guide)


Dokumentasi:

- Foto Tim dengan narasumber



- Foto tim di depan objek/bangunan

- Foto objek/bangunan sejarah













Rekaman Suara

1. Narasumber 1
2. Narasumber 2
3. Narasumber 3

Bukti Foto Wawancara


PERJALAN MENUJU MONAS


  Pada tanggal 10 September 2022 tepatnya hari sabtu, kami sekelompok berangkat menuju Monumen Nasional atau yang lebih sering disebut Monas Jakarta Pusat Kami berkumpul di Stasiun Cikarang dan berangkat kurang lebih pukul 07.50 pagi bersama – sama. Menempuh waktu perjalanan sekitar 2 jam dan sesampainya di Stasiun Gondangdia kami langsung memesan GoCar yang tentunya muat untuk kami berempat menuju Monas, selagi menunggu GoCar datang kami melihat-lihat kawasan disana sebentar.


  GoCar pun datang, kami semua langsung bergegas naik ke mobil. Sesampainya di depan pintu gerbang Monas, kami langsung berjalan masuk dan melihat banyak sekali polisi disana yang ternyata itu ada mahasiswa yang baru saja lulus dari jenjang SMA. Dibagian kanan kawasan monas dari pintu masuk kalian dapat melihat ada berbagai penjual makanan dan minuman disana. Karena rasa lapar mulai muncul, kami pun membeli kuliner khas Jakarta ini yaitu Kerak Telor seharga Rp. 30.000. Setelah makan, kami pun langsung bergegas untuk mencari target narasumber yang bisa kami mintai beberapa informasi.  Setelah makan, kami memutuskan untuk masuk ke dalam Monas (Museum Sejarah Nasional) dengan membeli karcis yang harganya sekitar Rp. 30.000, ada beberapa miniature cuplikan perjuangan bangsa indonesia disana. Tidak lupa dengan tugas kami disini, kami pun langsung bergegas mencari target narasumber yang bisa kami mintai beberapa informasi. Dapatlah seorang Tour Guide yang mau kami wawancarai, narasumber pertama bernama Bapak Ajis, narasumber kedua bernama Ibu Ibu Ayutrisma Medianti dan yang terakhir bernama Ibu Wida Rahmawati. Beliau semua sangat baik dan ramah kepada kami.

   Selesai dengan tugas wawancara kami menunggu antrean untuk masuk ke puncak Monas, kami menunggu sekitar 1 jam-an. Tiba saat giliran kami untuk naik ke puncak Monas, kami berempat naik lift untuk mencapai atas. Sesudah kami sampai diatas, angin menghembus menyejuk badan menyambut kami. Disini kami dapat melihat Kota Jakarta dan Kawasan sekitar Monas dari atas, sungguh indah dan tentu semuanya terlihat sangat kecil. Disediakan juga 4 teropong ditiap sisi. Tidak lupa, kami berswa foto untuk kenang-kenangan sekaligus dokumentasi perjalanan.


  Tidak terasa sudah sekitar jam 14.00 siang, kami membeli makan siang. Menu kali ini adalah nasi padang, karena salah satu teman kami ingin sekali makan nasi padang sampai – sampai waktu pertama kali kami menginjakkan kaki di kawasan Monas, ia sudah menyebutkan beberapa kali kata “Nasi Padang”. Harga makanan dan minuman disini lumayan dapat disebut terjangkau sih.

  Dan sekitar pukul 14.40 siang, Karena jarak antar Monas dan Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) dekat hanya tinggal menyebrang saja, kami berinisiatif untuk ke sana sambil membawa nasi padang yang sudah kami beli. Kami pun mencari tempat untuk makan, ada banyak sekali pengunjung di sana. Kami juga berfoto bersama dan memotret beberapa karya yang ada disana.

  Pukul 15.40 sore, kami rasa sudah cukup perjalan kami di Jakarta ini. Kami langsung memesan GoCar kembali menuju Stasiun untuk pulang. Pukul 17.19 sore kami sampai di Stasiun Cikarang dan bersiap untuk kembali kerumah masing-masing. Begitu banyak kenangan yang terukir walau hanya satu hari, kami sangat senang dapat menambah ilmu dan pengetahuan baru dan juga kebersamaan antar teman.





















Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial




========================
Share:

0 comments:

Posting Komentar

Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Populer di Indonesia

Sahabat Sejati

Informasi Terkini

Populer Bulanan

Populer Mingguan

Kirim Pesan

Nama

Email *

Pesan *

Arsip Blog