Live Streaming Online Belajar Bahasa Indonesia SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Sejarah Klenteng Tek Seng Bio

========================
Judul TCS: Sejarah Klenteng Tek Seng Bio
Objek/Sumber TCS: Klenteng Tek Seng Bio
Tanggal Upload: 22 September 2022

Kelas: XII IPS 4
Kelompok: 5
Nama Anggota Kelompok:
1. Andhika Adam Aswangga Kusuma
2. Glennardy Marcelino Handoyo
3. Muhammad Rizqy Maulana Putra
4. Salzha Bella Pramesti
5. Zahra Aurelia Pangesti

TCS (Teks Cerita Sejarah)


Orientasi

    Klenteng adalah tempat ibadah bagi umat Konghucu, Buddha, dan penganut kepercayaan tradisional tionghua. Klenteng biasanya terletak di daerah yang banyak ditinggali masyarakat tionghua. Salah satu contohnya ada di Pusat Pertokoan Pasar Lama Cikarang. Terdapat sebuah klenteng yang juga menjadi salah satu bangunan tertua di Cikarang, Klenteng Tek Seng Bio. 

Urutan Peristiwa

Klenteng Tek Seng Bio didirikan oleh Tjio Lo Weh yang juga ketua pertama Klenteng Tek Seng Bio. Tjio Lo Weh adalah seorang perantau dari Qixing, Fujian, Tiongkok. Di kampung halamannya dimakamkan seorang guru besar dimasa Dinasti Ming yang bernama Lim Kay Chun. Pada tahun 1568 Lim Kay Chun terpilih sebagai sarjana utama di Akademi Hanlin (Hanlim Tayhaksu/Hanlin Daxueshi 翰林大學士) dan mendapat tugas untuk mengedit dan xmengatur catatan sejarah negara (編修史記). Pada tahun 1573 Lim Kay Chun dipromosikan menadi guru besar(Thaysu/Taishi 太師) dari pemerintah dan juga sebagai guru dari pangeran mahkota (Thaycu Thayhu/Taizi Taifu 太子太傅). Selama Lim Kay Chun menjabat sebagai guru besar, dia menyelamatkan sebuah kuil dari kehancuran para pengacau yang ada wilayahnya. Setelah menangkap para pengacau. Pada suatu malam Jiuhuang Dadi datang kedalam mimpi Lim Kay Chun untuk menunjukkan rasa terima kasih terhadap usaha Lim dalam menyelamatkan kuil tersebut. Jiuhuang Dadi kemudian menganugrahi Lim dengan gelar Jiuhuang Taishi Gong (九皇太師公) atau Kiu Hong Thay Su Kong dalam dialek Hokkian. Hari berikutnya ketika Lim kembali ke kuil tersebut, dia melihat sebuah kursi yang didedikasikan untuk dirinya. Sejak itu, Lim juga dikenal sebagai dewa dengan nama Lim Thay Su Kong. Karena kebijaksanaan, sifat luhur, dan jasa-jasanya Lim Thay Su Kong banyak dihormati oleh masyarakat di daerah Fujian. Lim Thay Su Kong dipuja sebagai dewa yang memberikan kesembuhan dan memperlancar urusan administrasi dan keuangan.

Dari klenteng tempat penghormatan Lim Thay Su Kong yang ada di Fujian, Tjio Lo Weh membawa Kimsin (patung) dan abu sembahyang Lim Thay Su Kong ke Indonesia. Pada tahun 1828 Tjio Lo Weh mendirikan tempat penghormatan untuk Lim Thay Su Kong di rumah pribadinya yang terletak di jalan Sukaraya. Karena bertambahnya umat yang datang untuk menghormat pada Lim Thay Su Kong dan kondisi rumah pribadi Tjio Lo Weh yang tidak memungkinkan untuk menampung banyak umat yang datang, akhirnya tempat penghormatan Lim Thay Su Kong dipindahkan ke daerah Pertokoan Pasar Lama pada 1900. Walaupun tergolong sederhana, tempat yang baru lebih memungkinkan untuk menampung banyak umat yang datang untuk menghormat kepada Lim Thay Su Kong.

Tempat penghormatan baru untuk Lim Thay Su Kong diberi nama Tek Seng Bio yang memiliki arti Klenteng di pinggir sungai karena di belakang bangunan tersebut terdapat sebuah sungai. Nama tersebut terbilang unik untuk sebuah Klenteng karena biasanya penamaan Klenteng diambil dari nama dewa utama Klenteng tersebut dan bukan dari kondisi geografis sekitar Klenteng, misalnya Klenteng dengan dewa utama Bu An Tay Tee Kwan Sing Tee Kun biasanya diberi nama Kwan Sing Bio, klenteng dengan dewa utama Lo Cia Tiong Tan Lie Goan Swee biasanya diberi nama Lo Cia Bio.

 Bangunan awal dari Klenteng Tek Seng Bio sangatlah sederhana. Bila dilihat dari luar, bangunan hanya seperti rumah biasa, tidak terlihat arsitektur tionghua seperti di Klenteng lain. Bangunan utama Klenteng Tek Seng Bio terdiri dari dua tiang kayu yang berbentuk balok. Altar Kongco Lim Thay Su Kong masih berbentuk kuil Yunani kuno. Di samping kiri altar Kongco Lim Thay Su Kong terdapat altar Kongco Bu An Tay Tee Kwan Sing Tee Kun dan di bawah altar Kongco Lim Thay Su Kong terdapat altar Dewa Bumi To Tik Kong. Di ruangan sebelah kanan terdapat altar Sang Buddha dan Makco Kwan She Im Phosat, serta para Embah atau Datuk. Di ruangan dapur terdapat altar dewa dapur Kongco Cao Kun Kong. Ruangan utama dan altar Kongco Lim Thay Su Kong menghadap arah Selatan dengan kemiringan sekitar lima derajat, ini berkaitan dengan filosofi tiongkok seolah-olah bangunan Klenteng Tek Seng Bio “hidup” tidak kaku.

Klenteng Tek Seng Bio mengalami renovasi besar pada tahun 2002 dengan menghilangkan dua tiang utama dan memugar total altar Kongco Lim Thay Su Kong. Di samping kanan altar Kongco Lim Thay Su Kong ditambahkan altar Kongco Hok Tek Ceng Sin. Seluruh altar yang telah ada di Klenteng Tek Seng Bio juga direnovasi. Di ruangan belakang ditambahkan altar dewa pelindung kota tepi sungai, jendral langit Kongco Qing Yuan Mia Dao Zhen Jun Er Lang Sen dan altar raja setan Makco Tay Sui ya. Setelah renovasi besar, Klenteng Tek Seng Bio tampak lebih megah dengan penambahan arsitektur tionghua.

Dengan diperbolehkannya kembali tradisi tionghua di Indonesia setelah Masa Revolusi, Klenteng Tek Seng Bio mulai mengadakan dan mengikuti kegiatan ritual. Biasanya Klenteng Tek Seng Bio mengikuti kirab budaya dalam perayaan Shejit (ulang tahun dewa) dan Cap Go Meh di Bekasi, Karawang, Jakarta, Kudus, Slawi, Tangerang,dan Bogor. Klenteng Tek Seng Bio juga merayakan ulang tahun Kongco Lim Thay Su Kong pada tanggal empat bulan empat penanggalan tionghua. Dalam rangka perayaan Shejit Kongco Lim Thay Su Kong biasanya diadakan ritual Lokthung (mediumisasi dewa), Tahwee (injak bara api), Chiyu (mandi minyak panas), mengundang perkumpulan barongsai dan tarian naga dari Klenteng-klenteng lain untuk tampil, serta menggelar hiburan gambang kromong. Dalam tiap perayaan Shejit Kongco Lim Thay Su Kong, banyak orang dating untuk memeriahkan acara, ada yang bertanya pada saat mediumisasi Kongco Lim Thay Su Kong, berpartisipasi dalam Tahwee dan Chiyu, serta berjoget saat pagelaran gambang kromong. Perayaan Shejit di Klenteng Tek Seng Bio merupakan salah satu Perayaan Shejit paling ramai di Jawa Barat.

Pada tahun 2009 Klenteng Tek Seng Bio mendirikan perkumpulan barongsai dan tarian naga untuk para pemuda pemudinya. Perkumpulan tersebut diberi nama Perkumpulan Barongsai dan Naga Teratai Putih.  Perkumpulan Teratai putih lalu berganti nama menjadi Dharmaphala Dragon and Lion Dance troupe yang memiliki arti pelindung kebenaran, agar diharapkan anggota Dharmaphala menjadi seseorang dengan jalan yang benar. Barongsai dan tarian naga menjadi salah satu kegiatan andalan Klenteng Tek Seng Bio. Tentunya karena dukungan dari Klenteng Tek Seng Bio dan Rombongan Tarian Singa Kun Seng Keng Malaysia, Tim barongsai terbaik ke empat di Indonesia milik Tek Seng Bio tersebut meraih banyak prestasi di kejuaraan-kejuaran bergengsi seperti juara satu dalam Kejurnas kategori tradisional dan juara tiga dalam Pontianak International Lion Dance Competition pada 2018, berhasil meraih Rank-6 dalam China-Asean Lion King Competition di Guanxi, Tiongkok pada 2019, dan yang terbaru meraih  juara 3 dan juara favorit dalam pertandingan barongsai tonggak virtual Federasi Olahraga Barongsai Indonesia pada 2020.

Keberadan barongsai juga menambah pemuda pemudi yang ada di Klenteng Tek Seng Bio, sehingga Klenteng Nampak lebih ramai terutama di hari Sabtu dan Minggu, hari dimana latihan barongsai dilaksanakan. Karena banyaknya relasi Dharmaphala Dragon and Lion Dance Troupe dengan perkumpulan lain, pada shejit Kongco Lim Thay Su Kong tahun 2018, Klenteng Tek Seng Bio dapat mengundang seluruh perkumpulan barongsai dan tarian naga di Jawa Barat, beberapa perkumpulan dari Tangerang dan Jakarta, bahkan satu tim dari Malaysia. Klenteng Tek Seng Bio juga pernah menggelar Bekasi Open Lion Dance Competition pada Shejit tahun 2019 yang diikuti perkumpulan barongsai dari seluruh Jawa Barat, Banten, dan Lampung. Di dalam kegiatan seperti kirab, bakti sosial serta ritual-ritual juga selalu melibatkan pemuda-pemudi Dharmaphala Dragon and Lion Dance Troupe.

Saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada 2020, semua kegiatan yang ada di Klenteng Tek Seng Bio bahkan Klenteng se-indonesia terhenti. Tidak ada perayaan dan ritual yang diadakan demi kesehatan seluruh umat dan masyarakat. Namun, pada pertengahan 2021 hingga 2022 kegiatan sudah mulai berjalan kembali. Umat-umat sudah mulai beribadah kembali, mulai ada perayaan dan ritual, serta kegiatan barongsai juga sudah berjalan kembali.

 

Reorientasi

Klenteng Tek Seng Bio yang adalah salah satu bangunan tertua di Cikarang merupakan tempat ibadah bagi umat Konghucu, Buddha, dan penganut kepercayaan tradisional tionghua. Klenteng Tek Seng Bio didirikan oleh Tjio Lo Weh, seorang perantau dari Qixing, Fujian, Tiongkok. Ia mendirikan sebuah tempat untuk menghormati Lim Kay Chun atau yang dikenal sebagai Kongco Lim Thay Su Kong, seorang guru besar dimasa Dinasti Ming. Tjio Lo Weh membawa Kimsin (patung) dan abu sembahyang Lim Thay Su Kong ke Indonesia.

 Pada tahun 1828 Tjio Lo Weh mendirikan tempat penghormatan untuk Lim Thay Su Kong di rumah pribadinya yang terletak di jalan Sukaraya, yang lalu dipindahkan ke daerah Pertokoan Pasar Lama pada 1900. Tempat penghormatan baru untuk Lim Thay Su Kong diberi nama Tek Seng Bio yang memiliki arti Klenteng di pinggir sungai. Bangunan awal dari Klenteng Tek Seng Bio sangatlah sederhana. Klenteng Tek Seng Bio mengalami renovasi besar pada tahun 2002.

Dengan diperbolehkannya kembali tradisi tionghua di Indonesia setelah Masa Revolusi, Klenteng Tek Seng Bio mulai mengadakan dan mengikuti kegiatan ritual. Biasanya Klenteng Tek Seng Bio mengikuti kirab budaya dalam perayaan Shejit (ulang tahun dewa) dan Cap Go Meh. Klenteng Tek Seng Bio juga merayakan ulang tahun Kongco Lim Thay Su Kong pada tanggal empat bulan empat penanggalan tionghua. Pada tahun 2009 Klenteng Tek Seng Bio mendirikan perkumpulan barongsai dan tarian naga untuk para pemuda pemudinya. Perkumpulan tersebut diberi nama Perkumpulan Barongsai dan Naga Teratai Putih.  Perkumpulan Teratai putih lalu berganti nama menjadi Dharmaphala Dragon and Lion Dance troupe yang sekarang menjadi perkumpulan barongsai terbaik nomor 4 di Indonesia. 

Saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada 2020, semua kegiatan yang ada di Klenteng Tek Seng Bio bahkan Klenteng se-Indonesia terhenti. tidak ada perayaan dan ritual yang diadakan. namun pada pertengahan 2021 hingga 2022 kegiatan sudah mulai berjalan kembali.

Klenteng Tek Seng Bio juga menjadi bukti bahwa sejak lama masyarakat Tionghoa dan pribumi telah hidup berdampingan. Bukti bahwa selama kita saling menghormati, semua indah dijalani. Untuk itu, kita sebagai warga negara harus menjaga kerukunan antar ras, agama dan golongan.



Nama Narasumber:
1. Bpk Waluyo Se (warga)
2. Bpk Aldo (warga)
3. Bpk Andrey (warga)
















Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial




========================

Baca Informasi Terkait: