Johan Paul Graaf van Limburg Stirum (2 Februari 1873 - 17 April 1948)
adalah seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan Diplomat Belanda. J.P.
Graaf van Limburg Stirum menjabat sebagai Gubernur Jenderal dari 21 Maret 1916
- 21 Maret 1921. Beliau juga merupakan pendiri Volkskraad (Dewan Rakyat)
pada 18 Mei 1918. Limburg Stirum dianggap sebagai pilihan terbaik untuk menjadi
Gubernur Jenderal bagi Hindia Belanda setelah Van Deventer, yang juga sempat
dicalonkan namun gagal karena meninggal. Sebelum mendirikan Volksraad, dirinya
pernah mendirikan Comite Indie Weerbaar pada Juli 1916.
Gereja Zebaoth
terletak di Jl. Ir. H Juanda No.3 Bogor, yang bersebelahan dengan Plantentuin
te Buitenzorg (Kebun Raya Bogor). Gereja Zebaoth memiliki struktur bangunan
yang sama dengan Gereja induknya yang berada di Belanda, yaitu Gereja Hervormd.
Dalam sistem organisasinya pun masih digunakan sistem hirarki karena diurus
langsung oleh pemerintah Hindia Belanda.
Disekitar Gereja terdapat
kantor pengelola Gereja, rumah yang ditinggali pendeta, pos satpam yang berada di gerbang
masuk dan gerbang keluar, taman yang tepat di depan Gereja Zebaoth, lalu ada
pusat perpustakaan dan penyebaran teknologi pertanian (PUSTAKA) berada
disebrang Gereja Zebaoth, Sebelah utara dan timur, Gereja Zebaoth berbatasan
langsung dengan Istana Bogor, sementara di sebelah selatan dengan Kebun Raya
Bogor. Bangunan Gereja Zebaoth memiliki luas sekitar 868 meter persegi dan berdiri di
atas lahan seluas 5.154 meter persegi. Saat ini, bangunan dimiliki Yayasan
Gereja Zebaoth.
Bangunan gereja berdenah persegi empat dengan
luas bangunan 867, 64 m² di atas lahas
seluas 5.154, 24 m² ini, memiliki menara di bagian depan bangunan yang dihiasi
dengan patung ayam dari besi di atasnya. Sehingga, dulu masyarakat juga ada
yang menyebut gereja ini dengan istilah “Hanekerk” atau Gereja Ayam dikarenakan
puncaknya terdapat patung ayam tersebut. Jendela-jendela pada bangunan ini
tinggi dengan berbagai bentuk seperti persegi panjang dan persegi di bagian bawahnya
kemudian di atasnya membentuk segitiga. Selain itu, pintu utama gereja atasnya
berbentuk setengah bulat dan bawahnya berbentuk persegi.
Pada tahun 1896
umat Katolik mendirikan gedung gereja mereka sendiri yang tidak jauh dari gedung
gereja ini di Jalan Banten / Bantammer weg (kapten Muslihat saat Ini) yang
kemudian gedung gereja ini dikenal dengan Gereja Katedral. 24 tahun kemudian
tepatnya pada 30 Januari 1920 umat
Protestan juga membangun gedung gereja mereka sendiri diantara gedung gereja
yang lama dan Gereja Katedral. Yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh
Gubernur Jendral Belanda yang ke 61 pada
saat itu yaitu J.P. Graaf van Limburg
Stirum yang kemudian gedung gereja tersebut diberi nama "Königin Wilhelmina Kerk“. Dibatu itu
terukir petikan Di batu itu terukir petikan ayat Alkitab dari Mazmur 43:3 dalam
bahasa Belanda:
‘Zend Uw Licht
en Uw Waarheid Dat Die Mij LeidenDat Zij Mij Brengen Tot Den Berg Uwer
Heiligheid En Tot Uw Woningen ‘
Artinya :
"Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan
dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu!“
Selama dua
puluh tahun berikutnya, ke dalam Gereja ini para Gubernur Jenderal D. Fock,
Jonkheer A.C.D. de Graeff, Jonkheer B.C. de Jonge, dan Jonkheer A.W.L. Tjarda
van Starkenborgh Stachouwer menginjakkan kakinya. Stachouwer adalah gubernur
jenderal terakhir Hindia Belanda yang mendelegasikan kekuasaan kepada militer
Hindia Belanda di bawah pimpinan Jenderal Heinz teer Porten yang menyerah
kepada tentara Jepang pada awal Maret 1942.
Setelah 20 tahun lebih dibawah tangan Belanda,
gereja ini akhirnya diserahkan kepada Jepang oleh Jenderal Heinz Teer Porten.
Pada 1942, Belanda harus mengakui kekalahan atas Jepang untuk menguasai
Indonesia. Setelah kekalahan Jepang di tahun 1945, gereja Zebaoth kembali ke
tangan negara pendirinya, Belanda. Meskipun begitu, ini tidak berlangsung lama
karena pada 1948 gereja ini diserahkan secara resmi kepada GPIB atau Gereja
Protestan di Indonesia Bagian Barat.
Pada tanggal 31
Oktober 1948, gedung gereja dialihkan dari Belanda kepada Sinode GPIB dengan
nama jemaat GPIB "Bogor". Dan pada tahun 1985 namanya berubah jemaat
GPIB "Zebaoth".Nama ini pertama kali digunakan oleh Pendeta Mattimoe
pada Paskah 1963. Zebaoth sendiri berasal dari bahasa Ibrani yang artinya Allah
Maha Agung yang berkuasa atas bumi dan langit.
Nama Zebaoth dalam Kamus Alkitab (hal. 437) berarti ‘Semesta Alam’ yang
mengandung arti kekuasaan TUHAN, sedangkan sebutan Allah Israel yang
mengutamakan kekuasaan-Nya atas langit dan bumi dan atas segala kekuatan
duniawi (kata “zeba’ot” dalam bahasa Ibrani secara hurufiah berbentuk jamak,
berarti ‘Tentara’); secara harafiah artinya ‘tentara’ (yang siap sedia
melaksanakan perintah Allah, menurut JD. Douglas, 1999). Masyarakat umum pada
saat itu lebih mengenal dengan nama “Gereja Ayam”.
Hingga tahun
1962, kebaktian di Gereja ini masih mempergunakan bahasa Belanda sebagai Bahasa
pengantar ibadah, dan gereja ini pun disebut Nederlansche spreken gemeente (Jemaat
berbahasa Belanda). Sedangkan ibadah yang menggunakan Bahasa pengantar bahasa
Indonesia dilakukan di gedung Gereja Bethel di Jl. Jend. Soedirman 44 Bogor,
yang sekarang telah beralih fungsi menjadi kantor pos.
Secara kasat mata, bangunan berusia 97 tahun ini memang tampak kokoh
lagi anggun. Kendati begitu, Gereja Zebaoth pernah dipugar pada 4 Desember 1985
oleh Majelis Jemaat GPIB di bawah pimpinan Pendeta Naiola dan Mentri
Keuangan pada saat itu yaitu Radius Prawiro. Bagian luar gedung Gereja Zebaoth
yang awalnya hanya berupa cor-an semen, kemudian oleh Bapak Radius Prawiro
diusulkan agar diganti bagian luarnya dengan keramik, agar mudah untuk di rawat
dan di bersihkan. Namun karena pemasangan keramik tersebut, status Gereja
Zebaoth yang awalnya adalah Cagar Budaya mulai dipertimbangkan karena bangunan
gereja tersebut sudah diubah. Para pengurus Gereja saat ini sedang
mempertimbangkan untuk melepas keramik tersebut dan mengembalikan bentuk awal
gereja yang hanya berupa cor-an semen.
Struktur
bangunan Gereja ini masih mempertahankan struktur awal yang dirancang oleh
Pemerintah Hindia Belanda, terbukti dengan masih banyak nya benda benda dari
jaman Belanda yang masih disimpan dengan baik di Gereja Zebaoth. Misalnya surat, batu, lonceng dan ornamen lainnya yang berasal
dari Belanda, Ikon Gereja yang merupakan bentuk ayam yang ada di atas Gereja
berfungi sebagai petunjuk arah mata angin, serta kayu yang berada di dalam
Gereja masih dipergunakan sampai sekarang dan belum pernah diganti, dibeberapa
bagian bangunan ada penambahan beberapa properti.
Sebagai peninggalan Hindia Belanda, bangunan Gereja Zebaoth memiliki
bentuk dan gaya arsitektur khas kolonial. Di bagian depan dan samping terdapat
pintu dengan kanopi permanen setengah lingkaran menyerupai bentuk kubah. Kanopi
pun terpasang di bagian samping belakang, mempercantik tampilan kaca jendela.
Di bagian depan terlihat bangunan ini simetris kedua sisinya. Terdapat
satu menara menjulang di bagian depan dengan motif hias geometrik berbentuk
segi empat, motif flora dan jendela yang dilengkapi kaca patri. Sementara di
ruang dalam ada mimbar, altar dan salib.
Dalam
perkembangan dalam berjemaat GPIB Zebaoth sudah banyak melakukan pengembangan
pelembagaan 11 bakal jemaat baru diwilayah sekitarnya :
·
GPIB "Sawangan" Sawangan, Depok
·
GPIB "Galilea" Palabuhan Ratu,
Sukabumi
·
GPIB "Nehemia" Cibogo, Ciawi
·
GPIB "Pengharapan" Cibinong
·
GPIB "Sola Gratia" Semplak, Bogor
·
GPIB "Petra" Ciluar, Bogor
·
GPIB "Pancaran Kasih" Cimanggis,
Depok
·
GPIB "Gideon" Kelapa Dua, Depok
·
GPIB "Kornelius" Lido, Sukabumi
·
GPIB "Bojonggede" Bojonggede, Bogor
·
GPIB "Bukit Sentul", Bogor
Kemudian
pelaksana harian majelis jemaat periode 2019-2022:
Ketua Majelis
Jemaat: Pdt Margie Ririhena-deWanna, DTh
Ketua 1 : Pendeta Liat Sihotang
Ketua 2 : Penatua Japer Situmorang
Ketua 3 : Penatua Christian Ruhupatty
Ketua 4 : Diaken Adi Prandaka
Ketua 5 : Penatua Joe Haryono
Sekretaris : Penatua Danny Boy Mahulete
Sekretaris 1 : Penatua
Pitersina Breemer
Sekretaris 2 : Diaken Ricky
Arnold Pauno
Bendahara : ( Dirangkap bendahara 1 )
Bendahara 1 : Penatua Grace Gala Holo
Pembangunan Gereja Zebaoth bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan orang-orang Eropa yang berwisata atau menetap di Bogor.
Sebagaimana diketahui, sejak abad ke-20, Bogor telah menjadi salah satu
destinasi wisata bangsa-bangsa Eropa.
Seiring dengan meningkatnya kunjungan wisata ke Kota Bogor, pemerintah
kolonial Belanda mulai menyediakan berbagai sarana demi memenuhi kebutuhan dan
kenyamanan para wisatawan. Salah satunya adalah tempat ibadah. Pada saat itu,
tempat ibadah agama Kristen hanya berupa gereja kecil dan kapel, dan digunakan
bersama-sama oleh para pendatang dari Eropa maupun pribumi. Sejak gereja ini
resmi berdiri, maka bangsa Eropa dan pribumi beribadah di tempat yang berbeda.
Gereja Zebaoth menjadi tempat ibadah bangsa Eropa, sementara warga lokal
diizinkan untuk beribadah di gereja-gereja kecil lainnya. Salah satunya adalah
gedung yang kini telah beralihfungsi menjadi Kantor Pos Pusat Bogor.
Gereja Zebaoth memiliki gaya klasik. Selain terdapat ornamen ayam diatas
Gereja, bangunan khas Belanda ini pun sangat kental meski hanya dilihat dari
luar. Warna cat yang soft dengan perpaduan kaca kaca disetiap lantai
bangunan tersebut menjadikan bangunan ini terkesan sangat eksotis. Bukan hanya
bangunan nya saja, halamannya pun sangat
luas dan hijaunya rerumputan menambah kesan menawan dan asri. Sejarah panjang
yang mengikuti Gereja ini membuat pemerintah menjadikannya sebagai cagar budaya
kota Bogor. Meskipun dilindungi, Gereja ini masih digunakan sebagai tempat
ibadah hingga sekarang. Gedung gereja ini digunakan untuk Ibadah Hari Minggu
sebanyak empat kali pada setiap minggunya, disamping tempat untuk berbagai
kegiatan lainnya, seperti: Ibadah Pemberkatan Perkawinan, Ibadah Penglepasan
Jenazah bagi presbiter, perayaan & pembinaan keagamaan, kegiatan tingkat
sinodal serta kegiatan khusus lainnya. Gereja ini bisa dikunjungi untuk umum
dari pukul 06:00-21:00 WIB. Daftar jemaat Gereja Zebaoth ada 5.349 kepala keluarga dan 5.349 jiwa saat ini.
Selain sebagai tempat ibadah, Gereja Zebaoth juga melayani pengasuhan untuk
anak-anak yang bernama ‘Bina Harapan’ dan ‘Panti Werda’ untuk para lansia.
Bahkan, gereja ini memiliki sebuah klinik untuk pelayanan masyarakat.
PERJALANAN MENUJU GEREJA ZEBAOTH
Pada tanggal 10 September 2022 kami
sekelompok berangkat menuju Bogor, kumpul bersama dengan kelompok lain di
Stasiun Cikarang. Kami mengambil keberangkatan KRL pada jam 07:15 sampai di
Stasiun Manggarai pukul 08:14, lalu sampai Stasiun Bogor pukul 09:30, sebelum
melanjutkan perjalanan kami membeli makanan terlebih dahulu, dan melanjutkan
perjalanan menggunakan trasnportasi umum yaitu Gocar dengan biaya Rp25.000,00
untuk menuju Gereja Zebaoth.
Setelah sampai di Gereja Zebaoth
kami menuju pos satpam untuk bertanya mengenai wawancara yang akan kami
lakukan, satpam tersebut menunjukan arah menuju kantor pengelola Gereja yang
berada tepat di samping Gereja Zebaoth, kami memasuki kantor tersebut dan
meminta izin untuk melakukan wawancara, tetapi kita harus menunggu untuk
bertemu dengan sekretaris Gereja, setelah hampir 30 menit menunggu akhirnya
kami bisa bertemu dengan sekretaris Gereja.
Ternyata sekretaris tersebut tidak
bisa melakukan wawancara pada hari itu dikarenakan Gereja tersebut sedang
mengadakan acara. Jadi, jadwal sekretaris tersebut sudah penuh untuk hari itu,
tetapi sekretaris tersebut menawarkan kami untuk bertemu pekan depan yaitu
tanggal 18 September 2022 dan sekretaris tersebut membuatkan PPT untuk
ditujukan kepada kami.
Lalu kami pulang dari Gereja
Zebaoth menuju Kapel Regina Pacis untuk bertemu dengan kelompok 2 yang berada
disana, kami dihubungi oleh kelompok lain untuk berkumpul di Alun-Alun Kota
Bogor. Setelah sampai di Alun-Alun kami mencari tempat meneduh karena tiba-tiba
hujan, sekaligus mencari makan siang yaitu soto khas Bogor. Kami pulang pada
pukul 16:40 dan sampai Stasiun Cikarang pada pukul 18:02.
Pada tanggal 18 September 2022 kami
kembali menuju Kota Bogor pada pagi hari pukul 08:10 dari Stasiun Cikarang,
bersama kelompok lain juga yang melakukan wawancara di Kota Bogor. Kami sampai
di Bogor pukul 10:35 seperti biasa kami mencari makan terlebih dahulu di
Stasiun Bogor, melihat jarak tempuh dari Stasiun Bogor menuju Gereja Zebaoth
pada pekan lalu, kami memutuskan untuk berjalan kaki saja karena lokasi cukup
dekat dengan Stasiun dan kami memanfaatkan google
maps untuk berjalan menuju Gereja.
Setelah sampai di Gereja, ternyata
masih banyak orang yang belum pulang setelah beribadah jadi kami memutuskan
untuk menunggu terlebih dahulu diluar dan menghubungi Bapak Danny Boy
Mahulete bahwa kami telah sampai di Gereja Zebaoth. Lalu kami
dipersilahkan masuk kedalam kantor oleh satpam dikarenakan kami sudah memiliki
janji bertemu dengan Pak Danny.
Kami bertemu dengan Pak Danny lagi,
beliau menyiapkan infocus untuk
mempresentasikan mengenai sejarah Gereja Zebaoth yang beliau buat untuk
diperlihatkan kepada kami. Setelah selesai presentasi kami ditawarkan untuk
bertemu dengan Pendeta Gereja Zebaoth, tapi ternyata kami belum bisa bertemu
dikarenakan Pendeta tersebut sedang pergi menuju IPB. Akhirnya kami diajak
keliling Gereja Zebaoth oleh Pak Danny, diperlihatkan semua ruangan yang ada,
peninggalan peninggalan, prasasti Gereja Zeaoth. Setelah itu kami diajak untuk
bertemu dengan Ketua 5 Gereja Zebaoth dan berfoto bersama.
Setelah selesai, kelompok kami
langsung menuju Kebun Raya Bogor untuk bertemu dengan kelompok lain, kami
berjalan cukup jauh untuk sampai ke Kebun Raya Bogor. Lalu kami masuk dengan
harga Rp26.500,00 karena kami masuk pada waktu weekend. Kami mengobrol dan berkeliling cukup lama disana, dan
keluar dari Kebun Raya Bogor pukul 16:30, lalu kami menuju Stasiun Bogor
menggunakan angkot yang berisikan 13 orang dalam 1 angkot. Kami mengambil
keberangkatan kereta pukul 18:20 dan sampai di Stasiun Cikarang pukul 20:40.
========================