Belajar Bahasa Indonesia Online SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Wanita Cantik Lahir Batin, Calon Istri Idaman

Wanita Cantik Lahir Batin, Kamu Harus Segera Nikahi Dia Model wanita seperti ini sangat langka. Baca selengkapnya: https://www.genpi.co/gaya-hidup/33478/wanita-cantik-lahir-batin-kamu-harus-segera-nikahi-dia

5 Mobil Mewah Termahal Yang Pernah Dijual di Indonesia

Punya khalayak otomotif yang kuat, lima mobil mewah termahal ini pernah dijual di Indonesia! https://carro.id/blog/5-mobil-mewah-termahal-yang-pernah-dijual-di-indonesia/

Timnas Indonesia U-16 menjuarai Piala AFF U-16

Bola.net - Asisten Shin Tae-yong, Nova Arianto mengapresiasi keberhasilan Timnas Indonesia U-16 menjuarai Piala AFF U-16 2022. https://www.bola.net/tim_nasional/timnas-indonesia-juara-piala-aff-u-16-2022-asisten-shin-tae-yong-jangan-layu-sebelum-berkemba-ca151c.html

Tesla Cybertruck Asli dalam Video Baru Dari Peterson

Diupload: 13 Apr 2023, Museum Otomotif Peterson memiliki prototipe Cybertruck pertama yang dipamerkan dalam pameran, selengakapnya di https://id.motor1.com/news/662022/tesla-cybertruck-asli-museum-peterson/

Kabar Baik untuk ARMY! BTS Kembali Dinobatkan sebagai Penyanyi K-Pop Terpopuler

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari laman Soompi, BTS kembali menempati peringkat pertama sebagai penyanyi K-Pop terpopuler https://cirebon.pikiran-rakyat.com/entertainment/pr-042118224/kabar-baik-untuk-army-bts-kembali-dinobatkan-sebagai-penyanyi-k-pop-terpopuler-di-bulan-juni-2021

Pencarian

Tampilkan postingan dengan label Sastrawan Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sastrawan Indonesia. Tampilkan semua postingan

05 Juni 2022

Kritik Sastra dan Esai: Pengertian, Struktur, Kaidah Kebahasaan, Ciri-Ciri, dan Contoh

https://www.ruangguru.com/blog/pengertian-ciri-struktur-kritik-sastra-dan-esai

Pengertian Kritik Sastra dan Esai 



Terlebih dahulu, kita akan membahas kritik sastra. Kritik sastra adalah analisis terhadap suatu karya sastra untuk mengamati atau menilai baik dan buruknya suatu karya secara objektif. 

Adapun esai diartikan sebagai karangan singkat yang membahas suatu masalah dari sudut pandang pribadi penulisnya. Masalah yang dibahas dalam esai merupakan masalah yang aktual dari berbagai bidang, seperti kesusastraan, kebudayaan, iptek, atau politik. Kamu pastinya sudah tahu dong ya tentang sejarah esai.

Lebih luasnya, Widyamartaya dan Sudiati berpendapat bahwa kritik sastra adalah pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat, dan pertimbangan yang adil terhadap baik dan buruknya kualitas, nilai, serta kebenaran suatu karya sastra. Nantinya, kritik yang sudah diberikan terhadap karya sastra dan esai dapat menjadi panduan yang memadai kepada pembaca tentang kualitas sebuah karya. 

Di samping itu, penulis karya tersebut akan memperoleh masukan yang bersifat membangun karya tersebut 


Prinsip Penulisan Kritik dan Esai

Pokok persoalan yang dibahas harus layak untuk diulas. Hasil ulasannya pun harus memberikan keterangan atau memperlihatkan sebab-musabab yang berkaitan dengan suatu peristiwa yang nyata. Jadi, yang terpenting bukan apa yang diulas, tetapi bagaimana cara penulis memberikan ulasannya.

Pendekatan yang digunakan harus jelas,  apakah persoalan  didekati dengan pendekatan faktual atau imajinatif.

Ulasan yang menggunakan pendekatan faktual harus didukung oleh fakta yang nyata dan objektif. Penulis tidak boleh mengubah fakta untuk mendukung pandangannya. 

Pernyataan yang diungkapkan harus jelas, tidak samar-samar, harus dapat dipercaya, tidak disangsikan atau disangkal, dan dapat dibuktikan kebenarannya.


Struktur Kritik dan Esai

Dalam penulisan kritik sastra maupun esai, ada beberapa struktur atau sistematika yang harus dipenuhi. Ada 3 hal penting dalam struktur kritik dan esai, yakni pernyataan pendapat, argumentasi, dan penegasan ulang atau reiterasi. Pembahasan secara detailnya antara lain:

1. Pernyataan Pendapat

Dalam esai, pendapat atau tesis menyajikan pandangan penulis terhadap objek atau fenomena yang disoroti.

2. Argumentasi

Argumen atau pendapat yang disajikan berupa alasan yang logis serta bersifat subjektif. Penegasan Ulang

3. Reiterasi

Penegasan ulang dalam esai, juga berupa ringkasan atau pengulangan kembali hal yang sudah disampaikan dan menjadi penegasan dari bagian argumentasi.


Kaidah Kebahasaan Kritik Sastra dan Esai

Dari segi kebahasaan, kritik sastra dan esai dapat dilihat dari hal berikut:

1. Pernyataan Persuasif

Pernyataan persuasif pada teks berbentuk kritik sastra dan esai, kalimat yang digunakan tidak secara jelas mencirikan kalimat persuasif secara umum. Pernyataan yang disampaikan penulis, mengulas hal dengan data atau kalimat yang logis bertujuan agar menggugah pemikiran pembaca sehingga akhirnya pembaca setuju dengan ide yang disampaikan penulis.

2. Pernyataan Fakta

Dalam kritik dan esai, pendapat penulis disajikan berdasarkan interpretasi ataupun penafsiran dari sudut pandang tertentu dengan disertai fakta-fakta pendukung. Kehadiran fakta berfungsi sebagai sarana untuk memperjelas pendapat.

3. Pernyataan Menilai

Pernyataan yang bersifat menilai atau mengomentari sangat diperlukan untuk mengetahui kurang dan lebihnya suatu karya, yang nantinya akan menjadi bahan evaluasi bagi penulis.

4. Istilah Teknis

Istilah teknis merupakan kosakata yang berkaitan pada bidang ilmu pengetahuan tertentu. Hal ini terkadang perlu dilakukan agar penulis dan pembaca dapat sepaham pada suatu pembahasan tertentu yang perlu dijelaskan secara detail.

5. Kata Kerja Mental

Kata kerja mental adalah kata kerja yang melibatkan perasaan atau respons terhadap suatu tindakan atau kejadian, bukan berupa tindakan atau aksi yang bisa diamati secara fisik.

Contoh: mengingat, merasakan, memikirkan.


Ciri-Ciri Kritik Sastra dan Esai

Seperti jenis teks lainnya, teks kritik sastra memiliki ciri, agar kamu dapat mengidentifikasi, apakah sebuah teks disebut sebagai kritik sastra.


A. Ciri-ciri Kritik Sastra yaitu:

  • Memberikan tanggapan terhadap hasil karya.
  • Memberikan pertimbangan baik dan buruk (kelebihan dan kekurangan) sebuah karya sastra.
  • Pertimbangan bersifat objektif.
  • Memaparkan kesan pribadi kritikus terhadap sebuah karya sastra.
  • Memberikan alternatif perbaikan atau penyempurnaan.
  • Tidak berprasangka.
  • Tidak terpengaruh siapa penulisnya.
 

B. Ciri-ciri Esai yaitu :

  • Berbentuk prosa.
  • Singkat, dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
  • Memiliki gaya pembeda.
  • Selalu tidak utuh.
  • Memenuhi keutuhan penulisan.
  • Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal.
  • Baca juga: Pengertian Kalimat Efektif, Syarat, dan Contohnya

Contoh Kritik Sastra

Mimpi Anak Belitung pada Novel Sang Pemimpi
Sebuah Kritik Sastra

Mimpi adalah bagian kehidupan. Tanpa mimpi kita akan kurang bersemangat untuk menjalani kehidupan. Novel Sang Pemimpi adalah sebuah novel kedua karya Andrea Hirata yang merupakan bagian tetralogi Laskar Pelangi.

Sang Pemimpi adalah judul yang tepat untuk novel ini karena memang kisah yang disajikan membuat pembaca yakin akan kekuatan mimpi. Tentunya, dengan cinta, pengorbanan, dan rahmat Tuhan, kita akan dapat mewujudkan mimpi yang kita miliki.

Tiga tokohnya, Arai, Ikal, dan Jimbron, yang digambarkan sebagai pemimpi telah menamatkan SMP dan akan melanjutkan ke SMA. Dari sinilah perjuangan dan mimpi mereka dimulai. 

Tidak tanggung-tanggung, Arai dan Ikal bermimpi untuk kuliah ke Perancis, sedangkan Jimbron memutuskan untuk menetap di Belitung. Demi impian tersebut, apapun mereka lakukan.

Impian Arai dan Ikal untuk kuliah di Prancis terwujud, Namun, ini barulah awal perjuangan yang sesungguhnya. 

Kekuatan novel ini terdapat dalam nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pembaca diajarkan agar menjadi orang yang senantiasa bersyukur. Walaupun di tengah kekurangan, jangan mengeluh dan tetap berusaha serta berdoa. Selain itu, dengan kekuatan mimpi, jangan pernah menyerah dan larut dalam kesedihan. Selain itu, penulis mengajarkan tentang nilai-nilai untuk path pada perkataan orang tua.

Dalam novel Sang Pemimpi, juga terdapat kekurangan yang dapat menjadi masukan bagi penulis. Pembaca dapat mengalami kesulitan dalam memahami bahasa yang digunakan karena ada penggunaan bahasa daerah dan bahasa Inggris yang tidak dijelaskan di glosarium. Sebaiknya penulis melengkapi kosakata berbahasa daerah dan asing pada glosarium sehingga pembaca tidak bingung dengan istilah-istilah tersebut. Hal yang digambarkan lewat kata-kata dari kutipan. "Lalu kami beralih menjadi part time office boy di kompleks kantor pemerintah. (hal. 69),


Contoh Esai

CANDU

Sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan keterikatan masyarakat kita pada media sosial. Semua kalangan seakan "terjerat" dalam rutinitas yang sama setiap harinya. Terlebih lagi kaum remaja. Remaja larut dalam aktivitas yang satu ini hampir sepanjang hari. Tentunya ada keasikan tersendiri sehingga remaja betah berlama-lama dalam menggunakannya. Salah satunya, sebagai wadah menuangkan berekspresinya.

Penggunaan media sosial di kalangan remaja akan memberikan dampak bagi penggunanya. Remaja yang tentunya masih dalam usia belajar, sering terganggu waktu belajarnya. Ditambah lagi, sebaran informasi melalui media sosial dapat membentuk opini di kalangan remaja. Misalnya tentang standar kecantikan di kalangan remaja perempuan. Hal lainnya yang sangat berbahaya dari media sosial adalah pornografi dan kejahatan melalui internet. 

Walaupun demikian, kita tidak menampik bahwa media sosial pun memiliki dampak positif, di antaranya untuk menjaga silaturahmi dengan keluarga ataupun saudara yang jauh jarak tempat tinggalnya, mendapatkan ilmu pengetahuan baru, sebagai sumber penyebaran informasi, memperluas jaringan pertemanan, dan sebagai media media promosi bisnis.

Penggunaan teknologi modern tentunya tidak lepas dari pengaruh positif dan negatif. Tentu saja hal ini bergantung dari penggunanya, Remaja diharapkan dapat membatasi diri sendiri serta control dari orang tua sangat diperlukan.


Referensi


Suryaman, Maman dkk. 2018. Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII - Kurikulum 2013 - Edisi revisi 2018. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.


Artikel diperbarui pada 10 Februari 2022
Leo Bisma
https://www.ruangguru.com/blog/pengertian-ciri-struktur-kritik-sastra-dan-esai





Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial




Share:

31 Maret 2022

Tugas Teks Resensi Novel Ayat-Ayat Cinta Kelas XI

Tugas Bahasa Indonesia kelas XI


Kompetensi Dasar:

Perhatikanlah kedua contoh teks resensi novel Ayat-Ayat Cinta berikut ini! 
(Silakan buka tautan di bawah ini!)


Teks resensi 1:



Teks resensi 2:

https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/resensi/ayat-ayat-cinta


Setelah kamu membaca kedua contoh resensi di atas, tuliskanlah 5 (lima) persamaan dan 5 (lima) perbedaan dari kedua teks resensi tersebut di buku tulis masing-masing!


Jawaban:

Persamaan:
1. ...............................................
2. ...............................................
3. ...............................................
4. ...............................................
5. ...............................................

Perbedaan:
1. ...............................................
2. ...............................................
3. ...............................................
4. ...............................................
5. ...............................................

 ===============
Keterangan: tugas akan diperiksa pàda pertemuan selanjutnya!




Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial




Share:

24 Januari 2015

WS Rendra - Si Burung Merak - Sastrawan Indonesia

.

Rendra (Willibrordus Surendra Broto Rendra); lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 November 1935 – meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Sejak muda, dia menulis puisi, skenario drama, cerpen, dan esai sastra di berbagai media massa. Pernah mengenyam pendidikan di Universitas Gajah Mada, dan dari perguruan tinggi itu pulalah dia menerima gelar Doktor Honoris Causa.



Penyair yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak" ini, tahun 1967 mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta. Melalui Bengkel Teater itu, Rendra melahirkan banyak seniman antara lain Sitok Srengenge, Radhar Panca Dahana, Adi Kurdi, dan lain-lain. Ketika kelompok teaternya kocar-kacir karena tekanan politik, ia memindahkan Bengkel Teater di Depok, Oktober 1985.



Prof. A. Teeuw, di dalam bukunya, Sastra Indonesia Modern II (1989), berpendapat bahwa dalam sejarah kesusastraan Indonesia modern Rendra tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok seperti Angkatan 45, Angkatan '60-an, atau Angkatan '70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri.

Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang, dan India.

Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995).


.


Sumber 1


Sumber 2



Share:

Sutardji Calzoum Bachri - Presiden Penyair Indonesia - Pelopor Puisi Mantra (?)

.

Sutardji Calzoum Bachri (lahir di Rengat, Indragiri Hulu, 24 Juni 1941; umur 73 tahun) adalah pujangga Indonesia terkemuka. Setelah lulus SMA Sutardji Calzoum Bachri melanjutkan studinya ke Fakultas Sosial Politik Jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada mulanya Sutardji Calzoum Bachri mulai menulis dalam surat kabar dan mingguan di Bandung, kemudian sajak-sajaknyai dimuat dalam majalah Horison dan Budaya Jaya serta ruang kebudayaan Sinar Harapan dan Berita Buana.



Dari sajak-sajaknya itu Sutardji memperlihatkan dirinya sebagai pembaharu perpuisian Indonesia. Terutama karena konsepsinya tentang kata yang hendak dibebaskan dari kungkungan pengertian dan dikembalikannya pada fungsi kata seperti dalam mantra.



Pada musim panas 1974, Sutardji Calzoum Bachri mengikuti Poetry Reading International di Rotterdam. Kemudian ia mengikuti seminar International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat dari Oktober 1974 sampai April 1975. Sutardji juga memperkenalkan cara baru yang unik dan memikat dalam pembacaan puisi di Indonesia.

Sejumlah sajaknya telah diterjemahkan Harry Aveling ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dalam antologi Arjuna in Meditation (Calcutta, India), Writing from the World (Amerika Serikat), Westerly Review (Australia) dan dalam dua antologi berbahasa Belanda: Dichters in Rotterdam (Rotterdamse Kunststichting, 1975) dan Ik wil nog duizend jaar leven, negen moderne Indonesische dichters (1979). Pada tahun 1979, Sutardji dianugerah hadiah South East Asia Writer Awards atas prestasinya dalam sastra di Bangkok, Thailand.

O Amuk Kapak merupakan penerbitan yang lengkap sajak-sajak Calzoum Bachri dari periode penulisan 1966 sampai 1979. Tiga kumpulan sajak itu mencerminkan secara jelas pembaharuan yang dilakukannya terhadap puisi Indonesia modern.


.


Sumber 1


Sumber 2


Share:

Chairil Anwar - Sastrawan Pelopor Angkatan 45

.

Chairil Anwar (lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun), dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.



Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, dimana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.



Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya. Sebelum menginjak usia 27 tahun, sejumlah penyakit telah menimpanya. Chairil meninggal dalam usia muda di Rumah Sakit CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo), Jakarta pada tanggal 28 April 1949; penyebab kematiannya tidak diketahui pasti, menurut dugaan lebih karena penyakit TBC. Ia dimakamkan sehari kemudian di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta.

Chairil dirawat di CBZ (RSCM) dari 22-28 April 1949. Menurut catatan rumah sakit, ia dirawat karena tifus. Meskipun demikian, ia sebenarnya sudah lama menderita penyakit paru-paru dan infeksi yang menyebabkan dirinya makin lemah, sehingga timbullah penyakit usus yang membawa kematian dirinya - yakni ususnya pecah. Tapi, menjelang akhir hayatnya ia menggigau karena tinggi panas badannya, dan di saat dia insaf akan dirinya dia mengucap, "Tuhanku, Tuhanku..." Dia meninggal pada pukul setengah tiga sore 28 April 1949, dan dikuburkan keesokan harinya, diangkut dari kamar mayat RSCM ke Karet oleh banyak pemuda dan orang-orang Republikan termuka.

Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari masa ke masa. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar. Kritikus sastra Indonesia asal Belanda, A. Teeuw menyebutkan bahwa "Chairil telah menyadari akan mati muda, seperti tema menyerah yang terdapat dalam puisi berjudul Jang Terampas Dan Jang Putus".


.


Sumber 1


Sumber 2



Share:

Pramoedya Ananta Toer - Sastrawan Besar Yang Dikerdilkan Bangsanya

.

Pramoedya Ananta Toer (lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 – meninggal di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun), secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Pramoedya telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing.
 




Banyak dari tulisannya menyentuh tema interaksi antarbudaya; antara Belanda, kerajaan Jawa, orang Jawa secara umum, dan Tionghoa. Banyak dari tulisannya juga semi-otobiografi, di mana ia menggambar pengalamannya sendiri. Ia terus aktif sebagai penulis dan kolumnis. Ia memperoleh Ramon Magsaysay Award untuk Jurnalisme, Sastra, dan Seni Komunikasi Kreatif 1995. Ia juga telah dipertimbangkan untuk Hadiah Nobel Sastra. Ia juga memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XI 2000 dan pada 2004 Norwegian Authors' Union Award untuk sumbangannya pada sastra dunia. Ia menyelesaikan perjalanan ke Amerika Utara pada 1999 dan memperoleh penghargaan dari Universitas Michigan.

Sampai akhir hayatnya ia aktif menulis, walaupun kesehatannya telah menurun akibat usianya yang lanjut dan kegemarannya merokok. Pada 12 Januari 2006, ia dikabarkan telah dua minggu terbaring sakit di rumahnya di Bojong Gede, Bogor, dan dirawat di rumah sakit. Menurut laporan, Pramoedya menderita diabetes, sesak napas dan jantungnya melemah.

Pada 6 Februari 2006 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, diadakan pameran khusus tentang sampul buku dari karya Pramoedya. Pameran ini sekaligus hadiah ulang tahun ke-81 untuk Pramoedya. Pameran bertajuk Pram, Buku dan Angkatan Muda menghadirkan sampul-sampul buku yang pernah diterbitkan di mancanegara. Ada sekitar 200 buku yang pernah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia.

Pada 27 April 2006, Pram sempat tak sadar diri. Pihak keluarga akhirnya memutuskan membawa dia ke RS Saint Carolus hari itu juga. Pram didiagnosis menderita radang paru-paru, penyakit yang selama ini tidak pernah menjangkitinya, ditambah komplikasi ginjal, jantung, dan diabetes. Pada 30 April 2006 pukul 08.55 Pramoedya wafat dalam usia 81 tahun.

Jenazah dimandikan pukul 12.30 WIB, lalu disalatkan. Setelah itu, dibawa keluar rumah untuk dimasukkan ke ambulans yang membawa Pram ke TPU Karet Bivak. Terdengar lagu Internationale dan Darah Juang dinyanyikan di antara pelayat.


.


Sumber 1


Sumber 2



Share:

07 Maret 2014

Aya Lancaster, pengarang novel ”Chronicles of The Fallen: Rebellion”

.




Novelis muda dan berprestasi, demikian kesan pertama bertemu dengan Aya Lancaster, 24, pengarang novel ”Chronicles of The Fallen: Rebellion.” Novel itu sudah tersebar di 28 negara, tapi malah terasing di negerinya sendiri.

Gadis berambut panjang ini bisa berkarya tulis dalam bentuk novel setebal 665 halaman berbahasa Inggris. Novel Aya lebih dihargai di mancanegara daripada di Tanah Air. Karyanya sempat ditolak beberapa penerbit lokal, tapi hikmahnya justru dilirik penerbit internasional. ”Saat itu sulit mencari penerbit yang mau menerbitkan naskah saya. Saya pernah menawarkan novel pertama saya ini ke beberapa penerbit besar di Indonesia. Saya sempat dipingpong ke sana kemari selama dua minggu di sebuah penerbitan besar.

Mereka bilang waktu itu, novel saya belum jadi tren di Indonesia,” kata Aya. Penolakan itu tidak mematahkan semangat Aya untuk menerbitkan novel tersebut. ”Saya disarankan oleh teman untuk menawarkan novel ini ke penerbit luar dan memang penerbit luar malah menerima dan mau menerbitkan novel saya,” kata mahasiswi Jurusan IT International di Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) Bandung ini.

Meski kurang diminati penerbit Indonesia, novel terbitan perusahaan asal Inggris, Author Haouse, disambut hangat pembaca di banyak negara di dunia. Hingga akhirnya novel karya Aya ini mendapat perhatian cukup luas di kalangan pembaca dan peminat dunia perbukuan di Indonesia, menjadi diskusi panjang di beberapa jejaring sosial, juga portalportal di internet. ”Di Indonesia belum ada yang menjual. Sejauh ini yang ingin membeli biasanya viaeBay atau Amazon.

Saat saya mengikuti Festival Ubud Writers and Readers (UWRF), beberapa eksemplar dikirimkan ke Bali,” ujar Aya. Karya wanita asal Jakarta ini berisi tentang tema besar yaitu kekuasaan Tuhan yang tak bisa dipatahkan. Aya menjelaskan, novel tersebut berisi cerita fantasi layaknya kisah supranatural, thriller, dan suspense.

Sejak diluncurkan pada Oktober 2011, novel yang menggunakan bahasa Inggris- Amerika ini sudah banyak dibaca banyak orang di Inggris, Belanda, Prancis, Italia, Amerika Serikat, termasuk Australia. Sementara di kawasan Asia hanya bisa didapatkan di Singapura, Korea, China, dan Jepang. Novel yang telah dibuat resensinya oleh Readers Digest ini akan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, namun Aya masih mengalami kendala bahasa untuk menerjemahkannya.

”Agak sulit mencari beberapa padanan kata untuk beberapa kata slankAmerika. Memang ada bagian-bagian dimana saya memakai bahasa Inggris umum, tapi banyak bagian lain terutama dialog sarkasme yang akan meleset pengertiannya kalau diterjemahkan dan malah terasa aneh,” ungkap Aya.

Berhubung tema novelnya agak rumit, dialog-dialog ini yang akan menyegarkan pembaca setelah dihadapkan dengan perpaduan cerita yang kompleks antara konspirasi, kesetiaan, cinta dan keyakinan dengan sentuhan aksi dan semidetektif ini. Dia menerima banyak masukan dari orangorang terdekat untuk menolak diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.

”Lagipula saya menulis sejak awal sudah dengan Bahasa Inggris, jadi agak mikir juga ketika diminta diterjemahkan,” ucap Aya. Kini, dia sedang menggarap lanjutan dari buku pertamanya ”Buku kedua ini berjudul Chronicles of The Fallen: Rebirth, ” katanya.



https://www.google.com/search = AYA+LANCASTER

http://www.goodreads.com/author/show/5348612.Aya_Lancaster

https://twitter.com/ayalancaster
Share:

Chronicles of the Fallen : Rebellion - DIPUJI di negeri orang, tapi tak dilirik di negeri sendiri

.


DIPUJI di negeri orang, tapi tak dilirik di negeri sendiri. Itulah perjalanan novel "Chronicles of the Fallen : Rebellion" karya Tasya Agustina Thalib (23) yang memiliki nama pena Aya Lancaster. Novel berbahasa Inggris dengan tebal 448 halaman itu dicetak di Amerika Serikat oleh perusahaan penerbitan yang berpusat di Inggris. Novel Rebellion ini telah beredar di sejumlah negara Eropa, Asia, Afrika dan Amerika Serikat.


 
"Saya pernah menawarkan novel pertama saya ini ke beberapa penerbit besar di Indonesia. Saya sempat diping-pong ke sana kemari selama dua minggu di sebuah penerbitan besar. Mereka bilang, novel saya ini belum tren di Indonesia. Ide dan ceritanya belum biasa dan khawatir memunculkan kontroversi karena tokoh utamanya iblis perempuan dan malaikat. Padahal ini novel fiksi dan jalan ceritanya tidak seperti yang mereka bayangkan," katanya kepada wartawan, Sabtu (21/1/12) siang dalam acara Meet and Greet di aBhi Cuisine Jln. Belakang Pasar No. 110, Kota Bandung.

Mahasiswi Jurusan Teknologi Informasi di Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) Bandung itu, nyaris patah arang karena tak ada satupun penerbit di Indonesia yang mau melirik novel perdananya. Apalagi, Aya membutuhkan hampir 10 tahun untuk menyusun novel fiksi bergenre fantasi dan supernatural itu. Namun, titik terang itu muncul tatkala Aya mengunjungi saudaranya di Batam. Di sana, Aya melihat adanya tawaran penerbitan untuk penulis pemula dari sebuah perusahaan penerbitan di Inggris.

"Saya cukup kirim e-mail (pos-el). Lalu atas dorongan dan dukungan teman-teman, saya coba kirim email penawaran termasuk tulisan mentah saya. waktu itu, belum saya bikin resensi bukunya. Ternyata e-mail saya langsung di-reply. Dan saya terus e-mail-e-mailan dengan orang dari penerbitan itu hingga akhirnya dicetak dan didistribusikan. Mereka sangat antusias dengan novel ini karena novel dengan genre inilah yang mulai tumbuh di Eropa dan Amerika," ucap bungsu dari tiga bersaudara itu.

Sejak diluncurkan pada Oktober 2011 silam, sudah cukup banyak orang yang membeli novel Rebellion tersebut. Hampir seluruh pembelinya berasal dari luar Indonesia seperti Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura. Di beberapa negara malah sudah sold out. Kebanyakan pembelian via online yaitu www.amazon.com, www.ebay.com, www.authorhouse.com, dan toko buku tertua di Inggris "Barnes and Noble". Novel ini juga telah diresensikan Reader's Digest.

Secara singkat, novel yang ditulis sejak Aya duduk di bangku SMP itu, mengangkat sisi lain pertarungan antara malaikat dan iblis, serta menunjukkan bahwa tidak ada yang bisa mengalahkan Yang Maha Kuasa. Di dalamnya juga ada intrik-intrik asmara, persahabatan, dan penghianatan. Rencananya, novel itu akan diluncurkan juga di dua daerah di Indonesia yaitu Jakarta dan Bali.

"Untuk sementara memang tetap pakai bahasa American-English. Memang ada orang Prancis yang ingin menerbitkan novel ini dalam bahasa Indonesia dan meminta saya untuk menerjemahkannya. Tapi sampai saat ini, saya belum sempat. Soalnya agak sulit mencari beberapa padanan kata untuk beberapa kata slank Amerika. Dan kemungkinan akan menjadi sangat tebal jika dicetak dalam versi Bahasa Indonesia. Namun, suatu saat pasti ada versi Bahasa Indonesia-nya. Doakan saja yah," ucap cewek berambut panjang itu.


Google Search: Chronicles of The Fallen: Rebellion
http://www.amazon.com/Chronicles-Fallen-Rebellion-Aya-Lancaster/dp/1456779494

Share:

20 Agustus 2013

The Da Lopez Brothers (Jovial and Andovi) Lean Toward The Same Line of Logic

They’re Happy to Talk about Who They are
.



The Da Lopez brothers are on to something.

While most, if not all, Indonesian comedies on television and in movies are overacted or marred with obvious product placement, the two brothers, both currently studying at the University of Indonesia, have taken to YouTube in a gallant effort to get their version of funny out to the masses.





Funny thing is, it’s working.

Their crafted, well-timed jokes in videos such as “Indonesians vs. Bule,” and “3 Things I’d Do if I Had a Twin,” attempt to translate the secret language of comedy: point the finger at the audience, then turn it around and point it back at the comedian. Because, as comedian Louis CK says, when you’re done telling jokes about airplanes and dogs, you’re forced to dig deeper and start talking about who you are.

The Da Lopez brothers, Jovial, 23, and Andovi, 19, lean toward the same line of logic. They’re happy to talk about who they are: worldly college kids who didn’t see anything funny on TV, or in the movies, and so decided to do something about it.

“Good comedy needs to have a story line … it needs to be relatable, and most importantly, it needs to send a message,” Jovial said. “And the material has to be somewhat original.”

Somewhat original doesn’t translate to regurgitating other people’s ideas. For the Da Lopez brothers, it is more about taking the audience’s fears and insecurities, and making them their own.

“I keep on making videos, because I realized that I might actually have something going here,” Andovi said. “I love the mixed responses I get from making these videos. Whether people love it or hate it, I enjoy the whole process of making videos. I really want to encourage young men and women in Indonesia to showcase their creativity to the world through YouTube.”





With Jovial behind the camera and Andovi acting and flushing out the script, the two have created SkinnyIndonesian24, a YouTube channel that takes a critical look at society. The duo recently shot a video in praise of Jason Collins, a gay American basketballer; the next shot they take at society will be another short video, taking a critical look at Indonesia’s favorite snack, IndoMie, which the brothers have dubbed “delicious garbage.”

And with 60,000 views across 24 videos, the brothers are gradually garnering attention. Studios and writers have contacted them for meetings. There are talks of collaborative efforts with well-known production houses. But the brothers aren’t really looking to jump ship just yet. They’re convinced YouTube is the future.

Success, most would agree, is the result of taking advantages of opportunities you stumble across. The SkinnyIndonesian videos started out as something to do with friends. Andovi, who started vlogging — video blogging — just nine months ago, decided he and his brother would invite a few friends over and film a few skits and some, often horrific, covers of popular songs.

But “Indonesians vs. Bule” is a six-minute short that takes a critical-comical look at Indonesian women’s fascination with foreign men. It was shot on a digital camera over two days and is not only well-constructed comically, but filmed and edited with an acumen you wouldn’t expect to see from two brothers with absolutely no formal training.

They are the epitome of autodidactic.

But the Da Lopez brothers are far from alone in their YouTube endeavor. Without Gabriella Permata, 21, and Granzetta Chandikya, 18, there would be no “Indonesians vs. Bule.”

“Gabriella and Granzetta helped a lot,” Andovi says. “Granzetta came up with a lot of jokes, especially local Indonesian jokes. When we made ‘Indonesians vs. Bule,’ we knew we had to put in jokes that people wouldn’t forget. We had to make sure we could get a wide audience, plus we didn’t want the jokes to be just about bule [foreigner] . You have to be able to make fun of yourself too.”

The girls’ perspective is key to the skit. Without it, the video would be limp and forgettable. Once you realize the video is not just about whiny Indonesian guys complaining that girls melt over bule, that bule doesn’t just mean white guy, and that the film comments on phenomena such as the rise of K-pop in Indonesia, it becomes clear that the Da Lopez brothers really know what they’re doing.

“The thing is the video starts with Indonesian girls’ perspective about bule,” Jovial explained.

“Indonesian girls are so crazy about bule. Indonesian girls put bule on top of the hierarchy. OK fine, they are taller, but Indonesian girls love the bule. They are more proud to have a white boyfriend.

“It is very important that we capture each perspective. Then at the end you see that Andovi has been chasing Indo girls with various methods and he fails.”

“Most people don’t get the ending,” Andovi said. “We want people watching the skit to think a little more about the joke. Before ‘Indonesian vs. Bule,’ we had a video that had 14,000 hits; Indonesians loved that video.

“But when we put another layer of humor in ‘Indonesians vs. Bule,’ one where you have to think, the response from the Web is, ‘this is kind of funny, but I didn’t get the ending.’ ”

www.youtube.com/user/skinnyindonesian24




.




Cari informasi lainnya di bawah ini
Share:

20 Maret 2013

Ayu Utami - Biografi

Justina Ayu Utami atau hanya Ayu Utami (lahir di Bogor, Jawa Barat, 21 November 1968; umur 44 tahun) adalah aktivis jurnalis dan novelis Indonesia, ia besar di Jakarta dan menamatkan kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.



Ia pernah menjadi wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan, dan D&R. Tak lama setelah penutupan Tempo, Editor dan Detik pada masa Orde Baru, ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen yang memprotes pembredelan. Kini ia bekerja di jurnal kebudayaan Kalam dan di Teater Utan Kayu. Novelnya yang pertama, Saman, mendapatkan sambutan dari berbagai kritikus dan dianggap memberikan warna baru dalam sastra Indonesia.



Ayu dikenal sebagai novelis sejak novelnya Saman memenangi sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Dalam waktu tiga tahun Saman terjual 55 ribu eksemplar. Berkat Saman pula, Ayu mendapat Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, yang mempunyai misi mendukung dan memajukan kegiatan di bidang budaya dan pembangunan. Akhir 2001, ia meluncurkan novel Larung.





Sumber Tulisan
Share:

Hilman Hariwijaya - Lupus - Biografi

Hilman Hariwijaya yang lahir di (lahir di Jakarta,Indonesia, 25 Agustus 1964; umur 48 tahun) ini adalah seorang penulis Indonesia. Namanya dikenal sejak menulis cerita pendek yang diberi judul Lupus di majalah Hai dibulan Desember 1986, yang kemudian dibukukan menjadi sebuah novel.
Kini setelah ia tidak produktif lagi menulis novel, laki-laki yang mengagumi sosok penulis Arswendo Atmowiloto dan Astrid Lindgren ini merambah dunia pertelevisian dengan menulis skenario dari sinetron Cinta Fitri (Season 2 - Season 3), Melati untuk Marvel, dan lain-lain. Ia juga memroduseri film The Wall.



Lupus adalah karakter tokoh laki-laki yang diciptakan Hilman ditahun 1986 melalui cerpen di majalah Hai. Dibukukan pada bulan November 1986. Diceritakan Lupus berprofesi sebagai pelajar dan wartawan muda di majalah Hai. Ia tinggal bersama Mami dan adiknya yang bernama Lulu. Hilman juga merilis buku Lupus Kecil dan Lupus ABG sebagai wujud Lupus di masa SD dan SMP, yang ditulis bersama Boim LeBon. Seri ini telah menghasilkan 5 film layar lebar dan sinetron dari 52 buku yang ada, dengan Ryan Hidayat, Oka Sugawa, Rico Karindra, Irgy Ahmad Fahrezy dan Attar Syah yang berperan sebagai Lupus.





Sumber Tulisan
Share:

Sapardi Djoko Damono - Biografi

Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret 1940; umur 72 tahun) adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Ia dikenal dari berbagai puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer.


Masa mudanya dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958). Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah "Horison", "Basis", dan "Kalam".


Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima Penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar.


Ia menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.




Sumber Tulisan
Share:

Taufiq Ismail - Biografi

Taufiq Ismail gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah, (lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935; umur 77 tahun), ialah seorang penyair dan sastrawan Indonesia.


Taufiq Ismail lahir dari pasangan A. Gaffar Ismail (1911-1998) asal Banuhampu, Agam dan Sitti Nur Muhammad Nur (1914-1982) asal Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat.[1] Ayahnya adalah seorang ulama dan pendiri PERMI. Ia menghabiskan masa SD di Solo, Semarang, dan Yogyakarta, SMP di Bukittinggi, dan SMA di Pekalongan. Taufiq tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan yang suka membaca. Ia telah bercita-cita menjadi sastrawan sejak masih SMA. Dengan pilihan sendiri, ia menjadi dokter hewan dan ahli peternakan karena ingin memiliki bisnis peternakan guna menafkahi cita-cita kesusastraannya. Ia tamat FKHP-UI Bogor pada 1963 tapi gagal punya usaha ternak yang dulu direncanakannya di sebuah pulau di Selat Malaka.


Pengkategoriannya sebagai penyair Angkatan '66 oleh Hans Bague Jassin merisaukannya, misalnya dia puas diri lantas proses penulisannya macet. Ia menulis buku kumpulan puisi, seperti Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, Tirani, Benteng, Buku Tamu Musim Perjuangan, Sajak Ladang Jagung, Kenalkan, Saya Hewan, Puisi-puisi Langit, Prahara Budaya:Kilas Balik Ofensif Lekra/PKI dkk, Ketika Kata Ketika Warna, Seulawah-Antologi Sastra Aceh, dan lain-lain.


Sumber Tulisan
Share:

Pramoedya Ananta Toer - Biografi

Pramoedya Ananta Toer (lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 – meninggal di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun), secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Pramoedya telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing.


Pramoedya dilahirkan di Blora, di jantung Pulau Jawa, pada 1925 sebagai anak sulung dalam keluarganya. Ayahnya adalah seorang guru, sedangkan ibunya berdagang nasi. Nama asli Pramoedya adalah Pramoedya Ananta Mastoer, sebagaimana yang tertulis dalam koleksi cerita pendek semi-otobiografinya yang berjudul Cerita Dari Blora. Karena nama keluarga Mastoer (nama ayahnya) dirasakan terlalu aristokratik, ia menghilangkan awalan Jawa "Mas" dari nama tersebut dan menggunakan "Toer" sebagai nama keluarganya. Pramoedya menempuh pendidikan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya, dan kemudian bekerja sebagai juru ketik untuk surat kabar Jepang di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia.


Pada 27 April 2006, Pram sempat tak sadar diri. Pihak keluarga akhirnya memutuskan membawa dia ke RS Saint Carolus hari itu juga. Pram didiagnosis menderita radang paru-paru, penyakit yang selama ini tidak pernah menjangkitinya, ditambah komplikasi ginjal, jantung, dan diabetes. Kabar meninggalnya Pram sempat tersiar sejak pukul 03.00. Tetangga-tetangga sudah menerima kabar duka tersebut. Namun, pukul 05.00, mereka kembali mendengar bahwa Pram masih hidup. Terakhir, ketika ajal menjemput, Pram sempat mengerang, "Akhiri saja saya. Bakar saya sekarang," katanya. Pada 30 April 2006 pukul 08.55 Pramoedya wafat dalam usia 81 tahun.




Sumber Tulisan
Share:

Chairil Anwar - Biografi

Chairil Anwar (lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun), dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.
Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, dimana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.




Sumber Tulisan
Share:

Periodisasi Angkatan Sastra Indonesia

Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
  • lisan
  • tulisan


Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
  • Angkatan Pujangga Lama
  • Angkatan Sastra Melayu Lama
  • Angkatan Balai Pustaka
  • Angkatan Pujangga Baru
  • Angkatan 1945
  • Angkatan 1950 - 1960-an
  • Angkatan 1966 - 1970-an
  • Angkatan 1980 - 1990-an
  • Angkatan Reformasi
  • Angkatan 2000-an




Sumber Tulisan
Share:

Eka Kurniawan - Biografi

Saya lahir di Tasikmalaya, 1975. Saya seorang penulis penuh-waktu. Saya tertarik menulis jenis dan tentang apa saja, terutama fiksi, esai mengenai sastra, grafis, film, komik dan filsafat. Selain di blog ini, saya juga menulis di media massa, seperti Kompas, Media Indonesia, Majalah Tempo, Majalah Film F, Koran Tempo (bisa dilihat di ekakurniawan.net). Latar belakang pendidikan saya filsafat (dari Universitas Gadjah Mada) dan desain grafis (dari Visi Art & Graphic Design School), keduanya di Yogyakarta. Selain menulis, saya juga mengerjakan beberapa proyek desain.


Sumber Tulisan
Share:

18 Agustus 2012

Chairil Anwar (Sastrawan Indonesia)

Chairil Anwar (lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun), dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.

Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, dimana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.

ASAL USUL 
Chairil Anwar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada 26 Juli 1922. Ia merupakan anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai bupati Inderagiri, Riau. Ia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu memanjakannya. Namun, Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan apa pun; sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya.

Chairil Anwar mulai mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Saat usianya mencapai 18 tahun, ia tidak lagi bersekolah. Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, ia telah bertekad menjadi seorang seniman.

Pada usia 19 tahun, setelah perceraian orang tuanya, Chairil bersama ibunya pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dimana ia berkenalan dengan dunia sastra; walau telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya. Meskipun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman. Ia juga mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti: Rainer Maria Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, J. Slaurhoff, dan Edgar du Perron. Penulis-penulis tersebut sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung terhadap tatanan kesusasteraan Indonesia.
Penyiar menjadi Penyair
Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan tulisannya di Majalah Nisan pada tahun 1942, saat itu ia baru berusia 20 tahun. Hampir semua puisi-puisi yang ia tulis merujuk pada kematian. Namun saat pertama kali mengirimkan puisi-puisinya di majalah Pandji Pustaka untuk dimuat, banyak yang ditolak karena dianggap terlalu individualistis dan tidak sesuai dengan semangat Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. 

Ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta, Chairil jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945. Kemudian ia memutuskan untuk menikah dengan Hapsah Wiraredja pada 6 Agustus 1946. Mereka dikaruniai seorang putri bernama Evawani Alissa, namun bercerai pada akhir tahun 1948.

Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya. Sebelum menginjak usia 27 tahun, sejumlah penyakit telah menimpanya. Chairil meninggal dalam usia muda di Rumah Sakit CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo), Jakarta pada tanggal 28 April 1949; penyebab kematiannya tidak diketahui pasti, menurut dugaan lebih karena penyakit TBC. Ia dimakamkan sehari kemudian di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari masa ke masa. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar. Kritikus sastra Indonesia asal Belanda, A. Teeuw menyebutkan bahwa "Chairil telah menyadari akan mati muda, seperti tema menyarah yang terdapat dalam puisi berjudul Jang Terampas Dan Jang Putus".

Selama hidupnya, Chairil telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi; kebanyakan tidak dipublikasikan hingga kematiannya. Puisi terakhir Chairil berjudul Cemara Menderai Sampai Jauh, ditulis pada tahun 1949, sedangkan karyanya yang paling terkenal berjudul Aku dan Krawang Bekasi. Semua tulisannya baik yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak, dikompilasi dalam tiga buku yang diterbitkan oleh Pustaka Rakyat. Kompilasi pertama berjudul Deru Campur Debu (1949), kemudian disusul oleh Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).

Karya tulis yang diterbitkan
  • Deru Campur Debu (1949)
  • Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)
  • Tiga Menguak Takdir (1950) (dengan Asrul Sani dan Rivai Apin)
  • "Aku Ini Binatang Jalang: koleksi sajak 1942-1949", disunting oleh Pamusuk Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono (1986)
  • Derai-derai Cemara (1998)
  • Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948), terjemahan karya Andre Gide
  • Kena Gempur (1951), terjemahan karya John Steinbeck

Terjemahan ke bahasa asing
Karya-karya Chairil juga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa asing, antara lain bahasa Inggris, Jerman dan Spanyol. Terjemahan karya-karyanya di antaranya adalah:
  • "Sharp gravel, Indonesian poems", oleh Donna M. Dickinson (Berkeley, California, 1960)
  • "Cuatro poemas indonesios [por] Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujati" (Madrid: Palma de Mallorca, 1962)
  • Chairil Anwar: Selected Poems oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam (New York, New Directions, 1963)
  • "Only Dust: Three Modern Indonesian Poets", oleh Ulli Beier (Port Moresby [New Guinea]: Papua Pocket Poets, 1969)
  • The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Burton Raffel (Albany, State University of New York Press, 1970)
  • The Complete Poems of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Liaw Yock Fang, dengan bantuan H. B. Jassin (Singapore: University Education Press, 1974)
  • Feuer und Asche: sämtliche Gedichte, Indonesisch/Deutsch oleh Walter Karwath (Wina: Octopus Verlag, 1978)
  • The Voice of the Night: Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, oleh Burton Raffel (Athens, Ohio: Ohio University, Center for International Studies, 1993)

Karya-karya tentang Chairil Anwar
  • Chairil Anwar: memperingati hari 28 April 1949, diselenggarakan oleh Bagian Kesenian Djawatan Kebudajaan, Kementerian Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan (Djakarta, 1953)
  • Boen S. Oemarjati, "Chairil Anwar: The Poet and his Language" (Den Haag: Martinus Nijhoff, 1972).
  • Abdul Kadir Bakar, "Sekelumit pembicaraan tentang penyair Chairil Anwar" (Ujung Pandang: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Sastra, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, 1974)
  • S.U.S. Nababan, "A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and Chairil Anwar" (New York, 1976)
  • Arief Budiman, "Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan" (Jakarta: Pustaka Jaya, 1976)
  • Robin Anne Ross, Some Prominent Themes in the Poetry of Chairil Anwar, Auckland, 1976
  • H.B. Jassin, "Chairil Anwar, pelopor Angkatan '45, disertai kumpulan hasil tulisannya", (Jakarta: Gunung Agung, 1983)
  • Husain Junus, "Gaya bahasa Chairil Anwar" (Manado: Universitas Sam Ratulangi, 1984)
  • Rachmat Djoko Pradopo, "Bahasa puisi penyair utama sastra Indonesia modern" (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985)
  • Sjumandjaya, "Aku: berdasarkan perjalanan hidup dan karya penyair Chairil Anwar (Jakarta: Grafitipers, 1987)
  • Pamusuk Eneste, "Mengenal Chairil Anwar" (Jakarta: Obor, 1995)
  • Zaenal Hakim, "Edisi kritis puisi Chairil Anwar" (Jakarta: Dian Rakyat, 1996)


Baca selengkapnya di sini.
Share:

Populer di Indonesia

Sahabat Sejati

Informasi Terkini

Populer Bulanan

Populer Mingguan

Kirim Pesan

Nama

Email *

Pesan *

Arsip Blog