Belajar Bahasa Indonesia Online SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Pencarian

09 November 2018

Pengangguran

Pengangguran
Pernyataan umum Pengangguran adalah mereka yang ingin bekerja namun mereka tidak memiliki pekerjaan. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja dengan jumlah persen. Pengangguran menyababkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. pengangguran yang berkepanjangan dapat juga menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Jumlah pengangguran biasanya seiring dengan bertambah jumlah penduduk serta tidak didukung oleh tersedianya lapangan kerja baru atau keinginan untuk menciptakan lapangan kerja(minimal) untuk dirinya sendiri atau memang tidak memungkinkan untuk mendapatkan lapangan kerja.Proses kejadian: 
Contoh pengangguran:Liputan6.com, Jakarta - Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia terus menuju ke arah yang semakin membaik. Hal ini ditunjukkan dengan turunnya jumlah pengangguran terbuka di dalam negeri.Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, jumlah penduduk bekerja di Indonesia pada Februari 2017 sebanyak 124,54 juta orang. Angka ini naik 6,13 juta orang dibanding keadaan Agustus 2016 dan naik sebanyak 3,89 juta orang dibanding Februari 2016.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja pada Februari 2018 sebanyak 133,94 juta orang, naik 2,39 juta orang dibandingkan Februari 2017. Sejalan dengan itu, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sebesar 69,20 persen, meningkat 0,18 persen poin. BPS mencatat dalam setahun terakhir, pengangguran berkurang 140 ribu orang, sejalan dengan TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) yang turun menjadi 5,13 persen pada Februari 2018. Menurut BPS, penduduk yang bekerja sebanyak 127,07 juta orang, bertambah 2,53 juta orang dibandingkan Februari 2017. Adapun lapangan pekerjaan yang meningkat persentase penduduk yang bekerja terutama pada penyediaan akomodasi dan makan minum (0,68 persen poin), jasa lainnya (0,40 persen poin), dan industri pengolahan (0,39 persen poin).
kondisi sektor ketenagakerjaan pada 2017. Sektor pengangguran tercatat 5,5 persen. "Dari jumlah tersebut, lulusan SMK paling besar, yaitu 11,41 persen," ujar dia. "Untuk tingkat kemiskinan itu 10,12 persen, di mana angka kemiskinan di pedesaan adalah 13,47 persen. Gini ratio (kesenjangan) menurun, dari 0,41 persen pada 2016 menjadi 0,391 persen. Di perkotaan relatif lebih tinggi, 0,404 persen," tambah dia. Mengutip proyeksi Bank Dunia atau World Bank, Hanif menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi dunia pada 2018."World Bank bilang, pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini adalah 3,1 persen, dan Indonesia akan tumbuh 5,3 persen. Tapi pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,4 persen, lebih tinggi 1 persen dibanding proyeksi World Bank," tutur dia. Target Pemerintah di 2018 Selain tentang pertumbuhan ekonomi negara, Hanif menyebutkan pemerintah telah menyiapkan target-target lainnya untuk tahun ini. Daya saing Indonesia dalam periode 2017-2018 berada di posisi 36 dari 137 negara. Target pertumbuhan investasi pemerintah di 2018 ada di kisaran 6 sampai 6,6 persen," kata dia. Pemerintah juga berencana menurunkan angka pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan. "Diharapkan, jumlah pengangguran pada tahun ini dapat turun, dari 5 sampai 5,3 persen," ujar dia."Begitu juga dengan kemiskinan, yang bisa turun 9,5 sampai 10 persen. Sementara gini ratio, kami berharap itu dapat turun sekitar 0,01 persen, atau menjadi 0,38 persen," ungkap Hanif.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja pada Februari 2018 sebanyak 133,94 juta orang, naik 2,39 juta orang dibandingkan Februari 2017. Sejalan dengan itu, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sebesar 69,20 persen, meningkat 0,18 persen poin.BPS mencatat dalam setahun terakhir, pengangguran berkurang 140 ribu orang, sejalan dengan TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) yang turun menjadi 5,13 persen pada Februari 2018.Menurut BPS, penduduk yang bekerja sebanyak 127,07 juta orang, bertambah 2,53 juta orang dibandingkan Februari 2017. Adapun lapangan pekerjaan yang meningkat persentase penduduk yang bekerja terutama pada penyediaan akomodasi dan makan minum (0,68 persen poin), jasa lainnya (0,40 persen poin), dan industri pengolahan (0,39 persen poin).Sementara lapangan pekerjaan yang menurun adalah pertanian (1,41 persen poin), konstruksi (0,20 persen poin), dan jasa pendidikan (0,16 persen poin).Selain itu, data BPS juga menunjukkan, sebanyak 73,98 juta orang (58,22 persen) penduduk bekerja di kegiatan informal. Akan tetapi, persentasenya menurun sebesar 0,13 persen poin dibandingkan Februari 2017. 
Kamis (19/7/2018), firma konsultan PwC, baru saja merilis laporan teranyarnya yang menyatakan peluang kerja baru justru akan muncul dengan kemajuan perkembangan robot.Mereka mencontohkan penerapan robot dan kecerdasan buatan di Inggris malah akan menggantikan beberapa pekerjaan, seperti transportasi atau manufaktur.Di situ, kecerdasan buatan akan menciptakan setidaknya 38 persen pekerjaan transportasi dan 30 persen manufaktur.Akan tetapi, di sektor lain, kecerdasan buatan justru menciptakan lapangan kerja. Contohnya di sektor kesehatan, kecerdasan buatan akan menciptakan 34 persen pekerjaan di sektor pekerjaan. Dia hanya mengambil alih 12 persen pekerjaan manusia di sektor ini.“Secara absolut, sekitar tujuh juta pekerjaan akan diproyeksikan pindah ke kecerdasan buatan. Tapi, kecerdasan buatan akan membuat 7,2 juta pekerjaan baru. Jadi, ada 200 ribu pekerjaan baru yang akan dibuat oleh AI,” tulis laporan tersebut.Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) mengatakan, ada 14 persen pekerjaan di negara anggota OECD yang terganti dengan robot tahun ini.PwC dan OECD mengatakan sektor yang akan diuntungkan dari kecerdasan buatan adalah pendidikan, pekerjaan yang berkaitan dengan teknis dan sains, akomodasi dan jasa makanan, serta informasi dan komunikasi. Alasannya, pekerjaan ini lebih kompleks dan tugasnya lebih khusus.Sementara, sektor yang mendapatkan pengaruh buruk dari kecerdasan buatan adalah keuangan dan asuransi, ritel, konstruksi, administrasi publik, transportasi, serta manufaktur.
Senin 7 Mei 2018 - 15:20 WIB
BPS: Jumlah Pengangguran di Indonesia Capai 6,87 Juta Para pencari kerja memenuhi bursa kerja. Foto/SINDOnews JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2018 mencapai 5,13%, atau turun dari periode sama tahun sebelumnya, 5,33%. Dari persentase tersebut, maka jumlah pengangguran di Indonesia saat ini mencapai 6,87 juta orang atau turun dari sebelumnya yang mencapai 7,01 juta orang.
"Jumlah penganggurannya 6,87 juta. Kan tadinya 5,33% angkanya 7,01 juta, sekarang turun jadi 5,13% posisinya 6,87 juta jumlah pengangguran," katanya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (7/5/2018).Menurutnya, tingkat pengangguran di kota jauh lebih tinggi dibanding di desa. Pada Februari 2018, TPT di perkotaan sebesar 6,34%, sementara TPT di wilayah pedesaan yang hanya sebesar 3,72%. Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, TPT di perkotaan dan di pedesaan masing-masing mengalami penurunan sebesar 0,16% dan 0,28%Sementara jika dilihat dari tingkat pendidikannya, maka TPT terbesar berada pada level Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mencapai 8,92%. Kemudian, setelah itu pada level Diploma I/II/III sebesar 7,92%.
 Penyebab pengangguran disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Pengangguran sering kali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Pendapatan menyebabkan pengangguran harus mengurangi dan mengeluarkan konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Tingkat pengangguran yang tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politiuk, keamanan dan sosial sehingga menganggu proses pembangunan
 
Akibat pengangguran bagi perekonomian negara :
Menurut pendapatan perkapita , dapat menambah hutang negara 
Bagi masyarakat : 
Pengangguran merupakan psikologis dan psikis , pengangguran akan menimbulkan ketidak stabilan sosial dan politik 
Cara mengatasi pengangguran :
-Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain. 
-Melakukan pelatihan dibidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu
Ulasan atau (interpretasi):Menurut saya pengangguran bukan orang yang malas mencari pekerjaan justru akhir-akhir ini banyak pengangguran yang merupakan lulusan dari perguruan-perguruan tinggi jadi sebaiknya pengangguran tidak harus disalahkan.
Ditulis oleh :
Fitri wahyuni
Kelas : XI.Ips 1










Sumber


Share:

0 comments:

Posting Komentar

Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Populer di Indonesia

Sahabat Sejati

Informasi Terkini

Populer Bulanan

Populer Mingguan

Kirim Pesan

Nama

Email *

Pesan *

Arsip Blog