Belajar Bahasa Indonesia Online SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Pencarian

02 Oktober 2018

PEMBULLYAN

VERBAL BULLYING UDAH GAK JAMAN

Bullying verbal adalah segala bentuk bullying yang mengandalkan penggunaan kata-kata atau bahasa untuk menyakiti perasaan korbannya. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Bully verbal ini garis besarnya banyak dilakukan di kalangan para pelajar yang masih dalam masa pubertas yang kurang bisa mengontrol emosinya. Tak jarang orang dewasa melakukan bullying juga. Biasanya pelaku melakukan bullying verbal atas dasar kepuasan diri sendiri. Karena kepuasan itulah yang akan mendorong pelaku untuk terus membully korban lalu nantinya akan menjadi kebiasaan yang melekat pada pelaku untuk menjadi seorang pembully.

Contoh dari bullying verbal yang ada di sekitar kita, beberapa akan dijelaskan antara lain. Asia (nama samaran) siswa dari SMA 1 CU saat duduk di bangku kelas XI selalu memanggil dengan panggilan atau julukan yang tidak semestinya, seperti "hitam!" Kepada Agil (nama samaran) hanya karena Agil memiliki warna kulit yang lebih gelap daripada teman-temannya yang lain. Bully semacam ini melibatkan fisik sebagai acuannya. Mereka yang memiliki kekurangan fisik seperti ini tak jarang akan menjadi korban.

Selanjutnya memanggil dengan nama orang tua. Nama orang tua yang terdengar kuno akan lebih menarik untuk diejek. Seperti halnya yang juga siswa SMA 1 CU sejak SD hingga SMA Kino (nama samaran) yang sering memanggil 'Jaka' kepada Oka (nama samaran) sedangkan Jaka adalah nama ayahnya Oka. Alasan Kino melakukannya lebih seperti lucu lucuan saja, namun tetap saja Oka merasa tersakiti.

Yang berikutnya adalah menyindir. Kasus yang satu ini akan ada jika sang korban tersebut pernah melakukan kesalahan lalu pelaku yang usil akan memperpanjang permasalahan tersebut. Bullying ini tak hanya dilakukan secara langsung, namun dapat juga secara tidak langsung seperti melalui media sosial, seperti para netizen berkomentar kasar di unggahan instagram seorang artis berinisial LL  yang terkena skandal transgender awal tahun 2018.

Contoh lainnya adalah pada tahun pertama kuliah (2017) mahasiswa berinisial L bilang kepada R bahwa J masuk PTN ternama melalui jalur curang atau menyogok, lalu R bilang lagi kepada Y tentang berita yang ia dengar dari L, kemudian kabar tersebut tersebar ke seluruh penjuru kampus hingga ke telinga J, akhirnya J pun terasingkan karena berita itu padahal itu semua tidaklah benar. Ini yang dinamakan fitnah, fitnah ini dilakukan untuk menjatuhkan, meruntuhkan, merusak kehormatan dan karakter seseorang. Sifat perusak ini biasanya muncul karena kecemburuan, kekecewaan, depresi dan ketidakberdayaan untuk bersaing secara sehat dipermukaan.

Selanjutnya adalah merendahkan atau memandang rendah (hina) orang lain. Contohnya selama menjadi kapten basket (2017-2018) GD suka menghina FE bilang bahwa FE bukanlah tandingannya dalam sepak bola. GD melakukan ini merasa dirinya adalah orang yang lebih baik dari FE padahal belum tentu seperti itu faktanya.

Selain itu tanpa disadari, membanding-bandingkan anak juga tergolong kedalam verbal bullying. Untuk memotivasi anak, beragam cara dilakukan orangtua. Sayangnya ada cara yang justru salah, seperti membanding-bandingkan anak dengan teman-temannya.

Bullying dapat menimbulkan dampak yang positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu lebih kuat dan tegar dalam menghadapi suatu masalah, termotivasi untuk menunjukkan potensi mereka agar tidak lagi direndahkan, dan terdorong untuk berintrospeksi diri.

Walaupun ada dampak positifnya, namun tetap saja bullying dapat membawa pengaruh buruk terhadap kesehatan fisik maupun mental. Anak-anak yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental.

Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang menjadi korban bullying, antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur. Masalah ini mungkin akan terbawa hingga dewasa. Keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan ketegangan otot. Rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah. Serta penurunan semangat belajar dan prestasi akademis. Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak korban bullying mungkin akan menunjukkan sifat kekerasan.

Tak hanya korban bullying, bahkan si pembully juga dapat merasakan dampak dari bullying. Anak-anak yang suka mem-bully memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk berperilaku kasar/abusif, melakukan kriminalitas, terlibat dalam vandalisme, menyalahgunakan obat-obatan dan alkohol, dan dapat terlibat dalam pergaulan bebas. Dimana dampak tersebut dapat merusak masa depan pelaku nantinya.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat menyimpulkan bahwa bullying adalah perilaku yang tidak baik, memburukkan nama baik orang yang dihina, yang paling penting dapat melukai hati orang lain yang mendengarnya, dan bullying dapat merugikan tak hanya untuk korban namun pelaku bullying juga turut terkena dampak dari bullying. Maka dari itu daripada melakukan bullying yang tidak zaman, sebagai anak bangsa akan lebih keren jika generasi lebih fokus untuk berkarya menciptakan hal yang membanggakan dan memajukan Indonesia, mewujudkan dan mengamalkan nilai nilai pancasila, serta menjalin persaudaraan sesama generasi bangsa. Adapun bagi kita yang sering di bullying sebaiknya janganlah menjadikan ejekan dari orang lain sebagai alasan untuk putus asa namun sebaliknya, kita harus menunjukkan bahwa kita bisa menjadi lebih baik.

Nama : Nadia Putri
Kelas : XI IPS 4








Sumber


Share:

0 comments:

Posting Komentar

Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Populer di Indonesia

Sahabat Sejati

Informasi Terkini

Populer Bulanan

Populer Mingguan

Kirim Pesan

Nama

Email *

Pesan *

Arsip Blog