VERBAL BULLYING UDAH GAK JAMAN
Bullying verbal adalah segala bentuk bullying yang
mengandalkan penggunaan kata-kata atau bahasa untuk menyakiti perasaan korbannya.
Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan
kekuasaan sosial atau fisik. Bully verbal ini garis besarnya banyak dilakukan
di kalangan para pelajar yang masih dalam masa pubertas yang kurang bisa
mengontrol emosinya. Tak jarang orang dewasa melakukan bullying juga. Biasanya
pelaku melakukan bullying verbal atas dasar kepuasan diri sendiri. Karena
kepuasan itulah yang akan mendorong pelaku untuk terus membully korban lalu
nantinya akan menjadi kebiasaan yang melekat pada pelaku untuk menjadi seorang
pembully.
Contoh dari bullying verbal yang ada di sekitar kita, beberapa
akan dijelaskan antara lain. Asia (nama samaran) siswa dari SMA 1 CU saat duduk
di bangku kelas XI selalu memanggil dengan panggilan atau julukan yang tidak
semestinya, seperti "hitam!" Kepada Agil (nama samaran) hanya karena
Agil memiliki warna kulit yang lebih gelap daripada teman-temannya yang lain. Bully
semacam ini melibatkan fisik sebagai acuannya. Mereka yang memiliki kekurangan
fisik seperti ini tak jarang akan menjadi korban.
Selanjutnya memanggil dengan nama orang tua. Nama orang tua yang
terdengar kuno akan lebih menarik untuk diejek. Seperti halnya yang juga siswa
SMA 1 CU sejak SD hingga SMA Kino (nama samaran) yang sering memanggil 'Jaka'
kepada Oka (nama samaran) sedangkan Jaka adalah nama ayahnya Oka. Alasan Kino melakukannya
lebih seperti lucu lucuan saja, namun tetap saja Oka merasa tersakiti.
Yang berikutnya adalah menyindir. Kasus yang satu ini akan
ada jika sang korban tersebut pernah melakukan kesalahan lalu pelaku yang usil
akan memperpanjang permasalahan tersebut. Bullying ini tak hanya dilakukan
secara langsung, namun dapat juga secara tidak langsung seperti melalui media
sosial, seperti para netizen berkomentar kasar di unggahan instagram seorang
artis berinisial LL yang terkena skandal
transgender awal tahun 2018.
Contoh lainnya adalah pada tahun pertama kuliah (2017) mahasiswa
berinisial L bilang kepada R bahwa J masuk PTN ternama melalui jalur curang
atau menyogok, lalu R bilang lagi kepada Y tentang berita yang ia dengar dari
L, kemudian kabar tersebut tersebar ke seluruh penjuru kampus hingga ke telinga
J, akhirnya J pun terasingkan karena berita itu padahal itu semua tidaklah
benar. Ini yang dinamakan fitnah, fitnah ini dilakukan untuk menjatuhkan,
meruntuhkan, merusak kehormatan dan karakter seseorang. Sifat perusak ini biasanya
muncul karena kecemburuan, kekecewaan, depresi dan ketidakberdayaan untuk
bersaing secara sehat dipermukaan.
Selanjutnya adalah merendahkan atau memandang rendah (hina)
orang lain. Contohnya selama menjadi kapten basket (2017-2018) GD suka menghina
FE bilang bahwa FE bukanlah tandingannya dalam sepak bola. GD melakukan ini
merasa dirinya adalah orang yang lebih baik dari FE padahal belum tentu seperti
itu faktanya.
Selain itu tanpa disadari, membanding-bandingkan anak juga
tergolong kedalam verbal bullying. Untuk memotivasi anak, beragam cara
dilakukan orangtua. Sayangnya ada cara yang justru salah, seperti
membanding-bandingkan anak dengan teman-temannya.
Bullying dapat menimbulkan dampak yang positif dan negatif.
Dampak positifnya yaitu lebih kuat dan tegar dalam menghadapi suatu masalah,
termotivasi untuk menunjukkan potensi mereka agar tidak lagi direndahkan, dan
terdorong untuk berintrospeksi diri.
Walaupun ada dampak positifnya, namun tetap saja bullying
dapat membawa pengaruh buruk terhadap kesehatan fisik maupun mental. Anak-anak
yang menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai masalah
kesehatan, baik secara fisik maupun mental.
Adapun masalah yang lebih mungkin diderita anak-anak yang
menjadi korban bullying, antara lain munculnya berbagai masalah mental seperti
depresi, kegelisahan dan masalah tidur. Masalah ini mungkin akan terbawa hingga
dewasa. Keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan
ketegangan otot. Rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah. Serta
penurunan semangat belajar dan prestasi akademis. Dalam kasus yang cukup
langka, anak-anak korban bullying mungkin akan menunjukkan sifat kekerasan.
Tak hanya korban bullying, bahkan si pembully juga dapat
merasakan dampak dari bullying. Anak-anak yang suka mem-bully memiliki
kecenderungan yang lebih besar untuk berperilaku kasar/abusif, melakukan
kriminalitas, terlibat dalam vandalisme, menyalahgunakan obat-obatan dan
alkohol, dan dapat terlibat dalam pergaulan bebas. Dimana dampak tersebut dapat
merusak masa depan pelaku nantinya.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat menyimpulkan bahwa
bullying adalah perilaku yang tidak baik, memburukkan nama baik orang yang
dihina, yang paling penting dapat melukai hati orang lain yang mendengarnya,
dan bullying dapat merugikan tak hanya untuk korban namun pelaku bullying juga
turut terkena dampak dari bullying. Maka dari itu daripada melakukan bullying
yang tidak zaman, sebagai anak bangsa akan lebih keren jika generasi lebih
fokus untuk berkarya menciptakan hal yang membanggakan dan memajukan Indonesia,
mewujudkan dan mengamalkan nilai nilai pancasila, serta menjalin persaudaraan
sesama generasi bangsa. Adapun bagi kita yang sering di bullying sebaiknya janganlah
menjadikan ejekan dari orang lain sebagai alasan untuk putus asa namun
sebaliknya, kita harus menunjukkan bahwa kita bisa menjadi lebih baik.
Nama : Nadia Putri
Kelas : XI IPS 4
Sumber
0 comments:
Posting Komentar
Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.