Belajar Bahasa Indonesia Online SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Wanita Cantik Lahir Batin, Calon Istri Idaman

Wanita Cantik Lahir Batin, Kamu Harus Segera Nikahi Dia Model wanita seperti ini sangat langka. Baca selengkapnya: https://www.genpi.co/gaya-hidup/33478/wanita-cantik-lahir-batin-kamu-harus-segera-nikahi-dia

5 Mobil Mewah Termahal Yang Pernah Dijual di Indonesia

Punya khalayak otomotif yang kuat, lima mobil mewah termahal ini pernah dijual di Indonesia! https://carro.id/blog/5-mobil-mewah-termahal-yang-pernah-dijual-di-indonesia/

Timnas Indonesia U-16 menjuarai Piala AFF U-16

Bola.net - Asisten Shin Tae-yong, Nova Arianto mengapresiasi keberhasilan Timnas Indonesia U-16 menjuarai Piala AFF U-16 2022. https://www.bola.net/tim_nasional/timnas-indonesia-juara-piala-aff-u-16-2022-asisten-shin-tae-yong-jangan-layu-sebelum-berkemba-ca151c.html

Tesla Cybertruck Asli dalam Video Baru Dari Peterson

Diupload: 13 Apr 2023, Museum Otomotif Peterson memiliki prototipe Cybertruck pertama yang dipamerkan dalam pameran, selengakapnya di https://id.motor1.com/news/662022/tesla-cybertruck-asli-museum-peterson/

Kabar Baik untuk ARMY! BTS Kembali Dinobatkan sebagai Penyanyi K-Pop Terpopuler

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari laman Soompi, BTS kembali menempati peringkat pertama sebagai penyanyi K-Pop terpopuler https://cirebon.pikiran-rakyat.com/entertainment/pr-042118224/kabar-baik-untuk-army-bts-kembali-dinobatkan-sebagai-penyanyi-k-pop-terpopuler-di-bulan-juni-2021

Pencarian

16 November 2022

Asal Usul Balai Kota Bogor (Contoh Teks Cerita Sejarah)

========================
Judul TCS: Asal Usul Balai Kota Bogor
Objek/Sumber TCS: Balai Kota Bogor
Tanggal Upload: ....

Kelas: XII IPS 1
Kelompok: 4
Nama Anggota Kelompok:
1. Aufa Nizar
2. Gabriella Feby Sonya Hutabarat
3. Galih Akbar
4. Miftah Aulia Husna

TCS (Teks Cerita Sejarah)


Orientasi


    Gedung Balai Kota Bogor merupakan pusat pemerintahan resmi untuk Kota Bogor. Balai ini terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 10, Kelurahan Pabaton, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Balai ini berada tepat di tepi Jalan H. Juanda, lebih kurang 600 meter sebelah barat laut dari Istana Bogor.

Urutan Peristiwa

    Gedung Balai Kota ini memiliki luas bangunan 2.639,7 m² di atas lahan seluas 9.060 m². Bangunan gedung ini semula bergaya kolonial dan mengalami renovasi, arsitekturnya mengadopsi campuran antara gaya arsitektur Sunda dan Eropa. Semua ruang dialasi lantai papan dan mempunyai kolong.

    Gedung utama Balai Kota berdenah persegi panjang menghadap ke arah Jalan Ir. H. Juanda atau Istana Bogor, dan memiliki halaman yang cukup luas. Bagian muka gedung utama beratap segitiga, yang dihiasi dengan ukiran kayu, memiliki pilar-pilar ramping, dan pada bagian kaki diberi batu alam, lalu dindingnya diberi cat warna putih yang menimbulkan kesan sebagai bangunan megah.



Gedung Balai Kota Bogor Sebelum Direnovasi





Gedung Balai Kota Bogor Sesudah Direnovasi

    Gedung ini, dulunya berada di Jakarta yang didirikan pada tahun 1776 dengan nama Societiet de Harmonie yang dimiliki Belanda pada jaman dahulu, juga dikenal dengan tempat adu kemewahan. Gedung ini diprakasai oleh Jendral Reinier de Klerk, yang mulai dikerjakan pada tahun 1810-1814. Gedung Societeit sendiri merupakan wadah untuk kalangan tertentu alias eksklusif di masa itu. Tidak semua orang bisa masuk ke dalamnya. Biasanya yang hadir berasal dari kalangan de Buitenzorg atau Istana Bogor atau para tamu dan pejabat penting lainnya. Sisi ekslusivitas juga dijaga dari warna kulit. Orang pribumi hanya bisa masuk ke dalam Gedung Societeit dalam fungsi sebagai pelayan dan bukan sebagai tamu. Dengan semakin banyaknya orang-orang Eropa/Belanda di Buitenzorg, maka terbentuklah societeit (klub social) di Buitenzorg. Societeit adalah klub social yang bertujuan social untuk menyelenggarakan kegiatan untuk membantu pemerintah dibidang social. Klub social societeit ini juga menyelenggarakan bentuk-bentuk hiburan bagi keluarga kaya dalam bentuk pagelaran musik, olahraga dan sebagainya. Lambat-laun societeit ini membangun gedung sendiri, berdasarkan iuran atau sumbangan dari anggota. Gedung societeit juga menjadi tempat pertemuan-pertemuan social bahkan juga tempat pesta-pesta dilakukan seperti pesta perkawinan. Gedung societeit yang dilengkapi dengan kantin atau café menjadi pusat social terpenting saat itu. Klub sosial di Buitenzorg sejauh yang diketahui tidak memiliki nama khusus (seperti di Batavia: Harmonie dan Concordia).

    Setelah penyerahan kedaulatan Indonesia, Societeit de Harmonie terlupakan dan bahkan dirubuhkan karena suatu alasan. Tempat yang dulunya menjadi tempat bersenang-senang para kaum elite Eropa, tak lagi bergaung seheboh di masa lalu. Pesta dansa yang digelar pun, tak lagi mampu menyamai kemeriahan masa lalunya. Akhirnya, di tahun 1949-an, Societeit de Harmonie ditutup dan bangunan Societeit de Harmonie pun dirobohkan. Alasan pembongkaran sangat sepele. Lahan bangunannya akan digunakan untuk perluasan area parkir Kantor Sekretariat Negara dan pelebaran jalan di samping gedung. Sebenarnya rencana pembongkaran gedung pernah ditentang keras kalangan arkeolog, sejarawan, budayawan, dan arsitek. Namun saat itu golongan konservasionis hampir selalu dicap “menentang kebijakan pemerintah dalam bidang pembangunan” karena “pembangunan itu ditujukan untuk kemakmuran rakyat banyak”. Societeit de Harmonie jadi salah satu bangunan yang hancur sebagai tumbal revolusi, bersamaan dengan bangunan lain seperti Hotel Des Indes, Bioskop Capitol, Rumah Cina Kuno, dan beberapa pasar tua di Jakarta.

    Lalu, pada tahun 1960 atau 1970an Gedung Societiet ini kembali didirikan di Bogor. Namanya sendiri tidak berubah karena
fungsi dari gedung ini pun masih sama, yaitu sebagai tempat berpesta orang-orang Belanda dan kaum elite lainnya guna menghilangkan kepenatan setelah menghabiskan hari-hari untuk bekerja. Tempatnya sangat megah dimana di dalamnya terdapat bar, ruang bilyar, panggung dan lantai dansa. Tidak sembarangan orang bisa memasuki bangunan ini kala itu, hanya para Meneer (tuan) dan Mevrouw (nyonya) besar bangsa Belanda dan Eropa yang seakan bisa bergembira ria menikmati kehidupan malam. Dulunya dibagian dinding tampak depan bangunan ini tertulis jelas nama 'Harmonie' yang artinya mengenang betapa harmonisnya mereka saat berkumpul disini. Jadi semua keserasian, kebersamaan orang-orang Belanda saat berkumpul ada disini. Setelah itu, bangunan gedung ini digunakan sebagai Kantor Gemeente Buitenzorg seiring dibentuknya Staadsgemeente di Buitenzorg (nama lampau Bogor).

    Lalu, pada tahun 70an, Gedung de Societeit menjadi Markas Komando Resort 061/ Surya Kencana. Tempat ini menjadi markas militer yang membawahi Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Kabupaten Bogor. Barulah di tahun 1971 tersebut ketika jabatan
Wali Kota Bogor dipegang oleh Achmad Syam, tempat tersebut difungsikan sebagai Balai Kota Bogor.

    Saat ini yang menjabat sebagai Wali Kota Bogor adalah Bima Arya Sugiarto, beliau lahir di klinik dr. Soekoyo Paledang Bogor 17 Desember 1972. Ia anak sulung dari tiga bersaudara. Seluruh keluarga besarnya berasal dari Bogor. Pendidikan dasar hingga SMA ditamatkan di Bogor. Sekolah Dasar di SDN Polisi IV kemudian lulus dari SMPN 1, dan SMAN I Bogor. Setelah menamatkan SMA pada 1991, Ia mengambil jurusan Hubungan Internasional, di Universitas Parahyangan, Bandung. Di kampus Unpar inilah “kegilaan” berorganisasi semakin tersalurkan. Sempat menjadi wakil ketua Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMAHI), Ketua II Senat Mahasiswa FISIP dan Badan Pekerja Sekretariat Forum Mahasiswa HI Indonesia. Beberapa kali dipilih untuk mengetuai organisasi kepanitiaan dengan puncaknya pada 1995 menjadi ketua umum Panitia Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia (PNMHII) ke VII di Gedung Asia Afrika Bandung.

    Ia melanjutkan studinya di Development Studies, Monash University, Melbourne pada tahun 1996. Sepulang dari Melbourne pada 1998, Bima kembali ke almamaternya dan mengawali karier sebagai staf pengajar di jurusan HI Unpar. Awal 2001, Bima memutuskan untuk hijrah ke Jakarta. Dia memulai karier baru di Universitas Paramadina. Tahun 2002, dia mendapat beasiswa dari pemerintah Australia untuk menempuh program doktor. Pada Juni 2002, dia terbang ke Adelaide untuk memulai program doktor ilmu politik. Saat ini Bima Arya Sugiarto aktif mengajar di Universitas Paramadina, memimpin the Lead Institute, sebuah pusat studi di bawah naungan Universitas Paramadina.

     Bima kemudian menjadi salah satu deklarator berdirinya PAN pada tahun 1998 dan menjabat sebagai Sekretaris DPD PAN Kota Bandung pada tahun 1998-2000. Saat ini Bima menjabat sebagai Ketua DPP Bidang Politik dan Komunikasi.

    Bima adalah putra dari Toni Sugiarto, seorang perwira polisi. Ketika Bima dilahirkan, ayahnya berpangkat Kapten. Ketika wafat pada tahun 1997 ayahnya masih bertugas sebagai anggota DPR dari fraksi ABRI dengan pangkat Brigadir Jendral. Semasa hidupnya Toni Sugiarto dikenal sebagai tokoh Bogor, pemimpin yang sangat merakyat dan luas pergaulannya di Kota Bogor. Beliau adalah salah satu tokoh Bogor yang banyak berkiprah dibidang organisasi kemasyarakatan di Bogor, salah satunya melalui Paguyuban Bogoriensis yang ia dirikan beserta tokoh-tokoh Bogor lainnya. Toni Sugiarto adalah Ketua Umum Paguyuban Bogoriensis tahun 1993-1997. Walikota Bogor Diani Budiarto yang ketika itu masih menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata sempat pula terlibat dalam aktivitas Paguyuban Bogoriensis.

     Semangat dari Paguyuban Bogoriensis inilah yang 14 tahun kemudian dilanjutkan oleh Bima Arya menjadi Paguyuban Bogor. Walikota Bogor Diani Budiarto meresmikan berdirinya Paguyuban Bogor pada tanggal 17 Desember 2011. Didukung oleh sejumlah tokoh senior di Bogor seperti Dewi Pandji, H. Karna Sapoetra, H. Atjep Zainal Arifin, H. Koerman Sabur dan dimotori para aktivis muda Bogor, organisasi ini bergerak di bidang sosial ekonomi, budaya, dan pendidikan.

     Ibunda dari Bima Arya, Melinda Susilarini adalah juga figur yang penuh dengan prestasi di Bogor. Melinda adalah Juara kedua Ratu Pariwisata Karesidenan Bogor, setelah itu menjadi Juara kedua Ratu Pariwisata Jabar, dan kemudian pada tahun 1971 mewakili Bogor di pentas nasional terpilih menjadi juara kedua Ratu Indonesia. Kakek Bima Arya, Barna Muhammad (dari pihak ibu) adalah Kepala Rumah Tangga Istana Bogor pada jaman Presiden Soekarno dan R. Soekojo, (dari pihak ayah) adalah pensiunan pegawai kehutanan yang ketika itu tinggal di Gang Nurkas, Paledang Bogor (13 November 52)

     Bima Arya menikah dengan Yane Ardian, seorang gadis Bogor pada 28 Desember 2002. Yane lahir di Panaragan Bogor dan keluarga Yane tinggal di Gang Aut Bogor. Ayah Yane almarhum Ardi Rahman (Tan Ki Hoan) semasa hidupnya adalah pengusaha angkot. Bima dan Yane kini dikaruniai dua orang anak, Kinaura Maisha (Kin), putri berusia 8 tahun dan Kenatra Mahesha (Ken) putra berusia 4 tahun.


Reorientasi

    Kenangan Societeit Harmonie terus memudar. Kalau ada kasus yang bisa membangkitkannya, paling-paling berupa cerita dan foto-foto lama berseliweran. Ada penyesalan tersirat dalam ekspresi wajah kawasan Harmonie saat ini. Sebuah hal yang kita sesalkan karena melupakan perkataan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Thomas Stamford Raffles: Jangan pernah menghancurkan apa yang tidak dapat Anda bangun kembali.

    Balai Kota Bogor termasuk dalam daftar bangunan Cagar Budaya Bogor. Meskipun bangunan ini sudah dipindah tempatkan dari Jakarta ke Bogor, gedung bersejarah ini tetap menjadi destinasi para masyarakat sekitar. Bahkan disisi pintu masuk Gedung Balai Kota ini memfasilitasi sebuah bus yang biasa masyarakat sekitar sebut dengan nama Uncal. Dimana, bus ini membawa kita kebeberapa tempat untuk mengetahui sejarah dari Kota Hujan ini, dengan ditemani Para Tour Guide yang siap mendongengi penumpang saat perjalanan. Tidak ditanggung biaya sama sekali, cukup scan barcode yang diberikan petugas lalu menunggu giliran untuk menaiki Uncal tersebut.

    Sekarang, gedung ini dimanfaatkan sebagai Kantor Wali kota Bogor. Seperti halnya beberapa perkantoran Kota Bogor lainnya, pada bagian belakang gedung terdapat bangunan tambahan (tidak menempel pada bangunan lama), seperti gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pendidikan dan sebagainya.

     Pakuan adalah sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Sunda Pajajaran yang terkenal pada pemerintahan Prabu Siliwangi (Sri Baginda Maharaja) yang penobatanya tepat pada tanggal 3 Juni 1482, yang selanjutnya hari tersebut dijadikan hari jadi Bogor, karena sejak tahun 1973 telah ditetapkan oleh DPRD Kabupaten dan Kota Bogor sebagai hari jadi Bogor dan selalu diperingati setiap tahunnya sampai sekarang. Sejak itu, bangunan tersebut digunakan sebagai Balai Kota Bogor dan terus membenahi perkantoran Pemerintah Kota Bogor dengan membangun beberapa gedung perkantoran yang berada di bagian belakang Gedung Balai Kota Bogor.

     Sekadar mengetahui. Pada masa ini lokasi gedung Societeit ini adalah lokasi Bank Mandiri yang sekarang. Diberbagai tulisan, ditulis eks Societeit Buitenzorg ini adalah cikal bakal gedung Balai Kota Bogor yang sekarang. Namun tampaknya itu semua keliru. Gedung Balai Kota Bogor yang sekarang sesungguhnya adalah eks Hotel Buitenzorg (lihat Peta 1880) yang sejak 1890an keberadaan hotel ini menghilang tetapi gedungnya tetap eksis, yang besar kemungkinan difungsikan sebagai tempat tinggal. Kelak menjadi kantor/rumah Burgemeester Buitenzorg. Dengan demikian, gedung Societeit bukan menjadi gedung Balai Kota Bogor; lokasi gedung Societeit menjadi lokasi bangunan-bangunan yang berada di Bank Mandiri yang sekarang.




Nama Narasumber:
1. Bapak Papay (Penjaga Keamanan)

2. Bapak Hendri (Kepala Dinas Perhubungan)

3. Bapak Didin Izaidin (Tour Guide)

- Foto tim dengan narasumber



- Foto tim di depan objek/bangunan sejarah


- Foto objek/bangunan sejarah











Kisah dibalik perjalanan ke Kota Hujan


    Ini hanya kumpulan kata sederhana, yang sudah dirangkai lama.

Disini, kami kembali lagi untuk menepati janji saat pertama kali menginjakkan kaki di Kota Hujan ini. Jauhnya perjalanan yang kami tempuh, sama sekali tidak membuat kami mengeluh. Tiga jam yang cukup banyak membuang tenaga, kami adu kepada semesta yang sudah mau bersahabat dengan kami saat itu. Banyak hal yang kami dapatkan di kota ini, terutama cerita sejarah sebuah gedung yang kami teliti. Tak hanya mencari tahu tentang Gedung Balai Kota Bogor, kami juga mengelilingi seperempat dari kota Bogor ini. Salah satu tempat yang membuat kami terkesan ialah, Kebun Raya Bogor. Sedari awal, kami sudah merencanakan ini jauh-jauh hari, dan baru kali ini kami berkesempatan mengunjungi salah satu tempat yang orang-orang sering kunjungi saat pergi ke Bogor. Kota Bogor disebut juga dengan 'Kota Hujan', kenyataannya memang benar seperti itu, kami benar-benar diguyur oleh rintikan air hujan. Namun untungnya sesaat kemudian langit kembali cerah dan kami melanjutkam perjalanan kami. Sesampainya disana, kami berkeliling mencari tempat-tempat yang cocok untuk menjadi ‘ruang’ istirahat dan tempat untuk menumpahkan semua keluh kesah kami.


    Pilihan kami jatuh kepada taman kecil yang ada di sana, Taman Meksiko, begitulah yang tertulis dipapan nama tak jauh dari tempat kami berdiri. Kami pun lekas menggelar alas diatas rerumputan hijau dan fokus menikmati keindahan alam di sana. Sembari menunggu kelompok Ketua Kelas kami yang mendapatkan tempat paling jauh dari Kebun Raya. Tepatnya di Institut Pertanian Bogor, mereka membutuhkan waktu satu jam perjalanan.

    Lamanya waktu yang kami habiskan untuk menunggu teman kami yang lain, membuat kami sangat jenuh, kami pun akhirnya bertukar cerita satu sama lain. Banyaknya topik yang kami bahas, membuat kami semakin dekat dengan satu sama lain. Mulai dari topik persahabatan, konflik antar kelas, bahkan masalah percintaan satu persatu kami luapkan disana. Dua jam berlalu, orang yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga.

    Dan semua cerita yang sebelumnya rumpang, kini sudah rampung. Harap-harap Bogor tetap menjadi Kota pelajar yang selalu bersahabat dengan semesta indah kami ini, terutama bumi kami. Sederhananya, semua ini adalah kenangan yang hanya tinggal cerita.


 















Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial




========================
Share:

Asal Usul Gereja Zebaoth, Bogor (Contoh Teks Cerita Sejarah)

========================
Judul TCS: Asal Usul Gereja Zebaoth
Objek/Sumber TCS: Gereja Zebaoth
Tanggal Upload: ....

Kelas: XII IPS 1
Kelompok: 3
Nama Anggota Kelompok:
1. Alfia Nuraeni
2. Hana Halida
3. Moh. Wahyu Alfianto
4. Raihan Munir

TCS (Teks Cerita Sejarah)



Orientasi

    GPIB Zebaoth Bogor adalah salah satu gereja protestan yang berada di Kota Bogor, Jawa Barat. Gereja Zebaoth dikenal sebagai “Gereja Ayam” karena dibagian ujung atas gereja terdapat logo ayam. Gereja didirikan pada tahun 1920 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-61, J.P. Graaf van Limburg Stirum.

Johan Paul Graaf van Limburg Stirum (2 Februari 1873 - 17 April 1948) adalah seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan Diplomat Belanda. J.P. Graaf van Limburg Stirum menjabat sebagai Gubernur Jenderal dari 21 Maret 1916 - 21 Maret 1921. Beliau juga merupakan pendiri Volkskraad (Dewan Rakyat) pada 18 Mei 1918. Limburg Stirum dianggap sebagai pilihan terbaik untuk menjadi Gubernur Jenderal bagi Hindia Belanda setelah Van Deventer, yang juga sempat dicalonkan namun gagal karena meninggal. Sebelum mendirikan Volksraad, dirinya pernah mendirikan Comite Indie Weerbaar pada Juli 1916.

Gereja Zebaoth terletak di Jl. Ir. H Juanda No.3 Bogor, yang bersebelahan dengan Plantentuin te Buitenzorg (Kebun Raya Bogor). Gereja Zebaoth memiliki struktur bangunan yang sama dengan Gereja induknya yang berada di Belanda, yaitu Gereja Hervormd. Dalam sistem organisasinya pun masih digunakan sistem hirarki karena diurus langsung oleh pemerintah Hindia Belanda.

Disekitar Gereja terdapat kantor pengelola Gereja, rumah yang ditinggali pendeta, pos satpam yang berada di gerbang masuk dan gerbang keluar, taman yang tepat di depan Gereja Zebaoth, lalu ada pusat perpustakaan dan penyebaran teknologi pertanian (PUSTAKA) berada disebrang Gereja Zebaoth, Sebelah utara dan timur, Gereja Zebaoth berbatasan langsung dengan Istana Bogor, sementara di sebelah selatan dengan Kebun Raya Bogor. Bangunan Gereja Zebaoth memiliki luas sekitar 868 meter persegi dan berdiri di atas lahan seluas 5.154 meter persegi. Saat ini, bangunan dimiliki Yayasan Gereja Zebaoth.

Bangunan gereja berdenah persegi empat dengan luas bangunan  867, 64 m² di atas lahas seluas 5.154, 24 m² ini, memiliki menara di bagian depan bangunan yang dihiasi dengan patung ayam dari besi di atasnya. Sehingga, dulu masyarakat juga ada yang menyebut gereja ini dengan istilah “Hanekerk” atau Gereja Ayam dikarenakan puncaknya terdapat patung ayam tersebut. Jendela-jendela pada bangunan ini tinggi dengan berbagai bentuk seperti persegi panjang dan persegi di bagian bawahnya kemudian di atasnya membentuk segitiga. Selain itu, pintu utama gereja atasnya berbentuk setengah bulat dan bawahnya berbentuk persegi.

Urutan Peristiwa

Pada tahun 1896 umat Katolik mendirikan gedung gereja mereka sendiri yang tidak jauh dari gedung gereja ini di Jalan Banten / Bantammer weg (kapten Muslihat saat Ini) yang kemudian gedung gereja ini dikenal dengan Gereja Katedral. 24 tahun kemudian tepatnya pada 30 Januari 1920  umat Protestan juga membangun gedung gereja mereka sendiri diantara gedung gereja yang lama dan Gereja Katedral. Yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Gubernur Jendral  Belanda yang ke 61 pada saat itu yaitu  J.P. Graaf van Limburg Stirum yang kemudian gedung gereja tersebut diberi nama  "Königin Wilhelmina Kerk“. Dibatu itu terukir petikan Di batu itu terukir petikan ayat Alkitab dari Mazmur 43:3 dalam bahasa Belanda:

‘Zend Uw Licht en Uw Waarheid Dat Die Mij LeidenDat Zij Mij Brengen Tot Den Berg Uwer Heiligheid En Tot Uw Woningen ‘

Artinya : "Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu!“

Selama dua puluh tahun berikutnya, ke dalam Gereja ini para Gubernur Jenderal D. Fock, Jonkheer A.C.D. de Graeff, Jonkheer B.C. de Jonge, dan Jonkheer A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menginjakkan kakinya. Stachouwer adalah gubernur jenderal terakhir Hindia Belanda yang mendelegasikan kekuasaan kepada militer Hindia Belanda di bawah pimpinan Jenderal Heinz teer Porten yang menyerah kepada tentara Jepang pada awal Maret 1942.

Setelah 20 tahun lebih dibawah tangan Belanda, gereja ini akhirnya diserahkan kepada Jepang oleh Jenderal Heinz Teer Porten. Pada 1942, Belanda harus mengakui kekalahan atas Jepang untuk menguasai Indonesia. Setelah kekalahan Jepang di tahun 1945, gereja Zebaoth kembali ke tangan negara pendirinya, Belanda. Meskipun begitu, ini tidak berlangsung lama karena pada 1948 gereja ini diserahkan secara resmi kepada GPIB atau Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat.

Pada tanggal 31 Oktober 1948, gedung gereja dialihkan dari Belanda kepada Sinode GPIB dengan nama jemaat GPIB "Bogor". Dan pada tahun 1985 namanya berubah jemaat GPIB "Zebaoth".Nama ini pertama kali digunakan oleh Pendeta Mattimoe pada Paskah 1963. Zebaoth sendiri berasal dari bahasa Ibrani yang artinya Allah Maha Agung yang berkuasa atas bumi dan langit. Nama Zebaoth dalam Kamus Alkitab (hal. 437) berarti ‘Semesta Alam’ yang mengandung arti kekuasaan TUHAN, sedangkan sebutan Allah Israel yang mengutamakan kekuasaan-Nya atas langit dan bumi dan atas segala kekuatan duniawi (kata “zeba’ot” dalam bahasa Ibrani secara hurufiah berbentuk jamak, berarti ‘Tentara’); secara harafiah artinya ‘tentara’ (yang siap sedia melaksanakan perintah Allah, menurut JD. Douglas, 1999). Masyarakat umum pada saat itu lebih mengenal dengan nama “Gereja Ayam”.

Hingga tahun 1962, kebaktian di Gereja ini masih mempergunakan bahasa Belanda sebagai Bahasa pengantar ibadah, dan gereja ini pun disebut Nederlansche spreken gemeente (Jemaat berbahasa Belanda). Sedangkan ibadah yang menggunakan Bahasa pengantar bahasa Indonesia dilakukan di gedung Gereja Bethel di Jl. Jend. Soedirman 44 Bogor, yang sekarang telah beralih fungsi menjadi kantor pos.

Secara kasat mata, bangunan berusia 97 tahun ini memang tampak kokoh lagi anggun. Kendati begitu, Gereja Zebaoth pernah dipugar pada 4 Desember 1985 oleh Majelis Jemaat GPIB di bawah pimpinan Pendeta Naiola dan Mentri Keuangan pada saat itu yaitu Radius Prawiro. Bagian luar gedung Gereja Zebaoth yang awalnya hanya berupa cor-an semen, kemudian oleh Bapak Radius Prawiro diusulkan agar diganti bagian luarnya dengan keramik, agar mudah untuk di rawat dan di bersihkan. Namun karena pemasangan keramik tersebut, status Gereja Zebaoth yang awalnya adalah Cagar Budaya mulai dipertimbangkan karena bangunan gereja tersebut sudah diubah. Para pengurus Gereja saat ini sedang mempertimbangkan untuk melepas keramik tersebut dan mengembalikan bentuk awal gereja yang hanya berupa cor-an semen.

Struktur bangunan Gereja ini masih mempertahankan struktur awal yang dirancang oleh Pemerintah Hindia Belanda, terbukti dengan masih banyak nya benda benda dari jaman Belanda yang masih disimpan dengan baik di Gereja Zebaoth. Misalnya surat, batu, lonceng dan ornamen lainnya yang berasal dari Belanda, Ikon Gereja yang merupakan bentuk ayam yang ada di atas Gereja berfungi sebagai petunjuk arah mata angin, serta kayu yang berada di dalam Gereja masih dipergunakan sampai sekarang dan belum pernah diganti, dibeberapa bagian bangunan ada penambahan beberapa properti.

Sebagai peninggalan Hindia Belanda, bangunan Gereja Zebaoth memiliki bentuk dan gaya arsitektur khas kolonial. Di bagian depan dan samping terdapat pintu dengan kanopi permanen setengah lingkaran menyerupai bentuk kubah. Kanopi pun terpasang di bagian samping belakang, mempercantik tampilan kaca jendela.

Di bagian depan terlihat bangunan ini simetris kedua sisinya. Terdapat satu menara menjulang di bagian depan dengan motif hias geometrik berbentuk segi empat, motif flora dan jendela yang dilengkapi kaca patri. Sementara di ruang dalam ada mimbar, altar dan salib.

Dalam perkembangan dalam berjemaat GPIB Zebaoth sudah banyak melakukan pengembangan pelembagaan 11 bakal jemaat baru diwilayah sekitarnya :

·       GPIB "Sawangan" Sawangan, Depok

·       GPIB "Galilea" Palabuhan Ratu, Sukabumi

·       GPIB "Nehemia" Cibogo, Ciawi

·       GPIB "Pengharapan" Cibinong

·       GPIB "Sola Gratia" Semplak, Bogor

·       GPIB "Petra" Ciluar, Bogor

·       GPIB "Pancaran Kasih" Cimanggis, Depok

·       GPIB "Gideon" Kelapa Dua, Depok

·       GPIB "Kornelius" Lido, Sukabumi

·       GPIB "Bojonggede" Bojonggede, Bogor

·       GPIB "Bukit Sentul", Bogor

Kemudian pelaksana harian majelis jemaat periode 2019-2022:

Ketua Majelis Jemaat: Pdt Margie Ririhena-deWanna, DTh

Ketua 1                   : Pendeta Liat Sihotang

Ketua 2                   : Penatua Japer Situmorang

Ketua 3                   : Penatua Christian Ruhupatty

Ketua 4                   : Diaken Adi Prandaka

Ketua 5                   : Penatua Joe Haryono

Sekretaris               : Penatua Danny Boy Mahulete

Sekretaris 1            : Penatua Pitersina Breemer

Sekretaris 2            : Diaken Ricky Arnold Pauno

Bendahara             : ( Dirangkap bendahara 1 )

Bendahara 1          : Penatua Grace Gala Holo

Pembangunan Gereja Zebaoth bertujuan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Eropa yang berwisata atau menetap di Bogor. Sebagaimana diketahui, sejak abad ke-20, Bogor telah menjadi salah satu destinasi wisata bangsa-bangsa Eropa.

    Seiring dengan meningkatnya kunjungan wisata ke Kota Bogor, pemerintah kolonial Belanda mulai menyediakan berbagai sarana demi memenuhi kebutuhan dan kenyamanan para wisatawan. Salah satunya adalah tempat ibadah. Pada saat itu, tempat ibadah agama Kristen hanya berupa gereja kecil dan kapel, dan digunakan bersama-sama oleh para pendatang dari Eropa maupun pribumi. Sejak gereja ini resmi berdiri, maka bangsa Eropa dan pribumi beribadah di tempat yang berbeda. Gereja Zebaoth menjadi tempat ibadah bangsa Eropa, sementara warga lokal diizinkan untuk beribadah di gereja-gereja kecil lainnya. Salah satunya adalah gedung yang kini telah beralihfungsi menjadi Kantor Pos Pusat Bogor. 


Reorientasi



Gereja Zebaoth memiliki gaya klasik. Selain terdapat ornamen ayam diatas Gereja, bangunan khas Belanda ini pun sangat kental meski hanya dilihat dari luar. Warna cat yang soft dengan perpaduan kaca kaca disetiap lantai bangunan tersebut menjadikan bangunan ini terkesan sangat eksotis. Bukan hanya bangunan  nya saja, halamannya pun sangat luas dan hijaunya rerumputan menambah kesan menawan dan asri. Sejarah panjang yang mengikuti Gereja ini membuat pemerintah menjadikannya sebagai cagar budaya kota Bogor. Meskipun dilindungi, Gereja ini masih digunakan sebagai tempat ibadah hingga sekarang. Gedung gereja ini digunakan untuk Ibadah Hari Minggu sebanyak empat kali pada setiap minggunya, disamping tempat untuk berbagai kegiatan lainnya, seperti: Ibadah Pemberkatan Perkawinan, Ibadah Penglepasan Jenazah bagi presbiter, perayaan & pembinaan keagamaan, kegiatan tingkat sinodal serta kegiatan khusus lainnya. Gereja ini bisa dikunjungi untuk umum dari pukul 06:00-21:00 WIB. Daftar jemaat Gereja Zebaoth ada 5.349 kepala keluarga dan 5.349 jiwa saat ini. Selain sebagai tempat ibadah, Gereja Zebaoth juga melayani pengasuhan untuk anak-anak yang bernama ‘Bina Harapan’ dan ‘Panti Werda’ untuk para lansia. Bahkan, gereja ini memiliki sebuah klinik untuk pelayanan masyarakat.

 



Nama Narasumber:
1. Penatua Danny Boy Mahulete (Sekretaris Gereja Zebaoth)

2. Penatua Joe Haryono (Ketua 5 Gereja Zebaoth)

3. Bapak Paul (Satpam Gereja Zebaoth)

- Foto tim dengan narasumber



- Foto tim di depan objek/bangunan

- Foto objek/bangunan sejarah


PERJALANAN MENUJU GEREJA ZEBAOTH

Pada tanggal 10 September 2022 kami sekelompok berangkat menuju Bogor, kumpul bersama dengan kelompok lain di Stasiun Cikarang. Kami mengambil keberangkatan KRL pada jam 07:15 sampai di Stasiun Manggarai pukul 08:14, lalu sampai Stasiun Bogor pukul 09:30, sebelum melanjutkan perjalanan kami membeli makanan terlebih dahulu, dan melanjutkan perjalanan menggunakan trasnportasi umum yaitu Gocar dengan biaya Rp25.000,00 untuk menuju Gereja Zebaoth.

Setelah sampai di Gereja Zebaoth kami menuju pos satpam untuk bertanya mengenai wawancara yang akan kami lakukan, satpam tersebut menunjukan arah menuju kantor pengelola Gereja yang berada tepat di samping Gereja Zebaoth, kami memasuki kantor tersebut dan meminta izin untuk melakukan wawancara, tetapi kita harus menunggu untuk bertemu dengan sekretaris Gereja, setelah hampir 30 menit menunggu akhirnya kami bisa bertemu dengan sekretaris Gereja.

Ternyata sekretaris tersebut tidak bisa melakukan wawancara pada hari itu dikarenakan Gereja tersebut sedang mengadakan acara. Jadi, jadwal sekretaris tersebut sudah penuh untuk hari itu, tetapi sekretaris tersebut menawarkan kami untuk bertemu pekan depan yaitu tanggal 18 September 2022 dan sekretaris tersebut membuatkan PPT untuk ditujukan kepada kami.

Lalu kami pulang dari Gereja Zebaoth menuju Kapel Regina Pacis untuk bertemu dengan kelompok 2 yang berada disana, kami dihubungi oleh kelompok lain untuk berkumpul di Alun-Alun Kota Bogor. Setelah sampai di Alun-Alun kami mencari tempat meneduh karena tiba-tiba hujan, sekaligus mencari makan siang yaitu soto khas Bogor. Kami pulang pada pukul 16:40 dan sampai Stasiun Cikarang pada pukul 18:02.                                                                                                              

Pada tanggal 18 September 2022 kami kembali menuju Kota Bogor pada pagi hari pukul 08:10 dari Stasiun Cikarang, bersama kelompok lain juga yang melakukan wawancara di Kota Bogor. Kami sampai di Bogor pukul 10:35 seperti biasa kami mencari makan terlebih dahulu di Stasiun Bogor, melihat jarak tempuh dari Stasiun Bogor menuju Gereja Zebaoth pada pekan lalu, kami memutuskan untuk berjalan kaki saja karena lokasi cukup dekat dengan Stasiun dan kami memanfaatkan google maps untuk berjalan menuju Gereja.

Setelah sampai di Gereja, ternyata masih banyak orang yang belum pulang setelah beribadah jadi kami memutuskan untuk menunggu terlebih dahulu diluar dan menghubungi Bapak Danny Boy Mahulete bahwa kami telah sampai di Gereja Zebaoth. Lalu kami dipersilahkan masuk kedalam kantor oleh satpam dikarenakan kami sudah memiliki janji bertemu dengan Pak Danny.

Kami bertemu dengan Pak Danny lagi, beliau menyiapkan infocus untuk mempresentasikan mengenai sejarah Gereja Zebaoth yang beliau buat untuk diperlihatkan kepada kami. Setelah selesai presentasi kami ditawarkan untuk bertemu dengan Pendeta Gereja Zebaoth, tapi ternyata kami belum bisa bertemu dikarenakan Pendeta tersebut sedang pergi menuju IPB. Akhirnya kami diajak keliling Gereja Zebaoth oleh Pak Danny, diperlihatkan semua ruangan yang ada, peninggalan peninggalan, prasasti Gereja Zeaoth. Setelah itu kami diajak untuk bertemu dengan Ketua 5 Gereja Zebaoth dan berfoto bersama.

Setelah selesai, kelompok kami langsung menuju Kebun Raya Bogor untuk bertemu dengan kelompok lain, kami berjalan cukup jauh untuk sampai ke Kebun Raya Bogor. Lalu kami masuk dengan harga Rp26.500,00 karena kami masuk pada waktu weekend. Kami mengobrol dan berkeliling cukup lama disana, dan keluar dari Kebun Raya Bogor pukul 16:30, lalu kami menuju Stasiun Bogor menggunakan angkot yang berisikan 13 orang dalam 1 angkot. Kami mengambil keberangkatan kereta pukul 18:20 dan sampai di Stasiun Cikarang pukul 20:40.

 










Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial




========================
Share:

Populer di Indonesia

Sahabat Sejati

Informasi Terkini

Populer Bulanan

Populer Mingguan

Kirim Pesan

Nama

Email *

Pesan *

Arsip Blog