Belajar Bahasa Indonesia Online SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Wanita Cantik Lahir Batin, Calon Istri Idaman

Wanita Cantik Lahir Batin, Kamu Harus Segera Nikahi Dia Model wanita seperti ini sangat langka. Baca selengkapnya: https://www.genpi.co/gaya-hidup/33478/wanita-cantik-lahir-batin-kamu-harus-segera-nikahi-dia

5 Mobil Mewah Termahal Yang Pernah Dijual di Indonesia

Punya khalayak otomotif yang kuat, lima mobil mewah termahal ini pernah dijual di Indonesia! https://carro.id/blog/5-mobil-mewah-termahal-yang-pernah-dijual-di-indonesia/

Timnas Indonesia U-16 menjuarai Piala AFF U-16

Bola.net - Asisten Shin Tae-yong, Nova Arianto mengapresiasi keberhasilan Timnas Indonesia U-16 menjuarai Piala AFF U-16 2022. https://www.bola.net/tim_nasional/timnas-indonesia-juara-piala-aff-u-16-2022-asisten-shin-tae-yong-jangan-layu-sebelum-berkemba-ca151c.html

Tesla Cybertruck Asli dalam Video Baru Dari Peterson

Diupload: 13 Apr 2023, Museum Otomotif Peterson memiliki prototipe Cybertruck pertama yang dipamerkan dalam pameran, selengakapnya di https://id.motor1.com/news/662022/tesla-cybertruck-asli-museum-peterson/

Kabar Baik untuk ARMY! BTS Kembali Dinobatkan sebagai Penyanyi K-Pop Terpopuler

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari laman Soompi, BTS kembali menempati peringkat pertama sebagai penyanyi K-Pop terpopuler https://cirebon.pikiran-rakyat.com/entertainment/pr-042118224/kabar-baik-untuk-army-bts-kembali-dinobatkan-sebagai-penyanyi-k-pop-terpopuler-di-bulan-juni-2021

Pencarian

01 Maret 2013

Profesor-Profesor Termuda di Dunia - 18 dan 19 Tahun

Alia Sabur



Wanita kelahiran Northport, New York 22 Februari 1989 ini meraih gelar profesor di bidang matematika saat berusia 18 tahun 362 hari. Pemegang sabuk hitam tae kwon do di usia 9 tahun ini menjadi profesor termuda di dunia, menumbangkan rekor Colin Maclaurin yang bertahan selama 293 tahun. Maclaurin meraih gelar profesor di usia 19 tahun pada 1717.

***


Colin Maclaurin

  

Pria kelahiran Kilmodan, Skotlandia, Februari 1698 ini adalah mahasiswa penemu teori gravitasi Sir Isaac Newton. Maclaurin meraih gelar profesor di bidang matematika saat mengikuti acara 10 hari kompetisi matematika di Marischal College, Universitas Aberdeen pada 1717 saat berusia usia 19 tahun. Dia memegang rekor sebagai profesor termuda selama 293 tahun hingga akhirnya dikalahkan Alia Sabur pada Maret 2008 yang meraih gelar profesor di usia 18 tahun 362 hari.






Tulisan ini sudah dibaca Free Hit Counter kali
Share:

Firmanzah - Dekan Fakultas Ekonomi UI Termuda - Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Firmanzah, kini memiliki jabatan baru. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menunjuk dirinya menjadi salah satu staf khusus Presiden bidang ekonomi.

 http://www.ui.ac.id/images/images/fiz_1.jpg


"Memang sejauh ini belum ada bidang ekonomi. Presiden membutuhkan masukannya," kata Juru bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha di Halim Perdanakusuma, Jumat (15/6).

Sementara itu, Firmanzah mengaku merasa terhormat dengan tawaran baru itu. Mengingat sejauh ini, ia mengaku baru berkecimpung di dunia kampus. "Ini sebuah dunia baru selama ini besar di kampus. Sekarang mendampingi Presiden memberikan masukan dan data perekonomian dalam dan luar negeri," katanya.

Firmanzah bilang, sudah dua hari ini menjabat selaku staf khusus. Bahkan, pada kesempatan Presiden melakukan kunjungan kerja ketiga negara Amerika, Mexico, Brasil dan Ekuador dirinya turut serta.

"Ekonomi salah prioritas dan semua hal masalah ekonomi dan minta dibantu pemikiran dan analisa termasuk KTT G20 di Mexico," katanya.

Setelah menempati posisi di lingkungan Istana. Firmanzah memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya selaku Dekan dan fokus menjalani hari-harinya sebagai Staf Khusus Presiden.

Perlu diketahui, Firmanzah PhD merupakan salah satu profesor termuda di kampus kuning. Meski terbilang muda, pria ini sudah mendulang banyak pujian dari kalangan intelektual atas prestasinya.

Ia menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi UI sejak 2009, sekaligus menobatkan dirinya sebagai dekan termuda dalam sejarah UI. Saat lulus SMA, Ia kuliah di Fakultas Ekonomi UI dan lulus dalam waktu 3,5 tahun.

Ia sempat menjajal dunia asuransi sebagai analis pasar, sebelum memutuskan kembali ke bangku kuliah, setahun kemudian. Pria yang akrab dipanggil Fiz itu mengambil program S-2 di bidang yang sama dan menyelesaikannya dalam tempo dua tahun.

Ia melanjutkan studi di Universitas Lille di Prancis, merupakan momen titik balik Fiz mengenal dunia yang lebih luas. Ia mendalami bidang strategi organisasi dan manajemen atas beasiswa dari universitas itu.

Fiz juga menjalani studinya pada tingkat doktoral dalam bidang manajemen internasional dan strategis di Universitas Pau and Pays De l’Adour, dan selesai tahun 2005. Karena lulus tercepat di angkatannya, Fiz lantas mendapatkan tawaran beasiswa program doktoral dalam bidang manajemen strategis internasional dari University of Pau et Pays de l" Adour dan meraih PhD pada 2005.

Ia sempat mengajar setahun di almamaternya, sebelum dipanggil pulang oleh dekan FE UI saat itu dijabat oleh Prof Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro. Tiga tahun berikutnya, ketika berusia 32 tahun, Fiz terpilih sebagai Dekan ke-14 FE UI periode 2009-2013 yang tercatat sebagai dekan termuda dalam sejarah UI.

Pria yang suka melahap buku-buku filsafat ini mengidolakan filsuf dari Jerman, Schopenhauer. Ia juga mengalahkan kandidat kuat, seperti Prof Sidharta Utama PhD CFA dan Arindra A Zainal Ph.D.

Bahkan sebelum masuk tiga besar kandidat, ia bersaing dengan calon yang jam terbangnya sudah tinggi, seperti Dr Nining Soesilo (kakak kandung mantan Menkeu Sri Mulyani Indrawati), Dr Chaerul Djakman dan Dr Syaiful Choeryanto.

Firmansyah menghabiskan masa kecil hingga SMA di Surabaya. Ibunya, Kusweni, adalah seorang buta huruf yang bercerai ketika usianya dua tahun. Namun, Fiz kecil yang saat itu bercita-cita menjadi astronot, tak lantas minder.

Anak ke-8 dari 9 bersaudara ini justru mempelajari semangat juang tinggi dari sang ibu. Selain intisari hidup terkait dengan kesetiaan, persahabatan dan kasih sayang.



Share:

Nelson Tansu - Profesor Termuda di Amerika Asal Indonesia

Prof. Nelson Tansu, Ph.D dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, tanggal 20 Oktober 1977. Dia adalah anak kedua di antara tiga bersaudara buah pasangan Iskandar Tansu dan Lily Auw yang berdomisili di Medan, Sumatera Utara. Kedua orang tua Nelson adalah pebisnis percetakan di Medan. Mereka adalah lulusan universitas di Jerman.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6xmRsnwAQ0vIW4aq4GuX2RsdcHC8aRtTN7JrCVn0AcfpVEUhZrgR-yeizKlPgIvyvFeiuswTCHSiPvrAEHe0a1HmGvbr_vVtBn5X-4BE81a0FP3rkgG1O9grB-ZVBMHaL_aDZslb51x0K/s1600/_nelson_tansu.jpg



Abang Nelson, Tony Tansu, adalah master dari Ohio, AS. Begitu juga adiknya, Inge Tansu, adalah lulusan Ohio State University (OSU). Tampak jelas bahwa Nelson memang berasal dari lingkungan keluarga berpendidikan. Ia adalah lulusan terbaik SMU Sutomo 1 Medan pada tahun 1995 dan juga menjadi finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI).

Setelah menamatkan SMA, ia memperoleh beasiswa dari Bohn’s Scholarships untuk kuliah di jurusan matematika terapan, teknik elektro, dan fisika di Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. Tawaran ini diperolehnya karena ia menjadi salah satu finalis TOFI. Ia berhasil meraih gelar bachelor of science kurang dari tiga tahun dengan predikat summa cum laude. 

Setelah menyelesaikan program S-1 pada tahun 1998, ia mendapat banyak tawaran beasiswa dari berbagai perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat. Walaupun demikian, ia memilih tetap kuliah di Universitas Wisconsin dan meraih gelar doktor di bidang electrical engineering pada bulan Mei 2003.

Selama menyelesaikan program doktor, Prof. Nelson memperoleh berbagai prestasi gemilang di antaranya adalah WARF Graduate University Fellowships dan Graduate Dissertator Travel Funding Award. Penelitan doktornya di bidang photonics, optoelectronics, dan semiconductor nanostructires juga meraih penghargaan tertinggi di departemennya, yakni The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award.

Setelah memperoleh gelar doktor, Nelson mendapat tawaran menjadi asisten profesor dari berbagai universitas ternama di Amerika Serikat. Akhirnya pada awal tahun 2003, ketika masih berusia 25 tahun, ia menjadi asisten profesor di bidang electrical and computer engineering, Lehigh University. Lehigh University merupakan sebuah universitas papan atas di bidang teknik dan fisika di kawasan East Coast, Amerika Serikat.

Saat ini Prof. Nelson menjadi profesor di universitas ternama Amerika, Lehigh University, Pensilvania dan mengajar para mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3) dan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer. Lebih dari 84 hasil riset maupun karya tulisnya telah dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah internasional. 

Ia juga sering diundang menjadi pembicara utama di berbagai seminar, konferensi dan pertemuan intelektual, baik di berbagai kota di AS dan luar AS seperti Kanada, Eropa dan Asia. Prof Nelson telah memperoleh 11 penghargaan dan tiga hak paten atas penemuan risetnya. Ada tiga penemuan ilmiahnya yang telah dipatenkan di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers.

Ketika masih di Sekolah Dasar, Prof. Nelson gemar membaca biografi para fisikawan ternama. Ia sangat mengagumi prestasi para fisikawan tersebut karena banyak fisikawan yang telah meraih gelar doktor, menjadi profesor dan bahkan ada beberapa fisikawan yang berhasil menemukan teori (eyang Einstein) ketika masih berusia muda. Karena membaca riwayat hidup para fisikawan tersebut, sejak masih Sekolah Dasar, Prof. Nelson sudah mempunyai cita-cita ingin menjadi profesor di universitas di Amerika Serikat.

Walaupun saat ini tinggal di Amerika Serikat dan masih menggunakan passport Indonesia, Prof. Nelson berjanji kembali ke Indonesia jika Pemerintah Indonesia sangat membutuhkannya.

Dia sering diundang menjadi pembicara utama dan penceramah di berbagai seminar. Paling sering terutama menjadi pembicara dalam pertemuan-pertemuan intelektual, konferensi, dan seminar di Washington DC. Selain itu, dia sering datang ke berbagai kota lain di AS. Bahkan, dia sering pergi ke mancanegara seperti Kanada, sejumlah negara di Eropa, dan Asia.

Yang mengagumkan, sudah ada tiga penemuan ilmiahnya yang dipatenkan di AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices dan high power semiconductor lasers. Di tengah kesibukannya melakukan riset-riset lainnya, dua buku Nelson sedang dalam proses penerbitan. Bukan main!!

Kedua buku tersebut merupakan buku teks (buku wajib pegangan, Red) bagi mahasiswa S-1 di Negeri Paman Sam.

Karena itu, Indonesia layak bangga atas prestasi anak bangsa di negeri rantau tersebut. Lajang kelahiran Medan, 20 Oktober 1977, itu sampai sekarang masih memegang paspor hijau berlambang garuda. Kendati belum satu dekade di AS, prestasinya sudah segudang. Ke mana pun dirinya pergi, setiap ditanya orang, Nelson selalu mengenalkan diri sebagai orang Indonesia. Sikap Nelson itu sangat membanggakan di tengah banyak tokoh kita yang malu mengakui Indonesia sebagai tanah kelahirannya.

"Saya sangat cinta tanah kelahiran saya. Dan, saya selalu ingin melakukan yang terbaik untuk Indonesia," katanya, serius.

Di Negeri Paman Sam, kecintaan Nelson terhadap negerinya yang dicap sebagai terkorup di Asia tersebut dikonkretkan dengan memperlihatkan ketekunan serta prestasi kerjanya sebagai anak bangsa. Saat berbicara soal Indonesia, mimic pemuda itu terlihat sungguh-sungguh dan jauh dari basa-basi.

"Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan merupakan bangsa yang mampu bersaing dengan bangsa-bangsa besar lainnya. Tentu saja jika bangsa kita terus bekerja keras," kata Nelson menjawab koran ini.

Anak muda itu memang enak diajak mengobrol. Idealismenya berkobar-kobar dan penuh semangat. Layaknya profesor Amerika, sosok Nelson sangat bersahaja dan bahkan suka merendah. Busana kesehariannya juga tak aneh-aneh, yakni mengenakan kemeja berkerah dan pantalon.

Sekilas, dia terkesan pendiam. Pengetahuan dan bobotnya sering tersembunyi di balik penampilannya yang seperti tak suka bicara. Tapi, ketika dia mengajar atau berbicara di konferensi para intelektual, jati diri akademisi Nelson tampak. Lingkungan akademisi, riset, dan kampus memang menjadi dunianya. Dia selalu peduli pada kepentingan serta dahaga pengetahuan para mahasiswanya di kampus.

Ada yang menarik di sini. Karena tampangnya yang sangat belia, tak sedikit insan kampus yang menganggapnya sebagai mahasiswa S-1 atau program master. Dia dikira sebagai mahasiswa umumnya. Namun, bagi yang mengenalnya, terutama kalangan universitas atau jurusannya mengajar, begitu bertemu dirinya, mereka selalu menyapanya hormat: Prof Tansu.

"Di semester Fall 2003, saya mengajar kelas untuk tingkat PhD tentang physics and applications of photonics crystals. Di semester Spring 2004, sekarang, saya mengajar kelas untuk mahasiswa senior dan master tentang semiconductor device physics. Begitulah," ungkap Nelson menjawab soal kegiatan mengajarnya. September hingga Desember atau semester Fall 2004, jadwal mengajar Nelson sudah menanti lagi. Selama semester itu, dia akan mengajar kelas untuk tingkat PhD tentang applied quantum mechanics for semiconductor nanotechnology.

"Selain mengajar kelas-kelas di universitas, saya membimbing beberapa mahasiswa PhD dan post-doctoral research fellow di Lehigh University ini," jelasnya saat ditanya mengenai kesibukan lainnya di kampus.

Nelson termasuk individu yang sukses menggapai mimpi Amerika (American dream). Banyak imigran dan perantau yang mengadu nasib di negeri itu dengan segala persaingannya yang superketat. Di Negeri Paman Sam tersebut,ada cerita sukses seperti aktor yang kini menjadi Gubernur California Arnold Schwarzenegger yang sebenarnya adalah imigran asal Austria. Kemudian, dalam Kabinet George Walker Bush sekarang juga ada imigrannya, yakni Menteri Tenaga Kerja Elaine L. Chao. Imigran asal Taipei tersebut merupakan wanita pertama Asian-American yang menjadi menteri selama sejarah AS.

Negara Superpower tersebut juga sangat baik menempa bakat serta intelektual Nelson. Lulusan SMA Sutomo 1 Medan itu tiba di AS pada Juli 1995. Di sana, dia menamatkan seluruh pendidikannya mulai S-1 hingga S-3 di University of Wisconsin di Madison. Nelson menyelesaikan pendidikan S-1 di bidang applied mathematics, electrical engineering, and physics. Sedangkan untuk PhD, dia mengambil bidang electrical engineering.

Dari seluruh perjalanan hidup dan karirnya, Nelson mengaku bahwa semua suksesnya itu tak lepas dari dukungan keluarganya. Saat ditanya mengenai siapa yang paling berpengaruh, dia cepat menyebut kedua orang tuanya dan kakeknya. "Mereka menanamkan mengenai pentingnya pendidikan sejak saya masih kecil sekali," ujarnya.

Ada kisah menarik di situ. Ketika masih sekolah dasar, kedua orang tuanya sering membanding-bandingkan Nelson dengan beberapa sepupunya yang sudah doktor. Perbandingan tersebut sebenarnya kurang pas. Sebab, para sepupu Nelson itu jauh di atas usianya. Ada yang 20 tahun lebih tua. Tapi, Nelson kecil menganggapnya serius dan bertekad keras mengimbangi sekaligus melampauinya. Waktu akhirnya menjawab imipian Nelson tersebut.

"Jadi, terima kasih buat kedua orang tua saya. Saya memang orang yang suka dengan banyak tantangan. Kita jadi terpacu, gitu," ungkapnya.

Nelson mengaku, mendiang kakeknya dulu juga ikut memicu semangat serta disiplin belajarnya. "Almarhum kakek saya itu orang yang sangat baik, namun agak keras. Tetapi, karena kerasnya, saya malah menjadi lebih tekun dan berusaha sesempurna mungkin mencapai standar tertinggi dalam melakukan sesuatu," jelasnya.

Sisihkan 300 Doktor AS, tapi Tetap Rendah Hati Nelson Tansu menjadi fisikawan ternama di Amerika. Tapi, hanya sedikit yang tahu bahwa profesor belia itu berasal dari Indonesia. Di sejumlah kesempatan, banyak yang menganggap Nelson ada hubungan famili dengan mantan PM Turki Tansu Ciller. Benarkah?

NAMA Nelson Tansu memang cukup unik. Sekilas, sama sekali nama itu tidak mengindikasikan identitas etnis, ras, atau asal negeri tertentu. Karena itu, di Negeri Paman Sam, banyak yang keliru membaca, mengetahui, atau berkenalan dengan profesor belia tersebut.

Malah ada yang menduga bahwa dia adalah orang Turki. Dugaan itu muncul jika dikaitkan dengan hubungan famili Tansu Ciller, mantan perdana menteri (PM) Turki. Beberapa netters malah tidak segan-segan mencantumkan nama dan kiprah Nelson ke dalam website Turki. Seolah-olah mereka yakin betul bahwa fisikawan belia yang mulai berkibar di lingkaran akademisi AS itu memang berasal dari negerinya Kemal Ataturk.

Ada pula yang mengira bahwa Nelson adalah orang Asia Timur, tepatnya Jepang atau Tiongkok. Yang lebih seru, beberapa universitas di Jepang malah terang-terangan melamar Nelson dan meminta dia "kembali" mengajar di Jepang. Seakan-akan Nelson memang orang sana dan pernah mengajar di Negeri Sakura itu.

Dilihat dari nama, wajar jika kekeliruan itu terjadi. Begitu juga wajah Nelson yang seperti orang Jepang. Lebih-lebih di Amerika banyak professor yang keturunan atau berasal dari Asia Timur dan jarang-jarang memang asal Indonesia. Nelson pun hanya senyum-senyum atas segala kekeliruan terhadap dirinya.

"Biasanya saya langsung mengoreksi. Saya jelaskan ke mereka bahwa saya asli Indonesia. Mereka memang agak terkejut sih karena memang mungkin jarang ada profesor asal aslinya dari Indonesia,"jelas Nelson.

Tansu sendiri sesungguhnya bukan marga kalangan Tionghoa. Memang, nenek moyang Nelson dulu Hokkien, dan marganya adalah Tan. Tapi, ketika lahir, Nelson sudah diberi nama belakang "Tansu", sebagaimana ayahnya, Iskandar Tansu.

"Saya suka dengan nama Tansu, kok,"kata Nelson dengan nada bangga.

Nelson adalah pemuda mandiri. Semangatnya tinggi, tekun, visioner, dan selalu mematok standar tertinggi dalam kiprah riset dan dunia akademisinya. Orang tua Nelson hanya membiayai hingga tingkat S-1. Selebihnya? Berkat keringat dan prestasi Nelson sendiri. Kuliah tingkat doktor hingga segala keperluan kuliah dan kehidupannya ditanggung lewat beasiswa universitas.

"Beasiswa yang saya peroleh sudah lebih dari cukup untuk membiayai semua kuliah dan kebutuhan di universitas," katanya.

Orang seperti Nelson dengan prestasi akademik tertinggi memang tak sulit memenangi berbagai beasiswa. Jika dihitung-hitung, lusinan penghargaan dan anugerah beasiswa yang pernah dia raih selama ini di AS.

Menjadi profesor di Negeri Paman Sam memang sudah menjadi cita-cita dia sejak lama. Walau demikian, posisi assistant professor (profesor muda, Red) tak pernah terbayangkannya bisa diraih pada usia 25 tahun. Coba bandingkan dengan lingkungan keluarga atau masyarakat di Indonesia, umumnya apa yang didapat pemuda 25 tahun?

Bahkan, di AS yang negeri supermaju pun reputasi Nelson bukan fenomena umum. Bayangkan, pada usia semuda itu, dia menyandang status guru besar. Sehari-hari dia mengajar program master, doktor, dan bahkan post doctoral. Yang prestisius bagi seorang ilmuwan, ada tiga riset Nelson yang dipatenkan di AS. Kemudian, dua buku teksnya untuk mahasiswa S-1 dalam proses penerbitan.

Tapi, bukan Nelson Tansu namanya jika tidak santun dan merendah. Cita-citanya mulia sekali. Dia akan tetap melakukan riset-riset yang hasilnya bermanfaat buat kemanusian dan dunia. Sebagai profesor di AS, dia seperti meniti jalan suci mewujudkan idealisme tersebut.

Ketika mendengar pengakuan cita-cita sejatinya, siapa pun pasti akan terperanjat. Cukup fenomenal. "Sejak SD kelas 3 atau kelas 4 di Medan, saya selalu ingin menjadi profesor di universitas di Amerika Serikat. Ini benar-benar saya cita-citakan sejak kecil," ujarnya dengan mimic serius.

Tapi, orang bakal mahfum jika melihat sejarah hidupnya. Ketika usia SD, Nelson kecil gemar membaca biografi para ilmuwan-fisikawan AS dan Eropa. Selain Albert Einstein yang menjadi pujaannya, nama-nama besar seperti Werner Heisenberg, Richard Feynman, dan Murray Gell-Mann ternyata Sudah diakrabi Nelson cilik.

"Mereka hebat. Dari bacaan tersebut, saya benar-benar terkejut, tergugah dengan prestasi para fisikawan luar biasa itu. Ada yang usianya muda sekali ketika meraih PhD, jadi profesor, dan ada pula yang berhasil menemukan teori yang luar biasa. Mereka masih muda ketika itu," jelas Nelson penuh kagum.

Nelson jadi profesor muda di Lehigh University sejak awal 2003. Untuk bidang teknik dan fisika, universitas itu termasuk unggulan dan papan atas di kawasan East Coast, Negeri Paman Sam. Untuk menjadi profesor di Lehigh, Nelson terlebih dahulu menyisihkan 300 doktor yang resume (CV)-nya juga hebat-hebat.


Sumber Tulisan
Share:

Natalsen Basna - DOKTOR (S3) Termuda UGM

Natalsen Basna sumringah. Rasa bangga seolah terpencar dari senyumnya karena berhasil lulus pada ujian doctor dengan predikat comloude. Natalsen adalah doktor termuda Sekolah Pasca Sarjana Ilmu Kehutanan dari Tanah Papua dengan usia yang masih 30 tahun.

http://www.radarjogja.co.id/images/stories/2012/OKTOBER/25/MOCH-ASIM24102012_DOKTOR-MU.jpg

SATU per satu tamu yang hadir menyalami Natalsen usai ujian berakhir. Hampir sebagian besar tamu yang hadir adalah keluarga, kerabat, dan teman seperjuangan Natalsen. Bahkan, Menteri Lingkungan Hidup Prof. Balthasar Kambuaya hadir secara langsung.

Dirinya mengaku bahwsannya kuliah adalah prioritas utama dalam hidupnya. Dorongan untuk belajar dengan giat muncul dari seorang ayah Soleman Heref Basna. Sebelum meninggal, sang ayah berpesan kepada dirinya untuk rajin belajar dan sekolah.

Akibat nasihat ayah tersebut, Natalsen bercita-cita meraih gelar setinggi-tingginya. Setelah lulus S2 pada program yang sama dirinya berniat langsung sekolah lagi mengambil program S3. ”Saya kuliah dengan biaya sendiri,” ujar Natalsen di Auditorium Fakultas Kehutanan Rabu (24/10).

Setelah lulus, Natalsen memiliki dua rencana. Yakni bekerja di Jakarta atau Papua. ”Sudah ada informasi, tapikan tidak mungkin saya bicara terang-terangan disini,” kata pria yang semasa kuliah aktif menjadi pembicara pada seminar-seminar tentang lingkungan hidup ini.Pria kelahiran tahun 1982 ini berhasil mempertahankan disertasinya dengan judul Model Pengelolaan Lingkungan Taman Wisata Alam Gung Meja Berbasis Analisis Structural Equation Modelling.Disertasi tersebut terinspirasi atas tanah kelahirannya Papua yang kini hutannya semakin berkurang akibat penebangan liar dan penambangan. ”Hutan di Papua kini masih 80 persen. Jika dibiarkan, lambat laun bias habis hutan Papua,” Metode penelitian yang digunakan melalui analisis citra satelit dengan system geografi terhadap lingkungan. Dari citra satelit tersebut terlihat kurusakan hutan selama lima tahun terakhir.

Natalsen mengatakan bukan gelar doctor semata yang diinginkan ketika kuliah S3. Menurutnya, yang lebih utama adalah ketika nanti b isa menerapkan ilmunya di masyarakat.Dirinya mengakui, kondisi pendidikan di Papua tidak seperti di Pulau Jawa yang cukup banyak sekolah dan kampus. Namun setidaknya, dengan ilmu yang dia peroleh bias menularkan kepada masyarakat Papua tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan Papua.Langkah yang dapat dilakukan, adalah dengan merekayasa struktur hutan dan tanaman, yang dirancang seperti hutan alam.”Hutan di Papua bermanfaat bagi bangsa Indonesia,” ujarnya.



Share:

Sarjana Termuda di Dunia - 11 Tahun

Bocah ini mungkin menjadi sarjana termuda di dunia. Dalam usia 11 tahun, Moshe Kai Cavalin telah lulus kuliah dari East Los Angeles College, Jumat (5/6). Bahkan, ia memperoleh dengan IPK 4,0 alias sempurna. Luar biasa!


Bocah dari seorang ibu berdarah Taiwan dan ayah Israel ini, seperti dilansir Dailymail, memulai studi di perguruan tinggi pada usia 8 tahun dan menjadi mahasiswa termuda di kampusnya. Yang menarik, dia justru memberi les privat bagi teman-teman sekelasnya yang berusia 19-20 tahun dalam mata pelajaran matematika dan fisika.

Walaupun begitu, Moshe menolak disebut sebagai bocah jenius. “Saya hanya anak biasa yang belajar tekun dan melakukan yang terbaik,” katanya, dalam wawancara dengan MSNBC, Sabtu (6/6).

Selain dikenal sebagai bocah berprestasi, Moshe juga mahir seni bela diri dan memenangkan sejumlah kejuaraan seni berperang.

“Saya tidak tertarik dengan video game, karena permainan itu tidak memberi keuntungan bagi umat manusia,” ucapnya. Bocah yang mengidolakan Albert Einstein dan Bruce Lee ini berencana ingin belajar menyelam dan menulis buku mengenai anak-anak. Ia juga ingin menulis buku mengenai kiat-kiat sukses di sekolah.


Share:

Populer di Indonesia

Sahabat Sejati

Informasi Terkini

Populer Bulanan

Populer Mingguan

Kirim Pesan

Nama

Email *

Pesan *

Arsip Blog