Belajar Bahasa Indonesia Online SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Pencarian

23 April 2013

Wawancara Presiden RI dengan TVRI oleh Soegeng Sarjadi (Bagian 1)

Wawancara

Istana Negara, Jakarta, Selasa, 21 Februari 2012

Wawancara Presiden RI dengan TVRI oleh Soegeng Sarjadi

TRANSKRIP
WAWANCARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
OLEH SOEGENG SARJADI
DI ISTANA NEGARA, JAKARTA
TANGGAL 21 FEBRUARI 2012




Soegeng Sarjadi:
Para pemirsa dan teman-teman sebangsa dan setanah air, kembali bertemu dengan saya, Soegeng Sarjadi, dalam acara Forum Soegeng Sarjadi, yang merupakan kerja sama Soegeng Sarjadi Syndicate dengan TVRI.

Para pemirsa, untuk episode ini, ini betul-betul episode yang kalau di dalam baseball itu adalah major league, tapi ini di atas major league karena hari ini saya sangat berbahagia, lebih dari berbahagia, karena saya bisa bertemu dengan Bapak Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Saya tegur dulu. Selamat pagi, Pak.

Presiden Republik Indonesia:
Selamat pagi.

Soegeng Sarjadi:
Ibu Negara sudah baik?

Presiden Republik Indonesia:
Alhamdulillah sudah, Mas. Dulu, kelelahan. Lantas datang typhoid kata dokter. Sekarang sudah aktif kembali.

Soegeng Sarjadi:
Itu begini karena episode ini saya akan berdialog, saya beri judul Bernegara: Potret Seorang Presiden. Ini karena saya angkat tema ini, sehingga saya bisa mengetahui lebih banyak. Dan hari ini, enlighting saya akan saya sampaikan kepada Bapak dulu, supaya kenapa saya menanyakan kesehatan Ibu Negara, karena seorang Ibu itu teman, itu yang mendorong, yang menjaga, yang merawat. Dia lebih tahu dari hampir seluruh 240 juta. Kadang-kadang, itu tidak dimengerti betapa menjadi seorang presiden itu, seperti yang Bapak kasihkan kepada saya, you are holding the loneliest office in the world. Itu, itu saya bisa mengerti, kenapa saya bukan menyebut you need a true friend.

Presiden Republik Indonesia:
Ya.

Soegeng Sarjadi:
Saya ingin enlighting saya ini, dialog dengan Bapak ini, barangkali pemirsa harus saya kasih tahu, ini pinnacle dari pada saya punya dialog selama bulan puasa dengan Bapak. Kalau boleh saya mulai dialog ini, saya akan menyitir renungan Ramadhan Bapak sehingga nanti dalam masuk kepada tanya jawab, dialog saya dengan bapak, mengingat kembali. Jadi, bunyinya begini. Ini harus saya buka karena saya mau it becomes public.

Presiden Republik Indonesia:
Silakan.

Soegeng Sarjadi:
“Menjadi presiden rasanya seperti dilahirkan kembali. Dalam arti, harus banyak belajar. Juga, bagai diterjunkan di medan peperangan yang hukum, etika, dan aturannya sering tidak jelas. Kendati saya sudah mempersiapkan diri baik-baik ketika saya mencalonkan diri sebagai presiden dan kemudian berkompetisi secara terbuka dalam pemilihan presiden yang demokratis, tetap saja banyak hal yang tidak saya bayangkan sebelumnya.” It is a beautiful line. Publik tidak tahu pikiran Bapak, tidak, sehingga saya mencoba mewakili publik. Buat saya, ini harus saya sampaikan.

Yang berikutnya, Bapak diberitahu oleh seseorang, kalau dalam kepemimpinan Bapak mencapai 40% sampai 50% saja sudah baik.

Bapak Presiden, pertanyaan saya yang pertama. Indonesia masuk, your seventh year in office, investment grade nation yang masuk sebentar ini, dalam tahun depan ini, 2011 ini, PDB kita mencapai 822 miliar dolar. Dua tahun ini, saya hampir yakin kalau tidak ada turbulence apa-apa, saya kira will become 1 triliun PDB, negara modern seperti Indonesia.

Itu satu achievement yang saya tidak tahu, have you dreamed about it ketika Anda mencalonkan diri? Karena ini mesin ekonomi yang mau tidak mau ukurannya harus seperti itu. Cadangan devisa sekarang yang dicapai 122 miliar dolar. Itu statistik semua. Yes, we have some problems. Di mana ada problems? Your assessment.

Presiden Republik Indonesia:
Terima kasih, Pak Soegeng. Terus terang, dulu ketika saya mulai memimpin negeri ini, tujuh tahun yang lalu, negeri kita kita kan baru saja dilanda krisis yang luar biasa. Saya tahu masalahnya kompleks, tantangannya besar, dan isu-isu yang kita hadapi juga amat fundamental. Saya bertekad dan saya punya keyakinan, dan keyakinan saya wujudkan dalam kerja kerja keras maupun penetapan kebijakan yang tepat. Tentu, bisa kita bikin baik negeri kita. That’s my belief, keyakinan saya yang kuat.

Tetapi, pertolongan Tuhan datang, dan bangsa kita dengan secara sadar juga ingin negerinya lebih baik, paling tidak mayoritas dari saudara-saudara kita di negeri ini. Maka, ternyata capaian kita jauh dari apa yang kita harapkan. Dan ketika dunia mengalami krisis, negara lain berguguran, kita survived dan bahkan bisa bertahan.

Tentu saja, seperti disampaikan Mas Soegeng tadi, banyak masih pekerjaan rumah kita, termasuk hal-hal yang harus kita perbaiki. Tetapi, PDB seperti itu harus kita baca ya bisa terus memperbaiki negeri ini, menurunkan kemiskinan, mengurangi pengangguran, membangun infrastruktur, dan seterusnya.

Saya tentu yakin negara kita akan makin baik di masa depan, tetapi sekali lagi apa yang kita capai ini betul-betul satu yang mesti kita syukuri, dan ya kita ditolong Tuhan disamping kerja keras kita.

Soegeng Sarjadi:
Bapak Presiden, saya ingin yang Bapak sering sebut kegaduhan politik, itu saya sering menyebut noisy but no substance. Jadi, di kehidupan bernegara kita, saya mencoba merenung ketika saya menerima tulisan Bapak itu, apa sesungguhnya itu, berpolitik itu? Saya menggarisbawahi, berpolitik itu seharusnya tentang bernegara. Bernegara itu tentang berkonstitusi. Lalu, saya sampai pada kesimpulan: berkonstitusi itu adalah menerjemahkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Saya mau kasih tahu Bapak ya: yang memiliki luxury 1 triliun itu baru 17 negara, Pak.

Presiden Republik Indonesia:
Di dunia ini.

Soegeng Sarjadi:
Di dunia ini. Dan, we will be there in short moment.

Presiden Republik Indonesia:
Ya.

Soegeng Sarjadi:
Kedua, dan ini tidak digaduhkan oleh para politisi kita. Yang digaduhkan sesuatu hal yang dicari. Kalau membaca neraca, itu sisi pasivanya, sisi aktivanya tidak. Jadi, yang rugi saja, yang jelek saja. It is about time, Bapak Presiden, kita memulai ada inisiatif dari kita semua, dengan kepemimpinan Bapak itu, membicarakan hal-hal, sisa tiga tahun ini, sesuatu yang substansil. Bapak mengalami banyak hal, tapi yang seperti ini tugas saya, tugas Bapak, tugas teman-teman saya, kita mulai dengan discourse semacam itu. Your assessment.

Presiden Republik Indonesia:
Ya, itu juga hal yang penting dan barangkali juga dirasakan oleh banyak pihak. Tapi, Mas Soegeng benar. Ada dua hal yang paling tidak kita lihat bersama-sama. Sering apa yang diungkap oleh media massa kita, di ruang-ruang publik juga, itu yang serba negatif, yang masih jelek, yang masih belum berhasil. Kemudian, sepertinya good news is no news. Untuk mewartakan yang baik-baik sepertinya tidak elok. Itulah yang membikin rakyat kita sendiri tidak menerima informasi dan gambaran yang utuh.

Padahal, rakyat harus tahu bahwa ketika banyak capaian, yang dicapai oleh negaranya, mereka bersyukur, mereka yakin perjalanan bangsa ini benar, percaya pada pemerintahnya. Namun, sekaligus kalau dia juga tahu ada yang belum bisa dicapai, masih ada rapor yang nilainya merah, mereka akan ikut membantu kita. Paling tidak, menyemangati pemerintah untuk berbuat lebih banyak lagi. Itu yang kita harapkan, dan sekarang memang masih belum terwujud seperti itu.

Nomor dua, demokrasi memang penuh dengan noise, kegaduhan, debat, sebagaimana demokrasi di negara manapun. Dan ingat, kita dulu memang kurang demokratis. Setelah demokrasi dan kebebasan mekar, hak asasi manusia sekarang muncul di mana-mana, maka kecenderungannya adalah siapapun bisa bersuara, bisa mengkritik, bisa menyalahkan, bahkan bisa menghujat. Bagi saya, inilah perjalanan yang harus kita tempuh sampai demokrasi kita betul-betul matang dan lebih bermartabat.

Tapi, satu hal, boleh saja dalam demokrasi itu serbagaduh, tapi yang digaduhkan, misalkan antara DPR dengan pemerintah, masyarakat politik dengan negara, sesuatu yang substantif, yang memang layak dan benar kita perbincangkan pada tingkat nasional, karena memang negara kita ini 240 juta, luasnya seperti ini, kompleks, pasti banyak isu-isu lokal, di kabupaten, di kota, isu sehari-hari, yang itu kalau mau diceritakan tidak habis-habis.

Di sini ada bupati, ada walikota, ada semua penyelenggara negara. Kalau masing-masing bekerja, maka tidak ada masalah yang tidak bisa ditangani dengan baik. Tinggallah masalah yang strategis, masalah yang fundamental, masalah yang menyangkut hidup orang banyak, itu tentu orang seperti saya, pemerintah pusat harus menangani dengan sangat serius. Dengan demikian, ya masalah-masalah yang fundamental bisa kita atasi, negara ini kita bikin lebih baik lagi. Itu bacaan saya dari cerita bahwa demokrasi ini memang kecenderungannya menimbulkan kegaduhan politik.

Soegeng Sarjadi:
Good point, Pak. Ini kan begini ya, Pak, yang saya sebut soal bersyukur tadi. Kalau kita sudah masuk ke nomor 18, after Turki, sebentar lagi kita akan naik.

Presiden Republik Indonesia:
Insya Allah.


===============
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
===============




Share:

Populer di Indonesia

Sahabat Sejati

Informasi Terkini

Populer Bulanan

Populer Mingguan

Kirim Pesan

Nama

Email *

Pesan *

Arsip Blog