Belajar Bahasa Indonesia Online SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Wanita Cantik Lahir Batin, Calon Istri Idaman

Wanita Cantik Lahir Batin, Kamu Harus Segera Nikahi Dia Model wanita seperti ini sangat langka. Baca selengkapnya: https://www.genpi.co/gaya-hidup/33478/wanita-cantik-lahir-batin-kamu-harus-segera-nikahi-dia

5 Mobil Mewah Termahal Yang Pernah Dijual di Indonesia

Punya khalayak otomotif yang kuat, lima mobil mewah termahal ini pernah dijual di Indonesia! https://carro.id/blog/5-mobil-mewah-termahal-yang-pernah-dijual-di-indonesia/

Timnas Indonesia U-16 menjuarai Piala AFF U-16

Bola.net - Asisten Shin Tae-yong, Nova Arianto mengapresiasi keberhasilan Timnas Indonesia U-16 menjuarai Piala AFF U-16 2022. https://www.bola.net/tim_nasional/timnas-indonesia-juara-piala-aff-u-16-2022-asisten-shin-tae-yong-jangan-layu-sebelum-berkemba-ca151c.html

Tesla Cybertruck Asli dalam Video Baru Dari Peterson

Diupload: 13 Apr 2023, Museum Otomotif Peterson memiliki prototipe Cybertruck pertama yang dipamerkan dalam pameran, selengakapnya di https://id.motor1.com/news/662022/tesla-cybertruck-asli-museum-peterson/

Kabar Baik untuk ARMY! BTS Kembali Dinobatkan sebagai Penyanyi K-Pop Terpopuler

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari laman Soompi, BTS kembali menempati peringkat pertama sebagai penyanyi K-Pop terpopuler https://cirebon.pikiran-rakyat.com/entertainment/pr-042118224/kabar-baik-untuk-army-bts-kembali-dinobatkan-sebagai-penyanyi-k-pop-terpopuler-di-bulan-juni-2021

Pencarian

11 November 2012

Deddy Mizwar, Sang Nagabonar

“Breeaaak …!” seru sutradara. “Bungkus!” lanjutnya.

Ia pun berjalan melenggang dari setting di bilangan Depok seraya membuka kancing baju deretan paling atas. Ada kelelahan yang segera menyergap dan tampak dari wajahnya yang bermakeup. Namun belum melintasi salah satu lighting di salah satu sudut setting sebuah rumah besar, beberapa orang menyerbunya.

“Bang Haji … Pak Ustadz …!”
Tak ada yang bisa diperbuat selain senyum dikembangkan. Termasuk dengan sabar mesti melayani mereka: berjabat tangan, tanda tangan dan foto bersama. Bahkan ketika kemudian seseorang menyeruak dengan susah-payah.

“Bang Haji …elus perut saya dan minta doanya, ya. Biar ntar anaknye jadi orang baik, kayak Pak Ustadz,” kata ibu muda berperut buncit sambil mendekati lelaki itu.
Usai acara melayani penggemar berjumlah puluhan di tempat syuting, ia membersihkan wajah dengan kapas dan cairan pembersih. Kaki diselonjorkan. 

”Pekerjaannye gua demen, tapi yang bikin kagak demen dengan ibadah yang sering ketinggalan begini. Lu udeh shalat?” tanyanya seraya menuju salah satu kamar mandi untuk segera berwudlu, mengambil air sembahyang.

Deddy Mizwar, jauh sebelum menunaikan ibadah haji, dan ia benar-benar tak enak hati mendapat sebutan ustadz seperti dalam peran-perannya di hampir semua sinetron. Maka ia kerap dengan halus menampik untuk acara dengan dirinya menjadi ustadz, bukan di depan camera. 

“Udeh, omong-omong pengalaman … apa ya, pengalaman spiritual, gitu. Atau gua cerita dalam menjalankan ibadah, gitu aja, ye?” jawabnya setiap kali diminta untuk berceramah dengan muatan agama – seperti kemahirannya memainkan sebagai tokoh ustadz.
Deddy Mizwar belakangan identik dengan itu: Bang Haji atau Pak Ustadz. Tak kurang dan tak lebih. Kendati tak bisa ditampik, serenteng peran tokoh panutan yang diperaninya bak menyatu dalam dirinya. Lelaki kelahiran Kemayoran, Jakarta itu menjalani kehidupannya baik-baik dan di jalan yang lurus-lurus saja. 

Jika tak ada kegiatan di luar rumah, lebih memilih tumpukan buku-buku yang bisa mencerahkan hidupnya. Yang menenangkan hatinya. Sehingga ia tak pernah galau dengan kehidupan glamour yang kerap mengepung artis sebagai profesinya. 

Rumah tangganya pun jauh dari dera gossip. Anak perempuannya yang sempat bermain bareng di layar sinema – karena kemampuannya, bukan karena nama Deddy Mizwar – memilih jadi orang media televisi. Setelah menyabet salah satu gelar None Betawi.
Bang Haji dari rumahnya di bilangan Pondok Gede akan menyetir sendiri ke kantor, termasuk dengan jeep willys bak terbuka. Atau jalan ke mana tanpa beban seorang yang menyandang gelar selebritis. Sehari-hari ia lebih senang mengenakan baju gamis. Kalau memungkinkan, setiap ke acara apa saja. Kondangan pun ia bisa berbaju seperti itu. 

“Gue sebenarnya males makan di luar nih, Rin,” katanya sehabis rapat di kantor perusahaan PH-nya di mobil menuju sebuah hotel bintang lima di Kuningan. 

“Mana udah malem, jauh dan mahal lagi.”
“Kan yang bayar bukan Bang Haji.”
“Iye. Juga bukan lu yang bayar, kan?” Lalu, kami tertawa.
Deddy Mizwar tak suka basa-basi, apalagi berakting berpura-pura menjalani hidup. Pemeran Jenderal Nagabonar yang naïf itu lebih senang dunia akting dengan menseriusi naskah-naskah yang baik dan menantang. Tak pelak, ia memilih untuk soal yang satu itu, termasuk ketika ia bermain dalam layar lebar sejak tahun 1976 lebih bergaul dengan Asrul Sani, penulis handal Kejarlah Daku Kau Kutangkap yang satire itu. Atau naskah Arswendo Atmowiloto: Opera Jakarta garapan Syumanjaya. Juga sutradara Wahyu Sihombing dan Arifin C. Noer. 

“Gua selalu pengin mendapat naskah yang bagus, dan ayo kita beradu akting di situ,” ungkap peraih Piala Citra dan 12 kali menjadi nominator Festival Film Indonesia serius. 

Hal itu dikatakannya saat habis menerima surat pemberitahuan karena filmnya dipuji (lagi) oleh panitia Festival Film Bandung (FFB) saat negeri ini sedang krisis, tahun 1998. Boleh jadi ia pemain film (sinema) dengan rekor paling banyak, di samping masih aktif di usianya 57, dan laris – lihat saja berapa produk yang dibintangiklani.
Tak bisa mungkiri, Deddy Mizwar yang berlatar belakang teater, kerap gelisah dengan film yang lebih mudah dipilih – seperti ia setuju dengan KOMPAS karena saking sedikitnya film bagus dalam film yang difestivalkan. Jika ia menerima menjadi ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N), karena berniat untuk memperbaiki “sistem” perfilman yang ada di negeri ini. “Biar kagak ramainya, doang,” katanya setengah bercanda.
Kegalauan Deddy bisa dimengerti. Termasuk ketika demam sinetron yang berlabel “religi” yang menurutnya mendangkalkan akal sehat masyarakat dalam memahami Islam. Kecil persentase kematian seseorang “berdosa” dengan cara yang super aneh atawa berlebihan: mayatnya memanjang, tubuhnya mengeluarkan belatung dan sejenisnya. 

Deddy dengan cerdas membuat sinetron tandingan setelah merembugkan dengan tim penulis skenario, di antaranya Wahyu AS yang sudah bekerja belasan tahun di perusahaannya. Yakni salah satu adegannya ketika di lubang kubur yang digali terus-menerus mengeluarkan air, sempat membuat mereka yang melayat kebingungan. 

Deddy yang berperan sebagai tokoh panutan (agama) sempat berkernyit kening. Namun ia meminta mereka yang menggali terus menggali. Ternyata di dasar lubang makam itu ada pipa PAM yang bocor. Terjawablah sudah, bukan karena ada orang meninggal karena dosanya yang diidentikkan dengan hal aneh secara berlebihan. 

“Kita ini suka dengan yang aneh-aneh seperti Mbah Jambronglah, maka masyarakat akan terbawa aneh-aneh,” cetus alumnus IKJ – Institut Kesenian Jakarta itu.

Deddy konsekuen (ia kerap mengistilahkan: istiqomah) dengan jalan yang dipilih dalam membuat film yang tidak mendangkalkan akal sehat. Ia selektif dalam memproduksi. Bila dianggap tak ada naskah yang cocok, ia memilih momentum yang tepat. Memilih kualitas cerita skenario dan memainkannya secara serius. Maka ia pun bertanggung jawab terhadap kru dalam memproduksi sebuah film atau sinetron dengan imbalan memadai. Kendati ia dengan mudah lumer kalau ada orang pengin bekerja dengannya, walau kemampuan belum terasah. Asal serius dan tekun. Namun instingnya jalan, sehingga banyak pemain, penulis naskah skenario dan bidang yang dimenangi dalam ajang festival film.
Ia menjadi panutan di lingkungannya. Juga oleh sutradara, yang notabene kerap diangkatnya, sementara ia berkonsentrasi sebagai pemain, berakting. Maka suasana guyup dan guyon yang menyelinap menjadi bagian dari kerja kreatif di dunia sinema. Dan tanpa dikomando, mereka bekerja serius di masing-masing bidangnya. Saling membantu apabila ada yang perlu diuluri. Dan Deddy tetap tak melupakan ibadahnya di sela-sela kepadatan waktunya berperan sebagai “haji” atau “ustadz”.
Lorong Waktu, Hikayat Pengembara dan Para Pencari Tuhan (PPT) adalah buah keseriusan panjang Deddy Mizwar dalam menggeluti dunia sinema bermuatan moral (agama). Ia tetap membumi dengan garapannya, sehingga bisa diterima audience-nya. Ratingnya tinggi, di atas rata-rata dan ajeg. Sehingga iklannya mengerojok tanpa melindas idealismenya. Ia tak lelah dengan pencarian thema yang membumi, meski kedengaran remeh-temeh dan aneh-aneh. Seperti Kentut, Alangkah Lucunya (Negeri ini) atau Kiamat Sudah Dekat.
Ia tak lelah dengan pencarian thema dan cerita yang baik. Ia melakoninya, dan ingin apa yang diambilnya bermanfaat bagi banyak orang yang menghormati buah kerja dan karyanya. Deddy ingin, di lingkungannya, mencari “kebenaran” dan “kelurusan” di dunia yang memasuki era tumpang-tindih. Itu sebab ia yang sudah terseret dengan jalan sunyi, jalan melalui sinema yang digeluti ingin banting stir? Karena terbersit untuk membenahi rambu-rambu yang ditabrak tokoh masyarakat? Sedangkan ia hanyalah seorang haji, seorang ustadz dalam film-filmnya.
Deddy Mizwar ada di antara rombongan pekerja seni yang mendatangi Kantor KPK di Jalan HR Rasuna Said Jakarta untuk mendukung lembaga pemberantasan korupsi, Minggu lalu. Juga namanya mengintip ke permukaan sebagai yang akan dicalonwakilkan Gubernur Jawa Barat oleh Partai Keadilan Sejahtera. Sebuah tawaran yang tidak aneh di dunia yang lain. Karena tahun 2009 bahkan ia sempat mendeklarasikan untuk masuk bursa Calon Presiden bersama dengan Jenderal (Purn) Saurip Kadi di TIM, Jakarta. Juga sempat diskenariokan (oleh PDI Perjuangan) dengan menjadi pasangan Jokowi dalam pilkada DKI Jakarta lalu.


Share:

09 November 2012

Kemdikbud akan Teruskan RSBI

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ngotot akan tetap meneruskan pola pendidikan yang terdapat dalam Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) meski nantinya Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan pelaksanaan RSB harus dihentikan. RSBI tetap akan dilanjutkan, tentunya dengan nama yang berbeda.

Karena menurut Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud), Musliar Kasim, program RSBI, sepenuhnya dijalankan berdasarkan mandat Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

Dimana demi meningkatkan mutu pendidikan, dinilai perlu dibangun sekolah percontohan, dengan penerapan materi pelajaran unggulan bertaraf internasional. “Makanya sebagai pilot project, kita buat RSBI. Kita bangun masing-masing 1 SD, 1 SMP dan 1 SMA di setiap kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Karena kita ingin anak-anak di sekolah negeri juga akan jauh lebih cerdas,” kata Musliar kepada JPNN, Minggu (4/11).

Sebenarnya secara umum RSBI, menurut Musliar, sangat diapresiasi. Baik itu oleh para orangtua, maupun anak didik yang ada. Makanya beranjak dari hal ini, tidak heran jika Musliar melihat ada sesuatu yang tidak wajar dibalik tuntutan penghapusan RSBI. “Karena kalau dikatakan tidak baik, buktinya banyak sekali respon positif yang diberikan kepada kita. Baik oleh orangtua maupun para anak didik sendiri,” kilahnya.

Musliar sekali lagi menegaskan, Kemendikbud akan tetap meneruskan model pendidikan RSBI. “Jadi apapun keputusan MK, sekolah unggulan harus tetap ada. Bisa saja nanti namanya diubah menjadi sekolah unggulan. Atau sekolah percontohan, atau apalah. Karena yang penting dalam hal ini, Kemendikbud sepenuhnya ingin ada terobosan-terobosan menuju perbaikan lebih lagi terhadap sistem pendidikan yang ada. Sehingga nantinya dapat diterapkan secara menyeluruh kalau memang hasilnya positif,” ungkapnya.



Share:

100.000 Sekolah akan Tersambung Internet pada 2014

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai langkah mengembangkan pendidikan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menargetkan sebanyak 100.000 sekolah di seluruh Indonesia mendapat sambungan internet pada 2014.

Kepala Pusat Teknologi dan Komunikasi (Pustekkom) Kemdikbud, Ari Santoso, mengatakan bahwa saat ini baru sekitar 24.000 sekolah di seluruh Indonesia yang tersambung dengan internet. Harapannya tentu saja nantinya semua siswa di sekolah akan bisa menjelajah dunia dan membuka wawasan melalui internet.

"Tahun depan, targetnya mencapai 40.000 sekolah. Tahun 2014, baru ditargetkan sebanyak 100.000 sekolah dapat tersambung internet," jelas Ari saat jumpa pers di Gedung C Kemdikbud, Jakarta, Kamis (8/11/2012).

Ia mengungkapkan bahwa target yang hendak dicapai untuk tahun 2014 memang tidak mencakup semua sekolah yang ada di Indonesia. Pasalnya, anggaran yang ada jumlahnya tidak terlalu besar yaitu sekitar Rp 40 miliar per tahun untuk ribuan sekolah yang disasar.

"Sebenarnya dana BOS bisa dimanfaatkan untuk langganan internet ini. Namun banyak sekolah yang tidak berani karena takut dikira dikorupsi. Untuk itu, pada juknis 2012 dimasukkan mengenai hal ini," ujar Ari.

Ia mengungkapkan bahwa biaya langganan internet sebenarnya dapat ditanggung sendiri bagi sekolah yang secara pendanaan cukup mapan. Misalnya, satu penyedia layanan internet yang paling murah mempunyai paket langganan per bulan seharga Rp 250.000 dengan kecepatan hingga 384 kbps.

"Nah itu kalau bayarnya per tahun sekitar Rp 3.000.000 atau malah bisa dapat potongan. Dengan layanan itu saja, dapat dibagi untuk 15 komputer yang artinya sudah mencakup satu lab komputer," ungkap Ari.

"Untuk itu, kami dorong bagi sekolah yang mampu untuk membayar sendiri," imbuhnya.

Ia juga menuturkan bahwa pengembangan pendidikan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan memasukkan layanan internet ke sekolah ini tidak bisa hanya bergantung pada alokasi dana APBN saja mengingat sekolah-sekolah yang ada merupakan milik kabupaten/kota.

"Salah satu motivasi agar kabupaten/kota ikut turun tangan adalah dengan pemberian Anugerah KiHajar pada daerah yang secara mandiri mampu mengembangkan pendidikan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi serta memajukan sarana multimedia," tandasnya. 



Share:

Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SD akan Dihapus

Jakarta - Anggota Komisi X DPR Rohmani menyambut baik rencana perubahan kurikulum pendidikan nasional menyusul pemerintah akan meniadakan mata pelajaran Bahasa Inggris untuk sekolah dasar.

"Hal tersebut sebuah kebijakan yang tepat agar fokus pada pembudayaan Bahasa Indonesia sejak sekolah dasar (SD)," katanya di Jakarta, Rabu. 

Ia mengemukakan, selama ini, kondisi tersebut--fokus pembudayaan bahasa Indonesia perlu digiatkan--menjadi keresahan bersama.

"Karena bahasa menjadi salah satu identitas sebuah bangsa," kata legislator yang membidangi masalah pendidikan, kebudayaan, olahraga, dan pariwisata itu.

Menurut dia, perubahan tersebut menjadi hal yang positif untuk menanamkan nilai nasionalisme kepada anak didik.

"Bahasa Indonesia bisa menjadi perekat kebangsaan terhadap anak-anak sejak dini," katanya.

Menurut dia, bahasa Indonesia jangan dipandang sebagai pengetahuan tata bahasa semata. Namun, bahasa Indonesia mesti menjadi media pembelajaran akan kekayaan budaya bangsa, terutama pembelajaran sastra.

"Bahasa dan sastra tidak bisa dilepas. Dahulu itu satu paket pembelajaran di sekolah. Bahasa dan sastra adalah roh dari sebuah peradaban bangsa. Kita tahu, bangsa ini sangat kaya dengan bahasa dan sastra," kata anggota Fraksi PKS DPR itu.

Ia juga mengatakan bahwa pendidikan bahasa menjadi sarana penguatan karakter anak didik.

"Pendidikan bahasa Indonesia memiliki banyak manfaat bagi anak didik. Meniadakan pendidikan bahasa Inggris di sekolah dasar berarti memberikan kesempatan untuk memperdalam pemaknaan bahasa dan kebudayaan bangsa," demikian Rohmani.



Share:

Gadis SPG Muda dan Cantik

Guntur dilangit bersahut-sahutan. Berkali-kali pula petir menyambar. Yuni melihat bungkusan rokok di dalam tasnya. Jumlahnya hanya berkurang satu bungkus. Dia hanya mampu berdoa agar Tuhan segera menghentikan hujan lebat ini. Keringat dingin mengucur deras dari balik seragamnya yang menempel di badan. Bayangan setoran terus menghantuinya......

Yuni hanya pasrah ketika hujan tidak menunjukkan aba-aba untuk berhenti mengguyur bumi. Dia bersama empat SPG lainnya duduk berdesakan di dalam mobil berpenumpang enam orang itu.Semua terduduk diam, hanya melamun.

Sudah empat warung kopi mereka singgahi malam ini. Entah memang wajah cantik tak laku lagi. Entah pula rokok tak lagi disukai. Yang pasti Yuni dan teman-temannya belum mampu menjual lebih dari satu bungkus per orang. Itupun Rp 500 tidak lagi diberikan oleh si pembeli. Jadilah dia nombok sedikit.

“Besok jangan seperti ini lagi ya Yun. Kan kekurangan 500 Rupiah itu harus kau tanggung. Perusahaan tak mau rugi,” kata Amri sambil menghembuskan asap rokok. Lelaki 27 tahun itu adalah supervisor Yuni.

“Iya mas. Tadi pembeli itu bersikukuh tak mau nambah. Malah Yuni digodain dengan kata-kata nakal,” timpal Yuni sambil merengut.

Kemudian suasana menjadi hening. Tak ada lagi yang angkat bicara. Hanya guntur dan derasnya hujan yang menjadi pengisi bunyi perjalanan mereka yang menyusuri jalanan sibuk ibukota Provinsi Aceh. Yang pasti tak ada rezeki untuk malam ini.***

Yuni seketika tertegun. Seorang pengunjung warung kopi menyelutuk kepada temannya yang juga sedang menikmati kopi panas di sore yang mendung.

“Bro, selain menjual rokok, apa mereka tu bisa kita ajak untuk lainnya?” celetuk suara lelaki dibelakang Yuni.

“Siapa bilang tidak. Kan mereka tampilan aja SPG, kalau malam bisa diajak esmenen,” jawab lelaki lainnya.

Dada Yuni bergemuruh. Rasa marah tiba-tiba menguasai dirinya. Namun semua itu ditahan di dalam hati. Dia sedang berjualan. Semboyan “pembeli adalah raja” dia coba untuk junjungi. Namun hatinya kadung sakit.

“Berapa sebungkus dik?” tanya seorang lelaki paruh baya

“Dua belas ribu lima ratus Rupiah pak. Beli dua diskon seribu,” jawab Yuni sambil melempar senyum.

“Saya ambil dua,” timpal lelaki itu.

Dengan senyum manis, Yuni menyerahkan dua bungkus rokok. Tak lupa dia mengucapkan terima kasih kepada lelaki tersebut.

Ketika berlalu hendak meninggalkan warung kopi itu, dia sempat mendengar lagi kata-kata nyeleneh “Coba kalau minta diskon yang lain, pasti diberikan oleh cewek itu”. Kemudian tawa berderai. Yuni menahan amarah. Dengan langkah pasti dia kembali masuk ke dalam mobil yang sejak tadi telah menunggunya. Alhamdulillah, malam ini banyak rokok yang laku.***

Menjadi Sales promotion Girls bukanlah mimpi Yuni. Tapi itu menjadi pilihan. Negara tidak menyediakan cukup lahan pekerjaan bagi Diploma III seperti dirinya. Kampus tempat dia kuliah dulu pun, membuka jurusan tidak sesuai dengan lapangan kerja yang ada. Sekarang semua menjadi tanggung. Tak ada kecakapan apa-apa yang di dapat dengan selembar ijazah yang melekat gelar itu. Tak satupun perusahaan yang mau menerima dia sebagai pekerja. Demikian pula banyak tamatan diploma lainnya. Bahkan, banyak sarjana yang menganggur.

Wajah cantik bukan pula jaminan dapat kerja. Sebab selain cantik, “murahan” juga diperlukan agar laku dan mudah mendapatkan koneksi. Namun Yuni bukan model perempuan “cinta satu malam”. Dia punya prinsip. Segala kehormatan diri harus dijaga.

“Pilihan menjadi SPG rokok adalah yang paling mungkin untuk saat ini,” katanya membela diri. Saat itu dia berdebat panjang dengan ayahnya yang sakit-sakitan.

“Bukankah SPG itu keluar malam-malam? Apalagi penempatanmu di Provinsi ujung pulau itu. Orang disana, masih banyak berpandangan negatif kepada gadis di luar daerahnya. Apalagi kamu yang dari Medan ini. Pasti akan dianggap macam-macam,” ayahnya balik menimpali.

“Tapi dari sekian lamaran yang Yuni masukin, cuma SPG rokok yang tidak meminta layanan lebih. Persoalan orang akan anggap bila SPG adalah topeng dan segala macam, itu proses. Ayah percaya sama Yuni. Yuni tidak akan mengecewakan ayah,” jawab Yuni sambil bersimpuh di lutut ayahnya.

Apa yang dikatakan oleh ayahnya menjadi kenyataan. Dia sering di cibir dengan kata-kata yang menyakitkan. Bahkan pernah ada yang meminta nomor HP. Yuni menolak memberikan, dengan dalih tak menggunakan alat komunikasi itu. Tapi apa yang dia dapat? Lelaki itu menyindirnya dengan kata-kata yang tidak senonoh.

Entah apa yang ada di benak orang-orang tentang pekerjaannya sebagai SPG. Begitu sinis orang menilai pilihan kerja yang dia pilih. Apalagi statusnya sebagai gadis yang berasal dari Medan. Mungkin orang di sini menilai yang berasal dari Medan semuanya rusak. Padahal yang ke Medan tiap weekend juga orang dari daerah syariat. Aneh orang dinegeri ini. Batin Yuni.***

Tiga bulan sudah Yuni melakoni pekerjaan sebagai SPG. Banyak hal yang telah dilalui oleh gadis cantik berumur 19 tahun itu. Mulutnya tetap menyungging senyum, walau terkadang sindiran halus dan ajakan nakal masih kerap singgah ditelinganya.

Namun, profesional menjadi alasan utama semua caci maki dan hinaan dijawab dengan sunggingan. Dia semakin pintar tersenyum tatkala berhadapan dengan berbagai macam model manusia yang memuakkan.

Dia kembali ingat kata ayahnya yang sekarang sudah tiada. “Disana banyak orang munafik anakku. Mereka menganggap dirinya umat paling hebat di muka bumi. Semua hal baru dianggap baik, bila sesuai dengan apa yang mereka katakan. Kalau berbeda, apalagi mendebat, maka kau akan dilabel orang yang tidak benar,”

Mungkin kalau Yuni menjadi pejabat, dia ingin mengkritik kedunguan sebagian penduduk ujung Sumatera itu. Namun Yuni adalah seorang SPG yang diikat oleh banyak aturan. Dia hanya diperbolehkan menawarkan rokok dengan tersenyum dan bahasa yang lembut, tersenyum pula bila di ejek dan dihina. Bila sedikit saja marah, maka pemecatan sudah menunggu. Ah, terkadang dunia ini tidak adil. Dan Yuni terjebak di dalamnya.



sumber
Share:

Populer di Indonesia

Sahabat Sejati

Informasi Terkini

Populer Bulanan

Populer Mingguan

Kirim Pesan

Nama

Email *

Pesan *

Arsip Blog