Uang adalah alat tukar yang sah sebagai pembayaran dalam melakukan transaksi. Setiap Negara memiliki mata uang yang berbeda-beda dan memiliki nilai yang berbeda pula antarnegara. Ini membuat adanya kurs tukar atau nilai tukar yang disepakati antar dua negara. Seperti yang kita ketahui, belakangan ini nilai tukar rupiah melemah. Hal ini menyebabkan penurunan perekonomian di Indonesia. Proses penurunan nilai mata uang diawali dengan adanya masalah ekonomi di suatu negara yang kemudian menyebabkan terjadinya penurunan nilai mata uang.
Berikut merupakan negara-negara yang pernah mengalami penurunan nilai mata uang
1. Iran
Iran sempat mengalami penurunan permintaan mata uang terparah di awal September 2012 dan yang kedua terjadi di pertengahan Oktober, saat nilai inflasinya mencapai level hiperinflasi (lebih besar 50% per bulan).Dengan runtuhnya nilai rial, terjadi juga peningkatan di pasar gelap.
2. Korea Utara
Disfungsi moneter Korea Utara didampingi masalah inflasi parah. Pada 2009, pemerintahnya mencoba mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan program reformasi mata uang seperti program redemonasi yang akan memangkas dua digit pada nominal won saat ini.
3. Mesir
Kisah gagalnya ekonomi Mesir merupakan mata uang yang bermasalah dan masalah inflasi yang terjadi bersamaan. Pada 1 Juli 2013 (sebelum Mursi lengser), tingkat inflasi tahunan di Mesir sebesar 27,1%. Jumlah tersebut tiga kali lebih tinggi dibanding tingkat inflasi tahunan yang dilaporkan pemerintah sebelumnya.
4. Argentina
Argentina sekali lagi bergulat dengan musuh lamanya, inflasi. Saat ini tampaknya sejarah inflasi di negara tersebut akan muncul kembali mengingat Argentina tengah goyah akibat krisis mata uang berbeda. Kendali modal dan neraca transaski yang tak seimbang ditambah sejumlah kebijakan anti bisnis berakibat pada penekanan mata uang Argentina, peso.
5. Venezuela
Venezuela juga bergantung pada pengendalian gina menekan masalah inflasinya, hasilnya pun sama menyedihkannya. Meski berperan sebagai negara kaya minyak, program belanja sosial di masa Chavez secara besar-besaran terus mengganggu keseimbangan ekonomi pemerintah, termasuk juga pendapatan dalam bentuk dolar terdenominasi di perusahaan minyak negara, PDVSA. Untuk mengisi kekosongan ini, bank sentral Venezuela telah menjalankan peningkatan nilai mata uang, mengurangi nominal mata uangnya, bolivar.
Cara kita untuk mengatasi masalah penurunan nilai mata uang dengan menyiapkan bebagai kebijakan yang sesuai dgn keadaan, antara lain:
1. Kebijakan Moneter
• Politik diskonto (Politik uang ketat): bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah
uang yang beredar dapat dikurangi.
• Politik pasar terbuka: bank sentral menjual obligasi atau surat berharga ke pasar modal
untuk menyerap uang dari masyarakat dan dengan menjual surat berharga bank sentral
dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga jumlah uang beredar
dapat dikurangi dan laju inflasi dapat lebih rendah
• Peningkatan cash ratio:Kebijakan persediaan kas artinya cadangan yang diwajibkan
oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum yang besarnya tergantung kepada
keputusan dari bank sentral/pemerintah.
2. Kebijakan Fiskal
• Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah,
• Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi
jumlah konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak.
3. Kebijakan Non Moneter
• Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.
• Menekan tingkat upah.
• Pemerintah melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan
harga maksimal.
• Pemerintah melakukan distribusi secara langsung ( operasi pasar )
• Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan
cara melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang).
Tidak ada komentar:
Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.