.
(tulisan diperbaiki sedikit agar lebih rapi)
sumber: http://www.kompasiana.com/marthauli/pak-ogah-sebutanku_552ad33c6ea834a973552d49
Hiruk pikuk aktivitas di perkotaan yang bising dan sesaknya asap kendaraan yang banyak terhirup oleh kita dengan padatnya kendaraan yang sering menjadi teman dalam keseharian kita ketika hendak pergi beraktivitas. Seringnya kita jumpai tidak adanya rambu lalu lintas pada sebuah perempatan atau pertigaan jalan sering membuat kita jengkel dan membuat darah kita mendidih. Banyak waktu terbuang ber jam-jam karena kemacetan dan kesemrawutan para pengguna jalan yang sama-sama tidak mau mengalah. Ditambah kalau di titik ini tidak kita temui pengatur lalu lintas, kendaraan menjadi berhenti total karena egoisnya dari para pengendara yang selalu ngambil jalan yang bukan jalurnya.
Semua pengguna jalan pasti pernah merasakan kesemrawutan lalu lintas yang diakibatkan dari kendaraan yang berada tidak pada jalurnya, sehingga pengguna jalan dari arah yang berlawanan tidak bisa melewati jalan tersebut dan akibatnya macet parah. Ketika saya terjebak dalam situasi seperti ini, tiba-tiba terlintas dengan spontan dari pikiran saya, ketika para pekerja yang mengandalkan hasil dari keikhlasan para pengguna jalan dengan uang recehan, mereka dengan sigap mengatur lalu lintas supaya tertib dan lancar.
Dalam hitungan beberapa menit kendaraan yang mandeg macet bisa kembali normal dengan arahan pengatur lalu lintas ini. Dalam hatiku apa jadinya kalau perempatan ini tidak ada mereka, mungkin setiap pengendara merasa ber hak dan semau gue menggunakan jalan. Ya…kita sering menyebut mereka dengan Pak Ogah, istilah ini diambil dari kisah Pak Ogah yang berperan dalam boneka si Unyil yang selalu bilang cepek dulu dong…jadi sebutan ini sangat melekat pada mereka yang mengandalkan uang recehan dari para pengendara khususnya mobil.
Terkadang kalau mood kita kurang baik, kita selalu menggerutu keberadaan pak Ogah ini padahal jasa yang mereka berikan sangat membantu kita menyebrangkan kendaraan, banyak dari mereka secara ikhlas membantu menyebrangkan kendaraan roda dua tanpa iming2, tetapi sering saya lihat pengendara roda empat yang terjebak situasi macet sehingga sulit untuk di lalui dan butuh waktu lama untuk menunggu dan mereka tertolong dengan keberadaan pak Ogah ini sehingga kendaraan bisa secara bergantian memberi kesempatan pada pengendara lain untuk melaju, namun dari mereka tidak sedikit yang mengerti akan jasa pak Ogah ini, mereka seolah angkuh dengan duduk seolah-olah tidak melihat lingkungan sekitarnya, mereka tidak malu dengan mobil mewah yang mereka tumpangi tetapi mereka tidak mempunyai hati untuk menghargai jasa.
Teriknya sengatan panas matahari dan dinginnya guyuran hujan seolah tidak mereka hiraukan demi untuk mendapatkan recehan rupiah. Mereka seperti stopan lampu lalu lintas yang mengatur lajunya kendaraan, profesi ini tak hanya kalangan anak muda saja, tetapi ada juga yang sudah lanjut usia dan bahkan cacat mental, tentu ini pekerjaan yang halal dibanding menjadi pengangguran atau meminta-minta belas kasihan orang. Sepengetahuan saya tentang keberadaan pak Ogah ini menurut saya sah-sah saja selama mereka tidak mengganggu dan bikin ulah. Karena selama ini saya belum mendengar mereka suka bikin onar, sama-sama saling menghargai.
Maraknya kecelakaan lalu lintas entah itu karena human eror atau tidak diindahkannya mengenai bijaknya berkendara sangat mempengaruhi keselamatan berkendara di jalan raya. Saling adu jotos, perang mulut kerap saya lihat ketika sedang dalam perjalanan. Persoalan yang sepele hanya sedikit tersenggol atau memotong jalan sering menjadi penyebab emosional kita. Saling menyalahkan ketika di jalan raya menurut saya hal yang sia-sia dan tidak akan ada ujungnya karena kedua belah pihak merasa benar, untuk itu kita yang waras sebaiknya mengalah saja toh menang di jalan raya juga tidak dapat hadiah malah resiko besar yang mengintai kita.
Sebagai pengendara yang baik, kita hendaknya bijak berkendara dan bijak untuk mempergunakan jalan raya sebagaimana mestinya, tidak hanya memikirkan diri sendiri tetapi pikirkan juga yang berada di sekitar kita yang pasti kena imbasnya entah dengan terseret kendaraan anda atau tertabrak. Kasus pengendara yang mati tragis di jalan raya karena menggunakan narkoba semoga kita bisa bercermin dari kejadian itu, tidak hanya merenggut nyawa sendiri, tetapi juga orang disekitar jalan yang tidak berdosa ikut menjadi korban. Sudah bunuh diri membunuh orang lain juga, apakah anda siap mempertanggung jawabkan semua itu?
Faktor kendaraan juga harus kita perhatikan tidak terawatnya mesin atau tidak teliti masa kadaluarsanya bagian dari kendaraan seperti rem, oli dll yang terkadang kita sepelekan dan hal ini akan berdampak pada keselamatan dan kenyamanan dalam berkendara. Memulai bijak berkendara dari diri sendiri sehingga menjadi contoh buat yang lain. Sayangi nyawa anda dan peduli dengan sekitar kita.***
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/marthauli/pak-ogah-sebutanku_552ad33c6ea834a973552d49
.
Sumber
(tulisan diperbaiki sedikit agar lebih rapi)
sumber: http://www.kompasiana.com/marthauli/pak-ogah-sebutanku_552ad33c6ea834a973552d49
Hiruk pikuk aktivitas di perkotaan yang bising dan sesaknya asap kendaraan yang banyak terhirup oleh kita dengan padatnya kendaraan yang sering menjadi teman dalam keseharian kita ketika hendak pergi beraktivitas. Seringnya kita jumpai tidak adanya rambu lalu lintas pada sebuah perempatan atau pertigaan jalan sering membuat kita jengkel dan membuat darah kita mendidih. Banyak waktu terbuang ber jam-jam karena kemacetan dan kesemrawutan para pengguna jalan yang sama-sama tidak mau mengalah. Ditambah kalau di titik ini tidak kita temui pengatur lalu lintas, kendaraan menjadi berhenti total karena egoisnya dari para pengendara yang selalu ngambil jalan yang bukan jalurnya.
Semua pengguna jalan pasti pernah merasakan kesemrawutan lalu lintas yang diakibatkan dari kendaraan yang berada tidak pada jalurnya, sehingga pengguna jalan dari arah yang berlawanan tidak bisa melewati jalan tersebut dan akibatnya macet parah. Ketika saya terjebak dalam situasi seperti ini, tiba-tiba terlintas dengan spontan dari pikiran saya, ketika para pekerja yang mengandalkan hasil dari keikhlasan para pengguna jalan dengan uang recehan, mereka dengan sigap mengatur lalu lintas supaya tertib dan lancar.
Dalam hitungan beberapa menit kendaraan yang mandeg macet bisa kembali normal dengan arahan pengatur lalu lintas ini. Dalam hatiku apa jadinya kalau perempatan ini tidak ada mereka, mungkin setiap pengendara merasa ber hak dan semau gue menggunakan jalan. Ya…kita sering menyebut mereka dengan Pak Ogah, istilah ini diambil dari kisah Pak Ogah yang berperan dalam boneka si Unyil yang selalu bilang cepek dulu dong…jadi sebutan ini sangat melekat pada mereka yang mengandalkan uang recehan dari para pengendara khususnya mobil.
Terkadang kalau mood kita kurang baik, kita selalu menggerutu keberadaan pak Ogah ini padahal jasa yang mereka berikan sangat membantu kita menyebrangkan kendaraan, banyak dari mereka secara ikhlas membantu menyebrangkan kendaraan roda dua tanpa iming2, tetapi sering saya lihat pengendara roda empat yang terjebak situasi macet sehingga sulit untuk di lalui dan butuh waktu lama untuk menunggu dan mereka tertolong dengan keberadaan pak Ogah ini sehingga kendaraan bisa secara bergantian memberi kesempatan pada pengendara lain untuk melaju, namun dari mereka tidak sedikit yang mengerti akan jasa pak Ogah ini, mereka seolah angkuh dengan duduk seolah-olah tidak melihat lingkungan sekitarnya, mereka tidak malu dengan mobil mewah yang mereka tumpangi tetapi mereka tidak mempunyai hati untuk menghargai jasa.
Teriknya sengatan panas matahari dan dinginnya guyuran hujan seolah tidak mereka hiraukan demi untuk mendapatkan recehan rupiah. Mereka seperti stopan lampu lalu lintas yang mengatur lajunya kendaraan, profesi ini tak hanya kalangan anak muda saja, tetapi ada juga yang sudah lanjut usia dan bahkan cacat mental, tentu ini pekerjaan yang halal dibanding menjadi pengangguran atau meminta-minta belas kasihan orang. Sepengetahuan saya tentang keberadaan pak Ogah ini menurut saya sah-sah saja selama mereka tidak mengganggu dan bikin ulah. Karena selama ini saya belum mendengar mereka suka bikin onar, sama-sama saling menghargai.
Maraknya kecelakaan lalu lintas entah itu karena human eror atau tidak diindahkannya mengenai bijaknya berkendara sangat mempengaruhi keselamatan berkendara di jalan raya. Saling adu jotos, perang mulut kerap saya lihat ketika sedang dalam perjalanan. Persoalan yang sepele hanya sedikit tersenggol atau memotong jalan sering menjadi penyebab emosional kita. Saling menyalahkan ketika di jalan raya menurut saya hal yang sia-sia dan tidak akan ada ujungnya karena kedua belah pihak merasa benar, untuk itu kita yang waras sebaiknya mengalah saja toh menang di jalan raya juga tidak dapat hadiah malah resiko besar yang mengintai kita.
Sebagai pengendara yang baik, kita hendaknya bijak berkendara dan bijak untuk mempergunakan jalan raya sebagaimana mestinya, tidak hanya memikirkan diri sendiri tetapi pikirkan juga yang berada di sekitar kita yang pasti kena imbasnya entah dengan terseret kendaraan anda atau tertabrak. Kasus pengendara yang mati tragis di jalan raya karena menggunakan narkoba semoga kita bisa bercermin dari kejadian itu, tidak hanya merenggut nyawa sendiri, tetapi juga orang disekitar jalan yang tidak berdosa ikut menjadi korban. Sudah bunuh diri membunuh orang lain juga, apakah anda siap mempertanggung jawabkan semua itu?
Faktor kendaraan juga harus kita perhatikan tidak terawatnya mesin atau tidak teliti masa kadaluarsanya bagian dari kendaraan seperti rem, oli dll yang terkadang kita sepelekan dan hal ini akan berdampak pada keselamatan dan kenyamanan dalam berkendara. Memulai bijak berkendara dari diri sendiri sehingga menjadi contoh buat yang lain. Sayangi nyawa anda dan peduli dengan sekitar kita.***
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/marthauli/pak-ogah-sebutanku_552ad33c6ea834a973552d49
.
Sumber