Ernest Miller Hemingway (lahir 21 Juli 1899 – meninggal 2 Juli 1961 pada umur 61 tahun) adalah seorang novelis, pengarang cerita pendek, dan jurnalis Amerika. Gaya penulisannya yang khas dicirikan oleh minimalisme yang singkat dan dengan gaya seadanya (understatement) dan mempunyai pengaruh yang penting terhadap perkembangan fiksi abad ke-20. Tokoh-tokoh protagonis Hemingway biasanya stoik, seringkali dilihat sebagai proyeksi dari karakternya sendiri–orang-orang yang harus memperlihatkan "keanggunan di bawah tekanan." Banyak dari karyanya dianggap klasik di dalam kanon sastra Amerika.
Hemingway, yang dijuluki "Papa," adalah bagian dari komunitas ekspatriat pada 1920-an di Paris, seperti yang digambarkan dalam novelnya A Moveable Feast. Ia yang dikenal sebagai bagian dari "Generasi yang Hilang," sebuah nama yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Gertrude Stein, mengalami kehidupan sosial yang penuh dengan badai, menikah empat kali, dan konon menjalin banyak hubungan romantis semasa hidupnya.
Hemingway, yang dijuluki "Papa," adalah bagian dari komunitas ekspatriat pada 1920-an di Paris, seperti yang digambarkan dalam novelnya A Moveable Feast. Ia yang dikenal sebagai bagian dari "Generasi yang Hilang," sebuah nama yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Gertrude Stein, mengalami kehidupan sosial yang penuh dengan badai, menikah empat kali, dan konon menjalin banyak hubungan romantis semasa hidupnya.
Hemingway memperoleh Hadiah Pulitzer pada 1953 untuk The Old Man and the Sea. Ia memperoleh Penghargaan Nobel dalam Sastra pada 1954, meskipun ia mengatakan bahwa ia "akan berbahagia–lebih berbahagia...bila hadiah itu diberikan kepada pengarang yang cantik itu Isak Dinesen," sambil merujuk kepada pengarang Denmark Karen Blixen. Pada 1961, dalam usia 61, ia bunuh diri.
Kehidupan awal
Kehidupan awal
Ernest Hemingway dilahirkan pada 21 Juli 1899 di Oak Park, Illinois, sebuah suburban dari Chicago. Hemingway adalah anak lelaki pertama dan anak kedua dari enam anak yang dilahirkan dalam keluarga Clarence Edmonds ("Doctor Ed") dan Grace Hall Hemingway. Ayah Hemingway, seorang dokter, menyaksikan kelahiran Ernest dan kemudian meniup sebuah serunai di teras depannya, untuk mengumumkan kepada tetangga-tetangganya bahwa istrinya telah melahirkan seorang bayi lelaki.
Keluarga Hemingway tinggal di sebuah rumah bergaya Victoria dengan enam kamar tidur, yang dibangun oleh nenek Ernest dari pihak ibunya yang telah menjanda, Ernest Hall, seorang imigran Inggris dan veteran Perang Saudara yang tinggal bersama keluarga itu. Nama Hemingway diberikan mengikuti nama neneknya.
Ibunda Hemingway berbakat menyanyi dan pernah bercita-cita untuk menjadi penyanyi opera dan hidup dengan memberikan pelajaran menyanyi dan musik. Ia seorang yang dominan dan seorang yang saleh dan berpandangan sempit, yang mencirikan etika Protestan yang ketat di Oak Park, yang kelak digambarkan Hemingway mempunyai "halaman yang luas dan pikiran yang sempit."
Ibunda Hemingway berbakat menyanyi dan pernah bercita-cita untuk menjadi penyanyi opera dan hidup dengan memberikan pelajaran menyanyi dan musik. Ia seorang yang dominan dan seorang yang saleh dan berpandangan sempit, yang mencirikan etika Protestan yang ketat di Oak Park, yang kelak digambarkan Hemingway mempunyai "halaman yang luas dan pikiran yang sempit."
Ibunya ingin melahirkan anak kembar, dan ketika hal itu tidak terjadi, ia mendandani Ernest yang kecil dan saudara perempuannya Marcelline (18 bulan lebih tua) dengan pakaian yang sama dan gaya rambut yang sama pula, sambil berpura-pura bahwa kedua anak itu "kembar". Grace Hemingway lebih jauh memperlakukan anaknya secara feminin pada masa remajanya dengan memanggilnya "Ernestine." (Meskipun hal ini banyak dipemasalahkan oleh para penulis biografi -- khususnya Kenneth S. Lynn -- harus dicatat bahwa anak-anak lelaki dari kelas menengah keluarga Victorian sering diperlakukan seperti ini.)
Sementara ibunya berharap bahwa anaknya akan mengembangkan minat dalam musik, Hemingway mewarsi minat ayahnya yang aktif dalam kegiatan di luar rumah, yaitu berburu dan memancing di hutan-hutan dan danau-danau di Michigan utara. Keluarga itu memiliki sebuah rumah yang dinamai Windemere di Danau Walloon, Michigan dan seringkali melewati liburan musim panasnya di sana. Pengalaman-pengalaman awal dalam hubungan erat dengan alam ini kelak menanamkan dalam diri Hemingway kecintaan yang mendalam dan berlangsung seumur hidup terhadap petualangan di luar rumah dan kehidupan di tempat-tempat di dunia yang umumnya dianggap terpencil atau terisolasi.
Hemingway belajar di SMA Oak Park dan River Forest dan di sana ia berhasil baik dalam bidang akademis maupun atletik. Hemingway bertinju dan bermain rugby, serta memperlihatkan bakat yang luar biasa dalam pelajaran sastra Inggris. Pengalaman menulisnya yang pertama adalah menjadi untuk Trapeze dan Tabula, surat kabar dan majalah sastra sekolah.
Setelah SMA Hemingway tidak melanjutkan ke sekolah tinggi. Sebaliknya, pada usia 17 tahun ia memulai karier penulisannya sebagai seorang reporter muda untuk The Kansas City Star (1917). Meskipun ia bekerja di koran itu hanya selama enam bulan, sepanjang hidupnya ia menggunakan pedoman dari gaya penulisan Star' sebagai dasar untuk gaya penulisannya: "Gunakan kalimat-kalimat pendek. Gunakan alinea pertama yang singkat. Gunakan bahasa Inggris yang hidup. Bersikaplah positif, jangan negatif."
Perang Dunia I
Sementara ibunya berharap bahwa anaknya akan mengembangkan minat dalam musik, Hemingway mewarsi minat ayahnya yang aktif dalam kegiatan di luar rumah, yaitu berburu dan memancing di hutan-hutan dan danau-danau di Michigan utara. Keluarga itu memiliki sebuah rumah yang dinamai Windemere di Danau Walloon, Michigan dan seringkali melewati liburan musim panasnya di sana. Pengalaman-pengalaman awal dalam hubungan erat dengan alam ini kelak menanamkan dalam diri Hemingway kecintaan yang mendalam dan berlangsung seumur hidup terhadap petualangan di luar rumah dan kehidupan di tempat-tempat di dunia yang umumnya dianggap terpencil atau terisolasi.
Hemingway belajar di SMA Oak Park dan River Forest dan di sana ia berhasil baik dalam bidang akademis maupun atletik. Hemingway bertinju dan bermain rugby, serta memperlihatkan bakat yang luar biasa dalam pelajaran sastra Inggris. Pengalaman menulisnya yang pertama adalah menjadi untuk Trapeze dan Tabula, surat kabar dan majalah sastra sekolah.
Setelah SMA Hemingway tidak melanjutkan ke sekolah tinggi. Sebaliknya, pada usia 17 tahun ia memulai karier penulisannya sebagai seorang reporter muda untuk The Kansas City Star (1917). Meskipun ia bekerja di koran itu hanya selama enam bulan, sepanjang hidupnya ia menggunakan pedoman dari gaya penulisan Star' sebagai dasar untuk gaya penulisannya: "Gunakan kalimat-kalimat pendek. Gunakan alinea pertama yang singkat. Gunakan bahasa Inggris yang hidup. Bersikaplah positif, jangan negatif."
Perang Dunia I
Hemingway meninggalkan pekerjaannya sebagai reporter setelah hanya beberapa bulan, dan, bertentangan dengan kehendak ayahnya, ia berusaha bergabung dengan Angkatan Darat Amerika Serikat untuk menyaksikan aksi dalam Perang Dunia I. Konon ia gagal dalam ujian kesehatan karena penglihatannya yang buruk (tidak ada catatan tentang hal ini), dan karena itu ia bergabung dengan Korps Ambulans Palang Merah berangkat ke Italia. Dalam perjalanan ke front Italia, ia berhenti di Paris, yang saat itu terus-menerus dibom oleh artileri Jerman. Bukannya tinggal di tempat yang relatif aman di Hotel Florida, Hemingway malah berusaha mencapai arena pertempuran sedekat mungkin.
Segera setelah tiba di front Italia, ia menyaksikan kebrutalan perang; pada hari pertama tugasnya, sebuah pabrik amunisi dekat Milano mengalami ledakan. Hemingway harus memunguti potongan-potongan tubuh manusia, umumnya perempuan yang bekerja di pabrik itu. Perjumpaan yang pertama, dan sangat kejam dengan maut ini membuatnya gemetar. Para serdadu yang dijumpainya kelak tidak menolongnya meringankan rasa ngerinya.
Segera setelah tiba di front Italia, ia menyaksikan kebrutalan perang; pada hari pertama tugasnya, sebuah pabrik amunisi dekat Milano mengalami ledakan. Hemingway harus memunguti potongan-potongan tubuh manusia, umumnya perempuan yang bekerja di pabrik itu. Perjumpaan yang pertama, dan sangat kejam dengan maut ini membuatnya gemetar. Para serdadu yang dijumpainya kelak tidak menolongnya meringankan rasa ngerinya.
Misalnya, salah seorang di antara mereka, Eric Dorman-Smith, mengutip baginya satu baris ungkapan dari Bagian Dua dari Henry IV karya Shakespeare: aku tidak peduli, mati hanya satu kali; kita berutang maut kepada Tuhan ... dan biarkanlah hal itu terjadi sesukanya; orang yang mati tahun ini berarti bebas pada tahun depan." (Hemingway sendiri kelak mengutip ungkapan dari Shakespeare yang sama ini dalam cerita-cerita pendek Afrikanya yang terkenal.) Dalam kesempatan lain, seorang serdadu berusia 50 tahun, yang kepadanya Hemingway berkata, "Anda troppo vecchio untuk perang ini, Pak," menjawab, "Saya dapat mati seperti siapa saja." ("troppo vecchio" berarti "terlalu tua " dalam konteks ini)
Di front Italia pada 8 Juli 1918, Hemingway terluka ketika sedang mengirim pasokan kepada tentara, hingga kariernya sebagai pengemudi ambulans pun berakhir. Rincian persisnya tentang serangan ini dipertikaikan, tetapi Hemingway pasti terkena pecahan mortir parit Austria yang meninggalkan potongan-potongannya di kedua kakinya, dan oleh sebuah rentetan tembakan senapan mesin. Karena itu ia dianugerahi Medali Perak (medaglia d'argento) dari pemerintah karena, sementara terluka, ia menyeret seorang serdadu Italia yang telruka hingga ke tempat aman.
Setelah pengalaman ini, Hemingway dirawat di sebuah rumah sakit Milano yang dikelola oleh Palang Merah Amerika. Di rumah sakit itu tidak banyak yang dapat dilakukannya sebagai hiburan. Hemingway seringkali minum-minum dan membaca surat kabar untuk melewatkan waktu. Di situ pulalah ia bertemu dengan Suster Agnes von Kurowsky dari Washington, D.C., salah seorang dari 18 perawat yang masing-masing merawat empat pasien. Hemingway jatuh cinta kepada Suster Agnes, yang usianya lebih dari enam tahun lebih tua daripadanya, tetapi hubungan mereka tidak berlanjut. Setelah ia kembali ke AS, Suster Agnes jatuh cinta dan menikah dengan lelaki lain. Kejadian-kejadian ini memberikan ilham dan kemudian dijadikan fiksi dalam salah satu novel pertama Hemingway, A Farewell to Arms.
Setelah Perang Dunia I
Di front Italia pada 8 Juli 1918, Hemingway terluka ketika sedang mengirim pasokan kepada tentara, hingga kariernya sebagai pengemudi ambulans pun berakhir. Rincian persisnya tentang serangan ini dipertikaikan, tetapi Hemingway pasti terkena pecahan mortir parit Austria yang meninggalkan potongan-potongannya di kedua kakinya, dan oleh sebuah rentetan tembakan senapan mesin. Karena itu ia dianugerahi Medali Perak (medaglia d'argento) dari pemerintah karena, sementara terluka, ia menyeret seorang serdadu Italia yang telruka hingga ke tempat aman.
Setelah pengalaman ini, Hemingway dirawat di sebuah rumah sakit Milano yang dikelola oleh Palang Merah Amerika. Di rumah sakit itu tidak banyak yang dapat dilakukannya sebagai hiburan. Hemingway seringkali minum-minum dan membaca surat kabar untuk melewatkan waktu. Di situ pulalah ia bertemu dengan Suster Agnes von Kurowsky dari Washington, D.C., salah seorang dari 18 perawat yang masing-masing merawat empat pasien. Hemingway jatuh cinta kepada Suster Agnes, yang usianya lebih dari enam tahun lebih tua daripadanya, tetapi hubungan mereka tidak berlanjut. Setelah ia kembali ke AS, Suster Agnes jatuh cinta dan menikah dengan lelaki lain. Kejadian-kejadian ini memberikan ilham dan kemudian dijadikan fiksi dalam salah satu novel pertama Hemingway, A Farewell to Arms.
Setelah Perang Dunia I
Setelah Perang Dunia, Hemingway kembali ke Oak Park. Merasa diusir dari Amerika Serikat sebagian karena larangan minuman keras, pada 1920 ia menerima pekerjaan di Toronto, Ontario pada Toronto Star. Ia bekerja di sana sebagai penulis bebas, penulis staf, dan koresponden asing. Di Toronto inilah Hemingway bersahabat dengan rekan wartawan Star Morley Callaghan. Callaghan telah mulai mengarang cerita-cerita pendek pada saat ini dan memperlihatkannya kepada Hemingway, yang memujinya sebagai karya yang indah. Callaghan dan Hemingway belakangan bersatu kembali di Paris.
Ernest tinggal dekat bagian utara Chicago (1920 hingga 1921), bekerja untuk sebuah surat kabar kecil Pada 1921, Hemingway menikah dengan istri pertamanya, Hadley Richardson. Bulan September, ia pindah ke apartemen lantai empat yang sempit di 1239 North Dearborn dekat bagian utara Chicago yang kumuh. Gedung ini masih berdiri sekarang dengan plakat di depannya yang berbunyi "Apartemen Hemingway." Hadley merasa apartemen itu gelap dan meresahkan dan, sebagian karena alasan ini, suami-istri Hemingway memutuskan untuk tinggal di luar negeri untuk sementara waktu. Pada Desember 1921 Hemingway meninggalkan Chicago dan Oak Park untuk selama-lamanya.
Atas nasihat Sherwood Anderson, mereka menetap di Paris, dan di sana Hemingway meliput Perang Yunani-Turki untuk Star. Setelah kembalinya Hemingway ke Paris, Anderson memberikan kepadanya surat perkenalan untuk Gertrude Stein. Stein menjadi mentornya dan memperkenalkannya kepada "Gerakan Modern Paris" yang saat itu berlangsung di Wilayah Montparnasse; inilah permulaan dari lingkaran ekspatriat Amerika yang belakangan dikenal sebagai Generasi yang Hilang, sebuah istilah yang diciptakan oleh Stein.
Ernest tinggal dekat bagian utara Chicago (1920 hingga 1921), bekerja untuk sebuah surat kabar kecil Pada 1921, Hemingway menikah dengan istri pertamanya, Hadley Richardson. Bulan September, ia pindah ke apartemen lantai empat yang sempit di 1239 North Dearborn dekat bagian utara Chicago yang kumuh. Gedung ini masih berdiri sekarang dengan plakat di depannya yang berbunyi "Apartemen Hemingway." Hadley merasa apartemen itu gelap dan meresahkan dan, sebagian karena alasan ini, suami-istri Hemingway memutuskan untuk tinggal di luar negeri untuk sementara waktu. Pada Desember 1921 Hemingway meninggalkan Chicago dan Oak Park untuk selama-lamanya.
Atas nasihat Sherwood Anderson, mereka menetap di Paris, dan di sana Hemingway meliput Perang Yunani-Turki untuk Star. Setelah kembalinya Hemingway ke Paris, Anderson memberikan kepadanya surat perkenalan untuk Gertrude Stein. Stein menjadi mentornya dan memperkenalkannya kepada "Gerakan Modern Paris" yang saat itu berlangsung di Wilayah Montparnasse; inilah permulaan dari lingkaran ekspatriat Amerika yang belakangan dikenal sebagai Generasi yang Hilang, sebuah istilah yang diciptakan oleh Stein.
Mentor Hemingway lainnya yang berpengaruh adalah Ezra Pound, pendiri imagism. Hemingway belakangan mengenang kelompok ini dan berkata, "Setengah waktu Ezra benar, dan bila dia keliru, dia keliru sekali hingga kita tidak akan ragu sedikit pun tentang hal itu. Gertrude selalu benar." Kelompok ini seringkali mengunjungi toko buku Sylvia Beach, Shakespeare & Co., di 12 Rue de l'Odéon.
Setelah penerbitan tahun 1922 dan dilarangnya karya rekan mereka dari Amerika James Joyce, Ulysses, Hemingway menggunakan sahabat-sahabatnya yang berbasis di Toronto untuk menyelundupkan novel-novel itu ke Amerika Serikat. Buku pertama Hemingway sendiri, yang berjudul Three Stories and Ten Poems (1923), diterbitkan di Paris oleh Robert McAlmon. Pada tahun yang sama, ketika ia kembali sebentar ke Toronto, anak lelaki pertama Hemingway dilahirkan. Hemingway meminta Gertrude Stein untuk menjadi ibu serani John. Karena sibuk mengasuh keluarga, Hemingway menjadi bosan dengan Toronto Star dan mengundurkan diri pada 1 Januari 1924.
Debut sastra Hemingway di Amerika dimulai dengan penerbitan kumpulan cerita pendeknya In Our Time (1925). Sketsa yang kini menjadi antar-bab dari versi Amerikanya mulanya diterbitkan di Eropa sebagai In Our Time (1924). Karya ini penting bagi Hemingway, karena mengukuhkan kembali kepadanya bahwa gaya minimalisnya dapat diterima oleh komunitas sastra. "Big Two-Hearted River" adalah cerita terbaik dari kumpulan ini.
Gertrude Stein (dalam sebuah potret oleh Pablo Picasso) lama menjadi mentor Hemingway dan memberikan pengaruh yang penting terhadap gaya dan perkembangan sastranya.
Pada April 1925, dua minggu setelah diterbitkannya The Great Gatsby, Hemingway berjumpa dengan F. Scott Fitzgerald di Dingo Bar. Fitzgerald dan Hemingway mulanya bersahabat karib, seringkali minum dan berbincang bersama. Mereka sering tukar-menukar naskah, dan Fitzgerald banyak menolong perkembangan karier Hemingway serta penerbitan kumpulan cerita-ceritanya yang pertama, meskipun belakangan hubungan mereka mendingin dan menjadi lebih kompetitif.
Debut sastra Hemingway di Amerika dimulai dengan penerbitan kumpulan cerita pendeknya In Our Time (1925). Sketsa yang kini menjadi antar-bab dari versi Amerikanya mulanya diterbitkan di Eropa sebagai In Our Time (1924). Karya ini penting bagi Hemingway, karena mengukuhkan kembali kepadanya bahwa gaya minimalisnya dapat diterima oleh komunitas sastra. "Big Two-Hearted River" adalah cerita terbaik dari kumpulan ini.
Gertrude Stein (dalam sebuah potret oleh Pablo Picasso) lama menjadi mentor Hemingway dan memberikan pengaruh yang penting terhadap gaya dan perkembangan sastranya.
Pada April 1925, dua minggu setelah diterbitkannya The Great Gatsby, Hemingway berjumpa dengan F. Scott Fitzgerald di Dingo Bar. Fitzgerald dan Hemingway mulanya bersahabat karib, seringkali minum dan berbincang bersama. Mereka sering tukar-menukar naskah, dan Fitzgerald banyak menolong perkembangan karier Hemingway serta penerbitan kumpulan cerita-ceritanya yang pertama, meskipun belakangan hubungan mereka mendingin dan menjadi lebih kompetitif.
Namun demikian istri Fitzgerald, Zelda, sejak awal tidak suka terhadap Hemingway. Dengan terang-terangan ia menggambarkan Hemingway sebagai orang yang “penuh kepura-puraan” dan “palsu seperti cek karet” serta menyatakan bahwa kepribadiannya yang macho hanyalah sebuah kedok. Ia pun merasa sangat yakin – hingga pada tingkat yang tidak rasional – bahwa Hemingway adalah seorang homoseksual dan menuduh suaminya menjalin hubungan cinta dengannya.
Apakah pertimbangan Zelda Fitzgerald tentang hubungan antara kedua orang itu benar atau tidak, sejumlah sumber mengatakan bahwa homofobia Hemingway yang tercatat dengan baik dan serangan-serangannya yang banyak diajukan kepada orang-orang yang terang-terangan homoseksual, seperti misalnya Jean Cocteau, adalah suatu tindakan berlebih-lebihan untuk menutupi homoseksualitasnya sendiri. Dalam salah satu contohnya, sebuah anekdot yang dikisahkan oleh Hemingway telah membuat Cocteau marah dan menuduh Radiguet (yang dikenal di kalangan sastra Paris sebagai "Monsieur Bébé") dekaden dengan hubungan gelapnya dengan seorang model: "Bébé est vicieuse. Il aime les femmes." ("Baby tak bermoral. Ia suka perempuan." [Perhatikan adjektiva feminin yang digunakan di sini]).
Apakah pertimbangan Zelda Fitzgerald tentang hubungan antara kedua orang itu benar atau tidak, sejumlah sumber mengatakan bahwa homofobia Hemingway yang tercatat dengan baik dan serangan-serangannya yang banyak diajukan kepada orang-orang yang terang-terangan homoseksual, seperti misalnya Jean Cocteau, adalah suatu tindakan berlebih-lebihan untuk menutupi homoseksualitasnya sendiri. Dalam salah satu contohnya, sebuah anekdot yang dikisahkan oleh Hemingway telah membuat Cocteau marah dan menuduh Radiguet (yang dikenal di kalangan sastra Paris sebagai "Monsieur Bébé") dekaden dengan hubungan gelapnya dengan seorang model: "Bébé est vicieuse. Il aime les femmes." ("Baby tak bermoral. Ia suka perempuan." [Perhatikan adjektiva feminin yang digunakan di sini]).
Radiguet, demikian menurut Hemingway, menggunakan seksualitas untuk memajukan kariernya, karena sebagai penulis "yang tahu bagaimana memajukan kariernya bukan hanya dengan pena tetapi juga dengan pensil," sebuah rujukan yang sensasional kepada penis. Kemarahan yang jelas terhadap Cocteau dan Radiguet (yang hubungannya sangat diperdebatkan dalam sumber-sumber lainnya) memperlihatkan kebencian yang inheren terhadap kaum homoseksual yang juga merupakan tema sentral dari banyak cerita pendeknya, termasuk "The Sea Change".
Hubungan ini dan malam-malam panjang sambil minum-minum memberikan ilham bagi novel pertama Hemingway yang suksesThe Sun Also Rises (1926). Ia hanya membutuhkan enam minggu untuk menyelesaikannya di restoran favoritnya di Montparnasse, La Closerie des Lilas. Novel ini, yang isinya setengah-biografis karena mengikuti sekelompok ekspatrian Amerika di Eropa, sukses dan dipuji oleh para kritikus. Sementara Hemingway mulanya mengklaim bahwa novel adalah bentuk kuno sastra, ia tampaknya diilhami untuk menulis novel setelah membaca naskah Fitzgerald untuk The Great Gatsby.
Hemingway bercerai dengan Hadley Richardson dan menikahi Pauline Pfeiffer, seorang Katolik yang saleh dari Piggott, Arkansas, pada 1927. Hemingway sendiri pada saat ini beralih menjadi Katolik. Tahun itu bukunya Men Without Women, sebuah kumpulan cerita pendek diterbitkan. Isinya memuat "The Killers", salah satu cerita Hemingway yang paling terkenal dan paling sering dimuat dalam antologi. La Closerie des Lilas, tampak di sini pada 1909, adalah restoran favorit Hemingway di distrik Montparnasse, Paris. Di sinilah ia menulis The Sun Also Rises.
Pada 1928, ayah Hemingway, Clarence, yang mengidap diabetes dan dilanda masalah-masalah keuangan, melakukan bunuh diri dengan sebuah pistol tua dari old masa Perang Saudara. Tindakannya ini sangat melukai Hemingway. Ia segera berangkat ke Oak Park untuk mengatur pemakamannya dan menimbulkan kehebohan karena ia mengungkapkan gagasan Katolik bahwa orang yang bunuh diri akan masuk ke neraka. Pada saat yang hampir bersamaan, Harry Crosby, pendiri Black Sun Press dan sahabat Hemingway dari masa ia tinggal di Paris, juga membunuh dirinya sendiri. Pada tahun yang sama itu, anak lelaki Hemingway, Patrick, lahir di Kansas City (anak lelakinya yang ketiga, Gregory, dilahirkan beberapa tahun kemudian). Anak itu lahir dengan bedah Caesar setelah ibunya dengan susah payah berusaha melahirkannya. Rincian kejadiannya dimasukkan oleh Hemingway ke dalam bagian penutup dari novelnya, A Farewell to Arms.
A Farewell to Arms yang diterbitkan pada 1929, menggambarkan secara terinci kisah cinta antara Frederic Henry, seorang tentara Amerika, dengan Catherine Barkley, seorang perawat Inggris. Novel ini sangat bersifat otobiorafisnya Hemingway sendiri. Plotnya secara langsung diilhami oleh pengalamannya dengan Suster von Kurowsky di Milano; kesakitan yang hebat di saat melahirkan anaknya Patrick oleh istri keduanya, Pauline, mengilhami proses melahirkan Catherine dalam novel tersebut; Kitty Cannell dalam kehidupan nyatanya mengilhami tokoh fiksinya, Helen Ferguson; sang pastor dalam novel ini didasarkan pada Don Giuseppe Bianchi, pastor dari Residem ke-69 dan ke-70 dari Brigata Ancona.
Hubungan ini dan malam-malam panjang sambil minum-minum memberikan ilham bagi novel pertama Hemingway yang suksesThe Sun Also Rises (1926). Ia hanya membutuhkan enam minggu untuk menyelesaikannya di restoran favoritnya di Montparnasse, La Closerie des Lilas. Novel ini, yang isinya setengah-biografis karena mengikuti sekelompok ekspatrian Amerika di Eropa, sukses dan dipuji oleh para kritikus. Sementara Hemingway mulanya mengklaim bahwa novel adalah bentuk kuno sastra, ia tampaknya diilhami untuk menulis novel setelah membaca naskah Fitzgerald untuk The Great Gatsby.
Hemingway bercerai dengan Hadley Richardson dan menikahi Pauline Pfeiffer, seorang Katolik yang saleh dari Piggott, Arkansas, pada 1927. Hemingway sendiri pada saat ini beralih menjadi Katolik. Tahun itu bukunya Men Without Women, sebuah kumpulan cerita pendek diterbitkan. Isinya memuat "The Killers", salah satu cerita Hemingway yang paling terkenal dan paling sering dimuat dalam antologi. La Closerie des Lilas, tampak di sini pada 1909, adalah restoran favorit Hemingway di distrik Montparnasse, Paris. Di sinilah ia menulis The Sun Also Rises.
Pada 1928, ayah Hemingway, Clarence, yang mengidap diabetes dan dilanda masalah-masalah keuangan, melakukan bunuh diri dengan sebuah pistol tua dari old masa Perang Saudara. Tindakannya ini sangat melukai Hemingway. Ia segera berangkat ke Oak Park untuk mengatur pemakamannya dan menimbulkan kehebohan karena ia mengungkapkan gagasan Katolik bahwa orang yang bunuh diri akan masuk ke neraka. Pada saat yang hampir bersamaan, Harry Crosby, pendiri Black Sun Press dan sahabat Hemingway dari masa ia tinggal di Paris, juga membunuh dirinya sendiri. Pada tahun yang sama itu, anak lelaki Hemingway, Patrick, lahir di Kansas City (anak lelakinya yang ketiga, Gregory, dilahirkan beberapa tahun kemudian). Anak itu lahir dengan bedah Caesar setelah ibunya dengan susah payah berusaha melahirkannya. Rincian kejadiannya dimasukkan oleh Hemingway ke dalam bagian penutup dari novelnya, A Farewell to Arms.
A Farewell to Arms yang diterbitkan pada 1929, menggambarkan secara terinci kisah cinta antara Frederic Henry, seorang tentara Amerika, dengan Catherine Barkley, seorang perawat Inggris. Novel ini sangat bersifat otobiorafisnya Hemingway sendiri. Plotnya secara langsung diilhami oleh pengalamannya dengan Suster von Kurowsky di Milano; kesakitan yang hebat di saat melahirkan anaknya Patrick oleh istri keduanya, Pauline, mengilhami proses melahirkan Catherine dalam novel tersebut; Kitty Cannell dalam kehidupan nyatanya mengilhami tokoh fiksinya, Helen Ferguson; sang pastor dalam novel ini didasarkan pada Don Giuseppe Bianchi, pastor dari Residem ke-69 dan ke-70 dari Brigata Ancona.
Sementara ilham untuk tokoh Rinaldi tidak jelas, yang menarik ialah bahwa ia sudah muncul dalam In Our Time. A Farewell to Arms diterbitkan pada saat ketika buku-buku tentang Perang Dunia I lainnya juga banyak beredar, Her Privates We oleh Frederic Manning, All Quiet on the Western Front oleh Erich Maria Remarque, Death of a Hero oleh Richard Aldington, and Goodbye to All That oleh Robert Graves. Sukses A Farewell to Arms membuat Hemingway mandiri secara finansial.
Selengkapnya baca di sini.