Belajar Bahasa Indonesia Online SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Pencarian

01 Juli 2012

Perilaku Guru PNS di Sekolah Negeri (Sebuah Renungan)

Tulisan berikut ini saya dapatkan dari sebuah situs komunitas yang memuat berbagai macam opini publik atau masyarakat umum tanpa adanya sensor tulisan yang terlalu ketat (info: tulisan tersebut saya copas/salin dengan sedikit penyuntingan sehingga menjadi tulisan di bawah ini).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa apa yang ada dalam tulisan ini merupakan isi hati, nurani, pikiran, dan pendapat dari masyarakat umum yang jujur sejujur-jujurnya mengenai suatu kondisi. Dalam hal ini kondisi yang dimaksud adalah mengenai Perilaku Guru PNS di Sekolah Negeri.

Saya sama sekali tidak bermaksud “menyerang” (menjelekkan, menghina, atau melecehkan) salah satu atau beberapa pihak. Tulisan ini semata dimaksudkan sebagai renungan bagi para pendidik di segala tingkatan pendidikan, khususnya bagi diri saya pribadi. Semoga bermanfaat dan dapat memotivasi diri kita untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Amiin....
****


Tulisan Utama:

Perilaku Guru PNS di Sekolah Negeri

(Sebuah Renungan)


Perbedaan mencolok antara pegawai negeri dengan swasta adalah pada kinerja. Kalau pegawai swasta dituntut untuk selalu kreatif, inovatif, dan semangat tinggi karena perusahaan atau tempatnya bekerja adalah juga tempat mencari uang. Bila uang tidak dapat maka gajianpun akan seret. Berbeda dengan PNS yang gajinya sudah ketahuan tiap bulan. Makanya mereka digaji kecil. Karena itu, motivasi dan kreatifitas mereka juga rendah. Banyak PNS yang bolos kerja dan atau masuk kerja sesuaka hati atau bekerja juga sesuka hati.

Saya ingin menceritakan hal ini di kalangan guru-guru PNS di sekolah negeri yang pernah saya kunjungi atau juga di tempat anak saya sekolah. Saya menyaksikan guru-guru santai-santai banget apalagi guru piket tamu. Saya pernah bertamu ke sebuah SMAN di Jakarta yang saya longok atau kunjungi web-nya (karena juga mencantumkan alamat web), namun masya Allah sungguh memalukan. Tidak ada isinya alias kosong melompong. Bagi orang yang rajin mengunjungi web-web pasti akan mengatakan sama dengan saya. Padahal promosinya masya Allah, huebat tenan.

Ketika saya masuk, saya dihadapkan pada tiga orang guru perempuan yang bertugas piket jaga tamu sedang asyik ngerumpi, sambil cekikikan, tertawa lebar. Sayapun ditanya mau ketemu siapa? Saya bilang mau ketemu bu guru anu?. Lalu dijawabnya, ‘Oh.bu gurunya sedang rapat dengan guru yang lain”. Padahal sebelumnya saya sudah telpon dan janjian dengan guru itu, jam berapa saya bisa ketemu. Akhirnya saya bilang sama bu guru piket itu, “Bu, saya sudah telpon dulu sebelum kesini. Dia bilang kosong dan silahkan bila mau ketemu”. Ketahuan udah bohong.

Maksud saya, para guru piket tamu atau guru piket kelas (bila ada guru yang kosong) selama masa menganggur dan kosong bisa membuat tulisan untuk bahan website sekolah. Apabila satu hari ada satu buah tulisan saja, maka seminggu sudah tersedia 5 buah tulisan. Mungkin ini kelewat ideal. Satu minggu satu tulisan saja sudah cukup. Atau apabila tiap guru itu piket seminggu sekali saja, sudah ada beberapa tulisan untuk bahan web yang tentunya berisi tentang sekolah, kegiatan sekolah dan lain sebagainya.

Nanti ada guru yang juga ditugaskan untuk mengedit atau memperbaiki dan melengkapi bahan-bahan yang sudah dibuat. Sungguh banyak sekali bahan yang bisa ditulis bila memang ada kreatifitas dari elemen sekolah, ya kepsek, ya guru, ya pejabat yang berwenang lainnya. Kalau guru yang mengajar sih memang banyak sekali alasannya, ya sibuk mengajarlah, ya sibuk anu-lah, sibuk ini-lah, dsb.

Terus di sekolah lain setingkat SMPN juga tempat anak saya sekolah saya mendapatkan banyak guru juga yang tidak mau kreatif atau mengajar ’semau gue dewek’. Dengan alasan ada rapat atau lainnya, dia tidak mengajar. Celakanya, pelajaran itu pelajaran IPA misalnya, yang harus menjelaskan sistematikanya kepada anak didik. Sayangnya, si guru hanya memberikan atau menyuruh kerjakan soal dari buku LKS. (Soal LKS ini juga menurut saya tidak tepat dan aneh. Sungguh membebani anak didik.

Padahal dari buku kurikulum saja sudah membebani anak didik, dan cukup sebagai bahan ajar). Saya tanya di rumah, memang guru tidak menerangkan tadi di kelas? “Tidak,” Jawabnya. Gurunya ada rapat di luar. Dan sudah seringkali guru-guru di sekolah lain juga yang kerjanya hanya menyuruh siswa/i mengerjakan soal dari LKS tanpa memberikan penjelasan. Hal ini sangat umum di berbagai sekolah negeri, bahkan boleh jadi juga di sekolah swasta, yang sebetulnya mencerminkan guru yang tidak bertanggungjawab.

Memang sangat sedikit orang yang menyadari tanggungjawabnya. Saya alhamdulillah banyak bergaul sama orang asing yang penuh dedikasi dan tanggungjawab dalam bekerja dan rata-rata di swastasehingga saya menimba ilmu kehidupan. Dari mereka bahkan menjadi motivasi hidup saya. Mereka mengatakan bahwa kita digaji berdasarkan kontrak kerja kita. Bahkan tanggungjawabnya bukan hanya kepada pimpinan, namun juga kepada Tuhan. Karena sebenarnya kita meneken (menandatangani) kontrak kerja dengan Tuhan. Dan Tuhan mengawasi pekerjaan kita.

Oleh karena itu, saya pernah mentraining mengenai maind set para PNS eselon IV di sebuah Provinsi di Sumatera. Ketika kami mau melakukan malam ‘muhasabah’ (introspeksi diri), muncul resistensi yang sangat keras menolak dari peserta yang rata-rata adalah PNS dan pimpinan. Mereka takut kutukan Tuhan karena memang kesehariannya menyimpang dari pekerjaan. Sungguh mengenaskan.

Jadi, begitulah kira-kira gambaran umum para PNS di Indonesia. Makanya, saya bersyukur guru saya di pesantren dimana Pak Kiayi saya melarang santri-santrinya masuk jadi pegawan negeri (PNS). Beliau anti sekali. Kalau ‘eluh masuk pegawai negeri, gua gak redoin’. Begitu kata beliau. “Lebih baik elu bangun masyarakat”. Begitu selalu pesnnya.

salam damai,,,


Pendapat/Opini Publik atau  Masyarakat Umum:

Anonim
Benar, kebetulan istri saya buka bimbel di rumah, dan siswa2nya ada yang dari SMP,SMA negeri, Dan kualitas mereka sangat jauh di bawah standard karena kebanyakan guru2 mereka tidak pernah menjelaskan, dan jika pun menjelaskan hanya kayak kumur-kumur (nggak jelas, asal-asalan). Jadi kasihan ke anaknya. Nanti pas UN grasak grusuk murid2 suruh datang pagi untuk mengebahas soal dari soal yang mereka bocorkan. (Nggak mau susah menjelaskan, anak murid diajarkan curang untuk lulus UN).

Tapi kalau di kereta saya selalu perhatikan guru2 itu (apalagi yang cewek) dandanannya kayak artis dengan emas diseluruh badan (membuktikan mereka sebenarnya tidak miskin sekarang malah sudah berlimpah karena gajinya sudah besar2) Jadi hapuskan pikiran bahwa guru PNS sekarang miskin, saya dengar guru SMA Negeri di JKT bisa THP Rp 7 juta sebulan.

Andi Rianto
Tidak semua guru2 PNS begitu pak, menurut saya itu lebih karena pendidikan karakter manusia2 sekarang saja yg menurun jauh. Kebetulan sy dulu SMP, SMA di negeri pak. Guru2nya sudah senior2, mengajar kami dg penuh dedikasi, dianggap seperti anak sendiri. Di SD saya swasta, guru2nya juga baik2 semua, sudah senior2 juga. Jadi menurut saya tidak bisa digeneralisir, semua berpulang pada manusianya. Nah kalau guru2 sekarang kualitasnya turun, ya karena menurut saya karena kondisi masyarakat keseluruhan lagi “sakit”. Lihat saja korupsi makin parah, premanisme, dll.

Lantas mengenai guru2 yg tidak kreatif, itu juga tidak monopoli guru PNS. Saya pernah dimintai tolong oleh tante kost, waktu sy kuliah, supaya ajarin anaknya bikin PR. Tahu nggak ? Dia disuruh mengerjakan Laporan praktikum 1 buku. Padahal harusnya laporan itu dibuat setelah si anak melakukan percobaan di lab. Ini si anak sama sekali nggak pernah masuk lab, kok disuruh membuat laporan ? Dan anak ini sekolahnya di sekolah swasta favorit ! Bayangkan ! Jd sekali lagi tergantung mentalitas manusianya.

Saya sampai detik ini tetap menaruh hormat & sayang saya pada guru2 saya, baik yg PNS maupun bukan. Karena sy sadar, tanpa mereka, saya bukan siapa2

Stella
Ortu saya juga PNS tapi dulu, dulu banget dan saya pikir jauh berbeda. dengan yang sekarang, anak saya masih SD dan salah satunya baru lulus SD, melihat buku paket + LKS kadang gak nyambung. betul kata Pak Andi anak2 hanya disuruh.ngerjakan soal tapi tidak tahu caranya, kadang saya juga heran anak2 mulai kelas 2 sudah mulai les.trus disekolah ngapain.., yang pasti anak2 hanya dipacu ngerjakan soal, latihan, latihan dan latihan.. tapi tidak tahu backgroundnya seperti apa.?

Anak pertama kebetulan diterima di PPMD Gontor dan saya melihat pembelajarannya jauh lebih inten dan juga bukunya lebih gampang (menurut saya) dicerna anak-anak. tapi para santriwati dan ustadzah semuanya begitu antusias, mereka bersemangat menularkan ilmunya ke para santriwati meski mereka gratis alias tidak digaji.

Prayitno Prayitno
semua kembali kepada kesadaran masing2 individu, yaitu mengaggap pekerjaan yang diterimannya adalah amanat yang akan dipertanggung jawabkan nya pada Tuhan.Jadi tidak ada salahnya jika ada seorang ingin masuk PNS asal niatnya benar dan bukan hanya ingin mencari gaji semata. semoga di bulan puasa ini banyak guru2 PNS negeri yang bisa sadar dan lebih bertanggung jawab pada tugas yang diembannya. Atas tulisannya yang inspiratif diucapkan terimakasih.

Rothua Octoyubelt Tambunan
Kebiasaan nganggur aja dibayar!. Memang kalau di sekolah negeri tidak ada budaya bersaing dalam hal kreatifitas. Selain itu ‘iklim korupsi’ waktu mengajar sangat mendukung sekali. Banyak sekolah yang menerapkan KTSP (Kasih Tugas Saya Pergi). Anak hanya direcoki LKS dalam bentuk kognitif saja, itu-itu saja, guru malas menjadi inovator. Yang penting kelas tidak gaduh!. Tapi nggak semua begitu. Tapi saya kira warning demikian perlu perhatikan. Cobalah tengok pembelajaran di Pondok Modern Gontor!. Pemerintah perlu menirunya. Ekstrim, tetapi benar-benar mencetak generasi yang tangguh.

Ki Setyo Handono
memang guru kita masih harus banyak didiklat lagi pak,supaya mutunya lebih baik

Febrialdi
Saya juga nggak njamin bisa baik. Kebetulan saya juga Guru di SMA Ponorogo. Sering mengikuti diklat, tp ternyata diklat hanya sbg proyek pemerintah untuk mengkorupsi dana. Misal, mestinya diklat 1 minggu, tetapi waktunya bisa hanya tiga hari, dg alasan dipadatkan.Apalagi kalau Anda melihat anggaran pembangunan yang disunat oleh pihak2 pemerintahan. biasa anggaran seratus juta, yang turun tinggal separohnya?

Ki Setyo Handono
betul pak sebagai guru saya sering melihat banyak teman mengajar dengan cara seperti itu berikan lks atw berikan buku ke sisiwa untuk dicatat sementara mereka apalagi ibu2 sibuk ngurus anaknya yang masih balita yang kebetulan dibawa ke sekolah. untuk diri pribadi saya selalu berkata apakah saya sdh bekerja dengan baik sehingga gaji yang saya dapatkan betul2 hasil kerja saya? terima kasih

Abdul Fatwa
bener sekali dengan pendidikan kitta sekarang ini. kretivitas gurukita kurang. yang penting anak didiknya lulus. bagai mana pun caranya walupun gurunyaikut berperan dalam hal itu semua. yang berdalih. nama baik sekolah.

KALO BEGITU PERCUMA ADA GURU YA. HEHEEHE. Jika hanya mengajarkan hal seperti itu ketidak jujuran ke muridnya. semoga pendidikan kita segera di perbaiki.

Sugeng Nurcahyadi
Ndak ngerti juga dengan kebanyakan guru negeri; apakah karena mereka itu PNS yg sudah jelas gajinya entahlah, saya juga tidak mengerti dengan kualitas guru di beberapa sekolah negeri maka wajar ada sekolah swasta dengan kualitas cukup baik, para siswanya punya kualitas lebih baik jg

Deqz
WOW, ini sudah terjadi sejak jaman saya sekolah.( saya lulus sekolah tahun 1996 ) FYI, saya tergolong murid yg bengal. jadi sempat sekolah di dua SD, dua SMP, dan tiga SMA di DUA KOTA yg berlainan. menurut pengalaman saya pribadi, amat langka menemukan guru 90 (PNS) yg serius ngajar bisa dibilang, tiap sekolah guru yg serius hanya hitungan jari saya kaget melihat postingan ini. berarti kondisi selama 16 TAHUN ini BELUM BERUBAH ya? atau jangan2 makin parah ?

Mas Catur
ngomongi ideal memang susah. Fenomena ini sah-sah saja dan menjadi wajar karena yang menjadi PNS pun bukan orang yang berkualitas. Harapan memang akan selalu berbeda dengan realita.
membran pertama yang perlu diperbaiki ya bisa dimulai dari pendidikan.

Hendry Sianturi
Ayo kita didik anak2 kita jadi guru yang jempolan, nggak mbeling dan tahu akan tanggung jawabnya sebagai orang yang digugu dan ditiru

Subur R
Guru2 saya waktu SD (inpres) dulu kebanyakan lulusan SPG, tapi multitalenta (menggambar, mendongeng, bernyanyi, olahraga, berbagai kerajinan tangan dll) dan jarang membolos. Tetapi saat ini, yang saya lihat, guru2 (PNS) bertitel macam-2 tapi tingkahnya juga macam-2 (seperti yang Anda sebutkan itu)

Junaedi Jun
Saya sependapat dengan pendapat maupun pengalaman teman teman, walaupun tidak semua guru negri seperti itu. Saya hanya mau menanggapi bahwa sepanjang sistem pendidikan kita masih sama seperti ini, maka keadaan keadaan seperti ini masih akan terus terjadi bahkan mungkin lebih buruk.

Pemerintah seharusnya memperbaiki sistim pendidikan di Indonesia sepertihalnya masalah diklat, supervisi, management, administrasi guru dan lain lain, Sebagai sorang guru swasta saya sangat prihatin dengan keadaan sistem pendidikan saat ini yang memungkinkan terjadi penyogokan dan korupsi serta mangkir dalam tugas. Semoga kita semua terus memberi masukan demi kemajuan dunia pendidikan

Josep Josafat Rahawarin
hehehehe. wah ini sudah sejak dari dahulu saya kritisi dan bahkan saya sempet sakit hati hahhaaa jujurrr. sewaktu saya menjadi kerja kontrak pada dinas perdagangan Sragen. justru yang pekerja Honorerlah yang dituntut kerja keras walaupun gajinya dikit 500.000 waktu itu, kerja dari jam 8 hingga 5sore bahkan sering lembur, dikarenakan belom PNS sehingga yang PNSlah yang merajai waktu ituhh. uhhh.

Akhirnya saya mengundurkan diri dan sekarang kerja di swasta. mungkin kedepannya PNS sudah tidak seperti itu lagi, apabila sudah tidak ada lagi namanya uang Pensiun..hemmmm. uang pensiun dan jaminan di hari tua inilah yang membuat merasa AMAN dalam bekerja tidak takut kena PECAT. hihihihi..sedkit curhat saja yaaa. salam dari http://www.kain-baju.com

Budi
saya secara pribadi sependapat dengan ulasan bang nasr, “cuma” saya agak geli membaca kata-kata:

“Saya alhamdulillah banyak bergaul sama orang asing yang penuh dedikasi dan tanggungjawab dalam bekerja dan rata-rata di swastasehingga saya menimba ilmu kehidupan. Dari mereka bahkan menjadi motivasi hidup saya. Mereka mengatakan bahwa kita digaji berdasarkan kontrak kerja kita. Bahkan tanggungjawabnya bukan hanya kepada pimpinan, namun juga kepada Tuhan. Karena sebenarnya kita meneken (menandatangani) kontrak kerja dengan Tuhan. Dan Tuhan mengawasi pekerjaan kita.”

mengapa?karena 90% orang asing yg bekerja diindonesia yg saya temui sampah, kinerjanya biasa2 aja tapi jangan tanya gajinya (mungkin juga standar gaji kita yg kelewat murah). mungkin bang nasr bertemu dan bergaulnya di LN kali ya, bukan diindo uuuups

Abu Kemal
nambah ya : saya pikir ga semua guru sekolah negeri seperti itu lah, wong nyatanya di surabaya, siswa2 yang keterima di universitas2 favorit kebanyakan alumni sekolah negeri.

Abu Kemal
Semoga saja tidak semua guru PNS tidak kreatif. ada yang kreatif juga sih cuman mungkin sedikit. Kayaknya memang harus di rubah mindsetnya sebelum menjadi guru. Jangan menjadikan guru sebagai pekerjaan semata tapi harus di sertai minat dan keinginan mengembangkan diri. Saat ini adanya sertifikasi minat menjadi guru sangat tinggi dikhawatirkan orientasi mereka kuliah di jurusan pendidikan hanya sekedar cari duit. bahaya itu alamat generasi bangsa ini terlantar. saatnya calon guru mulai introspeksi memperbaiki niat. lakukan.

Riyadi Hidayat
benar memang kembali kepada masing - masing individu guru tersebut, tetapi kalau untuk saat ini sudah mayoritas terkontaminasi dengan tunjangan sertifikasi, karena yang ada saat ini mayoritas guru - guru tersebut saling bersaing dalam hal penggunaan tunjangan tersebut untuk memperkaya diri sendiri, saling bersaing membeli kendaraan dan lain-lain, dan bukan untuk meningkatkan kwalitasnya dalam mendidik siswa.

Hadisang
Saya sependapat dg Abu Kemal, bahwa nggak semuanya guru seperti itu. Contohnya ibu saya seorang guru, beliau orgnya disiplin dan sangat perhatian dalam masalah pendidikan anak2 didiknya.

Wiwit Shm
Banyak guru yg menjadi asal saja, mungkin karena waktu masuk jadi PNS nya hasil nyogok hehehe Ada tetangga saya, yg kemampuan dia untuk menjadi guru jauhhhhh dari yg dikatakan untuk bisa jadi guru SMP yg baik. bahkan mungkin untuk jadi guru Tk saja belum layak. Tapi dia bisa jadi PNS karena ortunya nyogok 100 juta.Saya sering membatin” duhhh bagaimana murid2nya nanti yg akan didik oleh orang seperti itu? mendidik dirinya sendiri sepertinya dia belum mampu hehehe” Tapi karena 100 juta, ya jadilah dia seorang guru PNS

Nining
Kritikan kita terhadap guru PNS harus kita jalankan demi kebaikan negeri ini. Salam

Mas Ukik
Mungkin dengan diberlakukan UNAS menjadikan guru non nas juga mendapat diskriminasi. Bayangkan! ketika smstr genap waktu belajar di sekolah sudah habis ngurusi tryout unas, latihan mengerjakan soal unas. Pun demikian akhirnya pembelajaran di kelas rendah menjadi sering diabaikan. Belum lagi guru-guru yang sibuk ngurus angka kredit untuk kenaikan pangkatnya. nyaris waktunya habis untuk dirinya, bukan untuk muridnya. Kalau saya sih dirubah dulu sistemnya nanti mindset itu bakal mengikuti kok. Akan tetapi kalau sistem selama ini tetap nongkrong. mustahil pendidikan Indonesia bakal maju.
Share:

0 comments:

Posting Komentar

Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Populer di Indonesia

Sahabat Sejati

Informasi Terkini

Populer Bulanan

Populer Mingguan

Kirim Pesan

Nama

Email *

Pesan *

Arsip Blog