Pidato adalah kegiatan berbicara satu arah di depan umum
untuk menyampaikan pikiran atau gagasan atau gambaran kepada pendengar yang
disampaikan dalam situasi formal ataupun non formal melalui rangkaian kata yang
tersusun sistematis dengan bahasa lisan sebagai media utama yang bertujuan
memberi pamahaman atau informasi dengan rasa percaya diri untuk mempengaruhi
pendengar agar mengikuti ajakan pembicara secara sukarela.
Pidato merupakan penampilan diri seseorang di hadapaan pendengar untuk menyampaikan isi hati atau buah pikiran dengan rangkaian kata-kata dengan harapan agar pendengar tergugah hati nuraninya dan tergerak pikirannya. Pidato merupakan bentuk wicara individual yang banyak ragamnya.
Secara
umum pidato dapat digolongkan atas:
- pidato memorial, misalnya pidato untuk menyambut Hari Kartini, Hari Kemerdekaan;
- pidato perpisahan, misalnya pidato perpisahan karena tamat sekolah, perpisahan karena pensiun, dan sebagainya;
- pidato penerimaan hadiah, misalnya piato penerimaan suatu medali kejuaraan olah raga;
- pidato pidato penyambutan tamu, misalnya pidato penyambutan tamu kenegaraan;
- pidato persembahan, misalnya pidato penyerahan cindera mata kepada tamu;
- pidato persuasif, misalnya pidato kampanye partai politik;
- pidato informatif, misalnya pidato penyuluhan kepada ibu-ibu PKK;
- pidato instruktif, misalnya pidato tentang anjuran untuk membayar pajak;
- pidato rekreatif, misalnya pidaato acara perkawinan, ulang tahun;
- pidato kerohanian, misalnya santapan rohani waktu acara halal bihalal, acara pengajian;
- pidato ilmiah, misallnya pidato ilmiah dalam acara wisuda.
Agar seseorang memiliki kemampuan yang memadai dalam hal pidato, maka dia harus memenuhi syarat-syarat berpidato.
Syarat-syarat berpidato antara lain sebagai berikut:
·
berpengetahuan luas,
·
berkepribadian baik,
·
jujur dan ikhlas,
·
bijaksana dan sopan santun,
·
punya keberanian moral,
·
kaya dengan perbendaharaan kata,
·
berpikir kritis,
·
meyakini dan menguasai tema
pembicaraan,
·
mengenal dan memahami karakteristik
audience,
·
percaya diri,
·
bersikap menarik, dan
·
bertanggung jawab.
Menurut ada tidaknya persiapan sesuai dengan cara yang
dilakukan waktu persiapan, ada empat macam pidato.
1. Impromptu : serta merta
Pidato yang apabila Anda menghadiri pesta dan tiba-tiba
dipanggil untuk menyampaikan pidato.
Keuntungan :
Lebih mengungkapkan perasaan pembicara gagasan datang secara
spontan memungkinkan Anda terus berpikir.
Kerugian :
Menimbulkan kesimpulan yang mentah mengakibatkan penyampaian
tidak lancar gagasan yang disampaikan ngawur demam panggung.
2. Manuskrip : pidato dengan naskah.
Di sini tidak berlaku istilah ‘menyampaikan pidato’ tapi
‘membacakan pidato’. Manuskrip dibutuhkan oleh tokoh nasional, sebab kesalahan
sedikit saja dapat menimbulkan kekacauan nasional.
Keuntungan :
Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya pernyataan dapat
dihemat kefasihan bicara dapat dicapai tidak ngawur manuskrip dapat diperbanyak.
Kerugian :
Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak
berbicara langsung pada mereka pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan
baik pembuatannya lebih lama.
3. Memoriter : menghapal
pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata.
Keuntungan :
Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya gerak dan isyarat
yang diintegrasikan dengan uraian.
Kerugian :
Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara beralih
pada usaha untuk mengingat kata-kata memerlukan banyak waktu.
4. Ekstemporan : garis besar
pidato sudah dipersiapkan sebelumnya berupa garis besar dan
pokok penunjang pembahasan (supporting points), tetapi pembicara tidak berusaha
mengingatnya kata demi kata.
Keuntungan :
Komunikasi pembicara dengan pendengar lebih baik pesan dapat
fleksibel.
Kerugian :
Kemungkinan menyimpang dari garis besar kefasihan terhambat
karena kesukaran memilih kata-kata.
Seseorang akan mahir pidato jika ia benar-benar mau belajar
dengna sungguh-sungguh. Cara belajar pidato tersebut dapat ditempuh dengan
membaca buku-buku retorik(ilmu yang mempelajari masalah tutur secara efektif)
dan buku-buku pengetahuan umum lain. Selain itu, mereke harus juga sering
berlatih pidato, karena dangan cara “trial and error”, seseorang akan makin
matang penglamannya. Begitu pula seorang yang akan tampil berpidato harus
benar-benar siap terhadap materi pembicaraan dan siap pula dari segi fisik
maupun mental, sehingga diharapkan dalam penampilan pidato nanti tidak terdapat
adanya hambatan-hambatan.
Di dalam penampilan pidato, seseorang dapat memilih salah
satu dari berbagai metode dalam penampilan pidato.
Metode penampilan pidato
tersebut ada empat macam, yaitu:
• Metode manuskrip/naskah,
yaitu metode berpidato dengan membaca naskah pidato,
misalnya dilakukan dalam pidato-pidato resmi.
• Metode memoriter/menghafal,
yaitu metode berpidato dengan menghafal isi atau materi
pidato lebih dahulu, kemudian menyampaikan isi pidato tersebut tanpa sebuah
naskah.
• Metode ekstemporan/catatan kecil,
yaitu metode berpidato dengan membawa dan melihat
butir-butir pokok isi pidato dalam lembar cerita catatan, lalu menyampaikan isi
catatan itu kepada pendengar dengan ilustrasi bahasa secara spontanitas.
• Metode impromptu/spontan,
yaitu metode berpidato dengan berpidato secara spontanitas
baik dari segi isi maupun bahasa berdasarkan situasi dan kondisi tertentu,
misalnya berpidato sesuai dengan keadaan tempat, keadaan pendengar, waktu,
topik, dan hajat pada waktu ia berpidato.
Di dalam mempersiapkan penampilan pidato seseorang dapat membuat naskah pidato dengan menggunakan metode impromptu, pembuatan naskah tak perlu dilakukan karena materi pembicaraan sudah dipersiapkan dalam benak pembicara lewat belajar secara bertahun-tahun dengan membaca buku dan belajar dari pengalaman hidup. Ilmu dan pengalamannya ini akan dipidatokan sesuai dengan situasi pada waktu ia berpidato. Agar pembicara tak lupa dengan materi pembicaan, biasanya pembicaraan membawa catatan kecil untuk dilihat sewaktu-waktu ia membutuhkan.
Skema susunan suatu pidato yang baik:
·
Pembukaan dengan salam pembuka
·
Pendahuluan yang sedikit
menggambarkan isi
·
Isi atau materi pidato secara
sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
·
Penutup (kesimpulan, harapan, pesan,
salam penutup, dll)
Bagi seorang pemula, pembuatan naskah pidato wajib dilakukan
lebih dahulu sebelum ia tampil di depan pendengar.
Adapun pokok-pokok isi pidato itu tersusun sebagai berikut:
1.
salam pembuka,
2.
kata pendahuluan,
3.
pokok-pokok isi pidato,
4.
uraian lengkap materi pidato,
5.
simpulan isi pidato,
6.
saran-saran dan harapan-harapan,
7.
penutup, dan
8.
salam penutup.
Agar penampilan pidato dapat berhasil dapat berhasil dan
menarik, maka diperlukan adanya variasi langgam atau gaya tertentu.
Gaya ataulanggam dalam suatu penampilan pidato antara lain seperti
berikut ini.
• Langgam Agama
Langgam agama mempunyai suara yang terkadang naik dan
kemudian menurun dengan gaya ucapan yang lambat dan ceremonis. Pada umumnya
langgam semacam ini sering ditampilkan oleh para khatib, muballig, dan
sebagainya dalam pidato kerohanian.
• Langgam Agiator
Langgam agiator dikemukakan secara agresif dan terbanyak
digunakan dalam pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat umum, yang bersifat
propaganda politis. Biasanya juga langgam ini dipakai untuk mencetuskan
sentimen di kalangan massa sesuai dengan konsep propaganda. Di dalam hal ini
jiwa massa akan dikuasai dan digiring ke arah tujuan yang diinginkan .
• Langgam Konversasi
Langgam konversasi merupakn langgam yang paling bebas,
jelas, tenang dan terang, yang sering digunakan dalam pertemuan-pertemuan atau
rapat-rapat yang yang sifatnya terbatas. Langgam ini banyak persamaannya dengan
orang yang sedang berbicara biasa dan sering kali dilakukan pada
pertemuan-pertemuan yang serius.
• Langgam Didaktik
Langgam didaktik adalah langgam yang sifatnya mendidik
kepada para pendengar, seperti seorang guru yang sedang mengajar kepada
siswanya. Langgam ini bersifat menggurui, sehingga sering meimbulkan rasa
kurang enak jika ditujukan kepada pendengar yang merasa lebih pandai daripada
pembicara. Langgam ini tepat dipaki pada waktu berpidato kepada pendengar yang
usianya lebih muda daripada pembicara.
• Langgam Sentimentil
Langgam sentimentil ini biasanya dipakai secara efektif dan
banyak berguna di dalam pertemuan umum dengan jalan mengemukakan
kepuasan-kepuasan atau kekecewaan-kekecewaan dengan penuh perasaan. Segi
positif langgam ini adalah akan menyenangkan si pendengar bila berisi tentang
kepuasan-kepuasan atas keberhasilan, tetapi segi negatifnya akan menimbulkan
sentimen jika berisi tentang kekecewaan atau keprihatinan-keprihatinan atas
kejadian sosial di sekitar kita.
• Langgam Teater
Langgam teater adalah langgam berpidato yang penuh dengan
gaya dan mimik seperti yang diperankan oleh para aktor atau aktris dalam
teater. Di dalam hal ini pembicara berpidato dengan akting lengkap dengan gerak
wajah(mimik), gerak lengan, gerak kepala, dan pemakaian vokal lengkap dengan
tekanan dan intonasinya seperti dalam pementasan paanggung sandiwara.