Belajar Bahasa Indonesia Online SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Pencarian

07 November 2018

Gizi Buruk

Gizi Buruk

                  Gizi buruk sering terjadi di berbagai wilayah, contohnya di negara terpencil atau di daerah terpencil. Gizi buruk adalah kondisi tubuh terparah yang mengalami kekurangan gizi dalam kurun waktu yang lama (menahun). Gizi buruk merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein (KEP) dalam makanan sehari hari. Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut  reference. Menurut WHO, sebanyak 54% penyebab kematian bayi dan balita disebabkan karena keadaan gizi buruk pada anak. Anak yang mengalami gizi buruk memiliki risiko meninggal 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal.
                  Liputan6.com, Jakarta Ditemukan sekitar 30 anak kekurangan gizi! Fakta ini mencuat setelah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pekalongan, Jawa Tengah melakukan inspeksi mendadak ke Rumah Singgah Gizi (RSG) Pekalongan. Anak-anak ini perlu mendapat penanganan serius dari pemerintah daerah setempat. Ketua DPRD Kota Pekalongan Balgis Diab, Selasa, mengatakan bahwa kunjungan DPRD ke RSG bertujuan mengetahui persis fungsi tempat yang untuk membantu anak kekurangan gizi agar mendapatkan penanganan lebih serius.Gizi buruk yang terjadi di India Penyebab lain timbulnya masalah gizi buruk, disamping kemiskinan dan kurangnya ketersediaan pangan, juga karena kurang baiknya sanitasi dan pengetahuan tentang gizi, serta tidak tercukupinya menu seimbang pada konsumsi. Banyak penelitian yang mengungkapkan  bahwa  faktor  sosio-budaya  sangat  berperan  dalam  proses konsumsi pangan dan  terjadinya masalah gizi. Kebiasaan makan keluarga dan susunan hidangannya merupakan  salah  satu manifestasi kebudayaan  keluarga yang  disebut  gaya  hidup.  Unsur-unsur  budaya  mampu  menciptakan  suatu kebiasaan  makan  
                   Liputan6.com, Jakarta Kurang gizi kronis (berlangsung lama) pada anak alias stunting bukan cuma masalah keluarga miskin. Data Riset Kesehatan Dasar 2013 Kementerian Kesehatan RI sekitar 29 persen anak stunting berasal dari keluarga kaya. "Jadi stunting bukan hanya berasosiasi dengan kemiskinan saja, yang kaya juga. Ini berarti ada persoalan pada perilaku dan prioritas," kata Direktur Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Stunting MCA-Indonesia, Iing Mursalim di Jakarta, Rabu (24/1/2018).Kini hampir ada sembilan juta anak di Indonesia mengalami stunting. Atau ada lebih sepertiga balita di Indonesia mengalami stunting.



                   Tiga bayi di Kotamobagu, Sulawesi Utara, menderita gizi buruk. Meski sudah banyak program Pemkot Kotamobagu berkaitan dengan peningkatan kesehatan ibu dan bayi, ternyata itu tak cukup menjadi jaminan daerah ini bebas bayi gizi buruk.  Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotamobagu membenarkan bahwa di wilayahnya terdapat tiga bayi penderita gizi buruk pada tahun 2018 ini. Pengelola Program Gizi Kesehatan Masyarakat, Desak Putri Indrawati mengatakan, tiga bayi gizi buruk tersebut sudah ditangani secara khusus. Mulai dari perawatan intensif sampai pada pemberian makanan tambahan. “Tiga bayi itu memiliki kelainan kongenital atau kelainan bawaan sejak lahir, sehingga tubuh mereka tak naik,” ujar Desak, Minggu (26/8/2018).
                   Marfen Taopan, (2 bulan) balita penderita gizi buruk harus terbaring lemah di salah satu ruang perawatan Rumah Sakit Umum Daerah Timor Tengah Selatan, NTT. Padahal, anak dari pasangan Oktofianus Taopan dan Antoneta Taneo asal  Desa Nai, Kecamatan Kie ini sebelumnya lahir normal di RSUD Soe sebulan yang lalu dengan berat badan 2.200 gram. Namun setelah dibawa kembali ke kampung, kesehatan Marfen ini terus menurun, kondisi fisiknya terlihat seperti kulit membungkus tulang dan sangat memprihatinkan. Kepala Dinas Kesehatan TTS Irene Ate membenarkan adanya Kasus Gizi buruk, dirinya menuding ibu balita kurang memberikan memberikan asupan gizi dan juga ASI kepada bayi dengan telaten. "Ya ada pasien yang dari Ki’e itu ibunya tidak rutin berikan ASI, terus sesuai hasil survei teman-teman dari Dinkes ternyata mereka tidur di rumah bulat nah itu sirkulasi udara kurang bagus," ungkap Irene Ate, Selasa (27/03/2018). Marfen sebelumnya dilarikan ke Rumah Sakit setelah kondisi kesehatannya terus menurun akibat kurangnya asupan gizi dan kurangnya perawatan oleh ibunya. Kendati demikian pasien ini terus mendapat penanganan medis dari rumah sakit setempat, Pemerintah Daerah (Pemda) pun berencana menggratiskan biaya perawatan pasien ini hingga normal kembali.
                  Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin (RSSI) Pangkalan Bun kembali menerima pasien rujukan dari Kabupaten Lamandau yang juga penderita gizi buruk serupa. Bocah tersebut adalah Linda Lestari (10), awalnya kondisi bocah ini normal saja seperti anak seusianya pada umumnya dengan berat badan 15 kilogram. Namun kini Berat badannya menjadi 9,9 kilogram, bermula dari penyakit radang tenggorokan yang dideritanya.Sucipto (32) ayah angkat korban mengatakan, berawal dari radang itulah, berkembang menjadi ruam gusi bengkak dan mulut penuh jamur. Apabila dimasukan makanan, maka akan keluar lagi. Hal itu berlangsung hampir selama dua minggu terakhir ini. "Dia itu makan mau, tapi tidak bisa menelan," ujar Sucipto, di ruang Lanan rumah sakit Sultan Imanuddin, Senin (22/1/2018). Seharusnya, berat badan seorang anak seusia Linda tersebut 20 kilogram ke atas, namun karena perkembangan anaknya tersebut lambat, sehingga berat badannya hanya mencapai 15 kilogram. 
                    Satu Lagi Bocah Gizi Buruk Akut Dirawat di RSUD Sultan Imanuddin. Senin 22 Januari 2018 - 15:12 WIB.  Satu Lagi Bocah Gizi Buruk Akut Dirawat di RSUD Sultan Imanuddin Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin (RSSI) Pangkalan Bun kembali menerima pasien rujukan dari Kabupaten Lamandau yang juga penderita gizi buruk serupa. iNews TV/Sigit. KOTAWARINGIN BARAT - Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin (RSSI) Pangkalan Bun kembali menerima pasien rujukan dari Kabupaten Lamandau yang juga penderita gizi buruk serupa. Bocah tersebut adalah Linda Lestari (10), awalnya kondisi bocah ini normal saja seperti anak seusianya pada umumnya dengan berat badan 15 kilogram. Namun kini Berat badannya menjadi 9,9 kilogram, bermula dari penyakit radang tenggorokan yang dideritanya. Sucipto (32) ayah angkat korban mengatakan, berawal dari radang itulah, berkembang menjadi ruam gusi bengkak dan mulut penuh jamur. Apabila dimasukan makanan, maka akan keluar lagi. Hal itu berlangsung hampir selama dua minggu terakhir ini. "Dia itu makan mau, tapi tidak bisa menelan," ujar Sucipto, di ruang Lanan rumah sakit Sultan Imanuddin, Senin (22/1/2018). Seharusnya, berat badan seorang anak seusia Linda tersebut 20 kilogram ke atas, namun karena perkembangan anaknya tersebut lambat, sehingga berat badannya hanya mencapai 15 kilogram. "Dua hari sebelum sakit itu sudah tidak mau makan, yang total tidak mau makan dan tidak mau minum itu satu mingguan, sehingga bobotnya turun drastis,” tandasnya. Sucipto merupakan warga RT 09, Nanga Bulik, Kabupaten Lamandau, yang bekerja sebagai sopir perusahaan. Ia bersama istrinya Yuanita mengadopsi Linda saat berumur 4 tahun.  Karena belum juga dikaruniai anak dan mengadopsi Linda lantaran kasian ibu kandungnya sudah meninggal dunia. "Kalau dilihat dari beratnya termasuk gizi buruk, sementara ini biaya menggunakan BPJS saja,"    pungkasnya.  
                     Sayangnya, gizi buruk yang dialami anak bisa diperparah akibat kurangnya pengetahuan orang tua tentanggizi buruk dan cara menanganinya. Ketika seorang mengalami masalah kekurangan gizi, maka tanda dan gejala utama yang dapat kita amati antara lain: anak terlihat kurus, pertumbuhan kurang, dan berat badannya kurang. Biasanya qanak susah/tidak mau makan,kadang rewel, sering menderita sakit yang berulang, dan terkadang timbul pembengkakan pada tungkai atau bahkan seluruh tubuh. Gizi buruk pada anak seringkali disebabkan oleh kurangnya asupan makanan bergizi seimbang, di samping itu bisa juga disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan terganggunya proses pencernaan makanan ataupun terganggunya penyerapan zat  gizi penting yang diperlukan oleh tubuh. 
Dampak kondisi ini bagi anak adalah penurunan tingkat kecerdasan, rabun senja, dan anak lebih rentan terkena penyakit infeksi. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan makanan yang bergizi berupa sayur mayur, buah-buahan, makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, kentang, dan jagung serta makanan yang mengandung protein seperti telur, ikan , dan daging. Memantau berat badan sangat penting untuk mengetahui kondisi gizi pada bayi dan balita guna mencegah gizi buruk. Oleh karena itu kita harus menjaga asupan gizi anak kita agar terhindar dari gizi buruk. 

Di tulis oleh: 
Evy Lutzvia Amay
XI.IPS 1







Sumber


Share:

0 comments:

Posting Komentar

Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Populer di Indonesia

Sahabat Sejati

Informasi Terkini

Populer Bulanan

Populer Mingguan

Kirim Pesan

Nama

Email *

Pesan *

Arsip Blog