Belajar Bahasa Indonesia Online SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Pencarian

09 November 2012

Gadis SPG Muda dan Cantik

Guntur dilangit bersahut-sahutan. Berkali-kali pula petir menyambar. Yuni melihat bungkusan rokok di dalam tasnya. Jumlahnya hanya berkurang satu bungkus. Dia hanya mampu berdoa agar Tuhan segera menghentikan hujan lebat ini. Keringat dingin mengucur deras dari balik seragamnya yang menempel di badan. Bayangan setoran terus menghantuinya......

Yuni hanya pasrah ketika hujan tidak menunjukkan aba-aba untuk berhenti mengguyur bumi. Dia bersama empat SPG lainnya duduk berdesakan di dalam mobil berpenumpang enam orang itu.Semua terduduk diam, hanya melamun.

Sudah empat warung kopi mereka singgahi malam ini. Entah memang wajah cantik tak laku lagi. Entah pula rokok tak lagi disukai. Yang pasti Yuni dan teman-temannya belum mampu menjual lebih dari satu bungkus per orang. Itupun Rp 500 tidak lagi diberikan oleh si pembeli. Jadilah dia nombok sedikit.

“Besok jangan seperti ini lagi ya Yun. Kan kekurangan 500 Rupiah itu harus kau tanggung. Perusahaan tak mau rugi,” kata Amri sambil menghembuskan asap rokok. Lelaki 27 tahun itu adalah supervisor Yuni.

“Iya mas. Tadi pembeli itu bersikukuh tak mau nambah. Malah Yuni digodain dengan kata-kata nakal,” timpal Yuni sambil merengut.

Kemudian suasana menjadi hening. Tak ada lagi yang angkat bicara. Hanya guntur dan derasnya hujan yang menjadi pengisi bunyi perjalanan mereka yang menyusuri jalanan sibuk ibukota Provinsi Aceh. Yang pasti tak ada rezeki untuk malam ini.***

Yuni seketika tertegun. Seorang pengunjung warung kopi menyelutuk kepada temannya yang juga sedang menikmati kopi panas di sore yang mendung.

“Bro, selain menjual rokok, apa mereka tu bisa kita ajak untuk lainnya?” celetuk suara lelaki dibelakang Yuni.

“Siapa bilang tidak. Kan mereka tampilan aja SPG, kalau malam bisa diajak esmenen,” jawab lelaki lainnya.

Dada Yuni bergemuruh. Rasa marah tiba-tiba menguasai dirinya. Namun semua itu ditahan di dalam hati. Dia sedang berjualan. Semboyan “pembeli adalah raja” dia coba untuk junjungi. Namun hatinya kadung sakit.

“Berapa sebungkus dik?” tanya seorang lelaki paruh baya

“Dua belas ribu lima ratus Rupiah pak. Beli dua diskon seribu,” jawab Yuni sambil melempar senyum.

“Saya ambil dua,” timpal lelaki itu.

Dengan senyum manis, Yuni menyerahkan dua bungkus rokok. Tak lupa dia mengucapkan terima kasih kepada lelaki tersebut.

Ketika berlalu hendak meninggalkan warung kopi itu, dia sempat mendengar lagi kata-kata nyeleneh “Coba kalau minta diskon yang lain, pasti diberikan oleh cewek itu”. Kemudian tawa berderai. Yuni menahan amarah. Dengan langkah pasti dia kembali masuk ke dalam mobil yang sejak tadi telah menunggunya. Alhamdulillah, malam ini banyak rokok yang laku.***

Menjadi Sales promotion Girls bukanlah mimpi Yuni. Tapi itu menjadi pilihan. Negara tidak menyediakan cukup lahan pekerjaan bagi Diploma III seperti dirinya. Kampus tempat dia kuliah dulu pun, membuka jurusan tidak sesuai dengan lapangan kerja yang ada. Sekarang semua menjadi tanggung. Tak ada kecakapan apa-apa yang di dapat dengan selembar ijazah yang melekat gelar itu. Tak satupun perusahaan yang mau menerima dia sebagai pekerja. Demikian pula banyak tamatan diploma lainnya. Bahkan, banyak sarjana yang menganggur.

Wajah cantik bukan pula jaminan dapat kerja. Sebab selain cantik, “murahan” juga diperlukan agar laku dan mudah mendapatkan koneksi. Namun Yuni bukan model perempuan “cinta satu malam”. Dia punya prinsip. Segala kehormatan diri harus dijaga.

“Pilihan menjadi SPG rokok adalah yang paling mungkin untuk saat ini,” katanya membela diri. Saat itu dia berdebat panjang dengan ayahnya yang sakit-sakitan.

“Bukankah SPG itu keluar malam-malam? Apalagi penempatanmu di Provinsi ujung pulau itu. Orang disana, masih banyak berpandangan negatif kepada gadis di luar daerahnya. Apalagi kamu yang dari Medan ini. Pasti akan dianggap macam-macam,” ayahnya balik menimpali.

“Tapi dari sekian lamaran yang Yuni masukin, cuma SPG rokok yang tidak meminta layanan lebih. Persoalan orang akan anggap bila SPG adalah topeng dan segala macam, itu proses. Ayah percaya sama Yuni. Yuni tidak akan mengecewakan ayah,” jawab Yuni sambil bersimpuh di lutut ayahnya.

Apa yang dikatakan oleh ayahnya menjadi kenyataan. Dia sering di cibir dengan kata-kata yang menyakitkan. Bahkan pernah ada yang meminta nomor HP. Yuni menolak memberikan, dengan dalih tak menggunakan alat komunikasi itu. Tapi apa yang dia dapat? Lelaki itu menyindirnya dengan kata-kata yang tidak senonoh.

Entah apa yang ada di benak orang-orang tentang pekerjaannya sebagai SPG. Begitu sinis orang menilai pilihan kerja yang dia pilih. Apalagi statusnya sebagai gadis yang berasal dari Medan. Mungkin orang di sini menilai yang berasal dari Medan semuanya rusak. Padahal yang ke Medan tiap weekend juga orang dari daerah syariat. Aneh orang dinegeri ini. Batin Yuni.***

Tiga bulan sudah Yuni melakoni pekerjaan sebagai SPG. Banyak hal yang telah dilalui oleh gadis cantik berumur 19 tahun itu. Mulutnya tetap menyungging senyum, walau terkadang sindiran halus dan ajakan nakal masih kerap singgah ditelinganya.

Namun, profesional menjadi alasan utama semua caci maki dan hinaan dijawab dengan sunggingan. Dia semakin pintar tersenyum tatkala berhadapan dengan berbagai macam model manusia yang memuakkan.

Dia kembali ingat kata ayahnya yang sekarang sudah tiada. “Disana banyak orang munafik anakku. Mereka menganggap dirinya umat paling hebat di muka bumi. Semua hal baru dianggap baik, bila sesuai dengan apa yang mereka katakan. Kalau berbeda, apalagi mendebat, maka kau akan dilabel orang yang tidak benar,”

Mungkin kalau Yuni menjadi pejabat, dia ingin mengkritik kedunguan sebagian penduduk ujung Sumatera itu. Namun Yuni adalah seorang SPG yang diikat oleh banyak aturan. Dia hanya diperbolehkan menawarkan rokok dengan tersenyum dan bahasa yang lembut, tersenyum pula bila di ejek dan dihina. Bila sedikit saja marah, maka pemecatan sudah menunggu. Ah, terkadang dunia ini tidak adil. Dan Yuni terjebak di dalamnya.



sumber
Share:

0 comments:

Posting Komentar

Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Populer di Indonesia

Sahabat Sejati

Informasi Terkini

Populer Bulanan

Populer Mingguan

Kirim Pesan

Nama

Email *

Pesan *

Arsip Blog