Prestasi akademis Riana Helmi sungguh luar biasa. Mahasiswi Universitas
Gadjah Mada (UGM) itu mengantongi gelar sarjana kedokteran pada usia 17
tahun 11 bulan. Calon dokter yang tidak suka bermain boneka itu
sekaligus pemegang gelar sarjana termuda dalam wisuda UGM Selasa
(19/5/2010).
Riana meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,67. Masa kuliahnya tiga
tahun enam bulan. Perempuan kelahiran Banda Aceh, 22 Maret 1991, itu
masuk Fakultas Kedokteran (FK) UGM Jogjakarta melalui PBS (penelusuran
bakat swadana) usia 14 tahun pada 1 September 2005. Dia lulus 25
Februari 2009.
Saat acara wisuda di Grha Sabha Pramana, Rektor UGM Prof Sudjarwadi
menyebut nama Rinana dan meminta untuk berdiri. Riana merebut perhatian
peserta wisuda. Saat berdiri, Riana masih menjadi pembicaraan. Sosok
imut berkerudung itu pun maju untuk menerima penghargaan sebagai lulusan
termuda.
Bagaimana perasaannya setelah diwisuda? Tentu saja senang dan lega. Alhamdulillah, jawab Riana setelah acara wisuda.
Riana lantas membeberkan pengalaman kuliah pada usia
relatif belia. Dia menyatakan tidak menemui banyak kesulitan selama
menempuh studi di FK UGM. Tugas-tugas yang cukup berat dikerjakan dengan
riang. Kesulitan sih ada. Tapi, semua bisa diatasi. Kalau di
kedokteran, tugasnya memang banyak, kata Riana. Saat wisuda, Riana
didampingi ayah, ibu, dan seorang adiknya.
Ditanya apakah masih ingin melanjutkan sekolah, Riana mengiyakan.
Sehabis ini masih ingin terus belajar lagi, tutur alumnus dengan skripsi
tentang kanker payudara itu, lantas tersenyum manis. Riana ingin
mewujudkan cita-citanya sebagai dokter spesialis kandungan.
Sang ayah, Helmi, menyatakan bangga atas prestasi Riana. Menurut Helmi,
Riana sejak kecil memang suka belajar. Dia sangat antusias setiap hendak
berangkat ke sekolah. Itu terjadi sejak di bangku SD.
Bagi Riana, lanjut Helmi, berangkat sekolah ibarat pergi ke taman
bermain. Saat diantar ayahnya ke sekolah dengan sepeda motor, Riana
kecil selalu tidak sabar untuk segera turun dan berlari ke dalam
sekolah. Dia menikmati betul setiap proses belajar, tutur perwira polisi
pendidik di Sekolah Perwira Polri Lido, Sukabumi, Jawa Barat, itu. Oh
ya, Riana selalu datang lebih pagi daripada teman-temannya, imbuhnya.
Riana mulai masuk SD pada usia 4 tahun. Menurut Helmi, dirinya dan istri
tidak pernah memaksa anaknya bersekolah lebih awal. Namun, kecerdasan
Riana sudah tampak dari usia tiga tahun. Dari usia segitu, dia sudah
bisa membaca. Meski sudah malam, dia selalu minta diajari membaca, tutur
Helmi sambil memandang Riana. Helmi menambahkan, setelah lulus SD,
Riana menyelesaikan SMP dan SMA Negeri 3 Sukabumi dengan program
akselerasi.
Helmi juga membeberkan, Riana sejak kecil tidak suka bermain boneka.
Menurut Helmi, boneka adalah sosok yang mengerikan. Sebab itu, saat anak
seusianya sibuk bermain boneka, Riana justru lebih suka belajar
membaca. Dia takut main boneka. Lihat boneka malah menjerit. Makannya,
kerjanya belajar terus, papar Helmi, lantas tertawa.