PROSES belajar di sekolah tak bisa lepas dari buku, baik buku tulis
maupun buku teks pelajaran. Buku tulis banyak digunakan siswa untuk
mencatat materi pelajaran. Siswa juga menyediakan buku tulis khusus
untuk mengerjakan tugas-tugas atas inisiatif sendiri atau atas anjuran
guru.
Jika setiap guru mata pelajaran menganjurkan siswa menyediakan dua
buku tulis, dalam sehari siswa ke sekolah lebih kurang membawa delapan
buku tulis. Belum lagi ditambah buku teks pelajaran dan modul. Beban tas
di pundak siswa bisa jadi membuat mereka kurang bersemangat untuk
berangkat ke sekolah.
Pada era globalisasi dan serbadigital seperti saat ini, buku tugas
bisa digantikan dengan surat elektronik (e-mail) sehingga siswa tak
perlu lagi menyediakan buku tulis khusus untuk mengerjakan tugas.
Pekerjaan mereka tidak lagi harus dikumpulkan di meja guru tapi cukup
dikirim ke alamat e-mail guru pemberi tugas.
Melihat fenomena situs jejaring sosial saat ini, tampaknya bagi siswa
SMP dan SMA memanfaatkan layanan e-mail tak lagi menuai kendala. Dengan
e-mail, guru dapat memeriksa pekerjaan siswa di mana pun dan kapan pun.
Tidak harus di sekolah dan tak perlu membawa setumpuk pekerjaan siswa
ke rumah.
Selain itu, juga tak perlu khawatir pekerjaan para siswa itu hilang
atau terselip di tumpukan buku lain. Selain itu, siswa pun tak lagi
punya alasan tidak mengumpulkan tugas lantaran buku tugasnya tertinggal
di rumah.
Respons Siswa
Selain itu, kecepatan respons siswa dalam mengerjakan tugas yang
diberikan guru juga dapat diketahui, sebab e-mail mencatat detail waktu
pengiriman tugas tersebut.
Agar komunikasi tetap terjadi dua arah, guru dapat mengirim kembali
tugas siswa (asli kiriman dari siswa) disertai evaluasi dan nilai atas
pekerjaan itu. Selanjutnya pembahasan secara klasikal dapat dilakukan di
dalam kelas.
Bagi guru pengampu mata pelajaran bahasa, keberadaan e-mail sebagai
pengganti buku tugas sangat banyak manfaatnya. Selain menjadi buku
sekaligus tempat mengumpulkan tugas, guru juga semakin mudah
memublikasikan karya para siswa. Misalnya puisi, cerpen, karangan bebas,
atau analisis karya sastra.
Bahkan untuk jenis tugas seperti itu, guru juga bisa menyarankan
siswa untuk mengirimkannya ke e-mail media massa cetak atau situs-situs
internet yang mengelola dan memublikasikan kiriman karya sastra.
Dengan cara itu, selain mendapatkan nilai dari guru, siswa juga bisa berbangga karena karyanya dimuat di koran atau internet.
Jika kini buku pelajaran dan perangkat pembelajaran dapat diunduh
dari dunia maya, kenapa tugas-tugas siswa tak diunggah ke dunia maya?
Sebab, untuk menjelajahi dunia maya kini sangat mudah. Saat ini hampir
semua sekolah dari jenjang SD hingga SMA telah terlayani jaringan
internet. Selain itu, warung internet (warnet) pun bertebaran hingga
pelosok desa.
Sumber: Suara Merdeka
0 Comments:
Posting Komentar
Harap beri komentar yang positif. Oke boss.....
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.