Jenis-jenis puisi lama:
Mantra
adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Contoh:
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Pantun
adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi.
Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari: pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:
Contoh:
Kalau ada jarum patah (a)
Jangan dimasukkan ke dalam peti (b)
Kalau ada kataku yang salah (a)
Jangan dimasukkan ke dalam hati (b)
Karmina
adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Contoh:
Contoh:
Dahulu parang sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
Seloka
adalah pantun berkait.
Contoh:
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh, (a)
Kayu jati bertimbal jalan (b)
Di mana hati tak kan rusuh, (a)
Ibu mati bapak berjalan (b)
Gurindam
adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a, berisi nasihat.
Contoh:
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa tinggalkan sembahyang (a)
Bagai rumah tiada bertiang (a)
Jika suami tiada berhati lurus (a)
Istri pun kelak menjadi kurus (a)
Syair
adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Contoh:
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Talibun
adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Contoh:
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu