Belajar Bahasa Indonesia Online SD SMP SMA KBBI PUEBI Buku Materi Pelajaran Tugas Latihan Soal Ujian Sekolah Penilaian Harian Silabus

Wanita Cantik Lahir Batin, Calon Istri Idaman

Wanita Cantik Lahir Batin, Kamu Harus Segera Nikahi Dia Model wanita seperti ini sangat langka. Baca selengkapnya: https://www.genpi.co/gaya-hidup/33478/wanita-cantik-lahir-batin-kamu-harus-segera-nikahi-dia

5 Mobil Mewah Termahal Yang Pernah Dijual di Indonesia

Punya khalayak otomotif yang kuat, lima mobil mewah termahal ini pernah dijual di Indonesia! https://carro.id/blog/5-mobil-mewah-termahal-yang-pernah-dijual-di-indonesia/

Timnas Indonesia U-16 menjuarai Piala AFF U-16

Bola.net - Asisten Shin Tae-yong, Nova Arianto mengapresiasi keberhasilan Timnas Indonesia U-16 menjuarai Piala AFF U-16 2022. https://www.bola.net/tim_nasional/timnas-indonesia-juara-piala-aff-u-16-2022-asisten-shin-tae-yong-jangan-layu-sebelum-berkemba-ca151c.html

Tesla Cybertruck Asli dalam Video Baru Dari Peterson

Diupload: 13 Apr 2023, Museum Otomotif Peterson memiliki prototipe Cybertruck pertama yang dipamerkan dalam pameran, selengakapnya di https://id.motor1.com/news/662022/tesla-cybertruck-asli-museum-peterson/

Kabar Baik untuk ARMY! BTS Kembali Dinobatkan sebagai Penyanyi K-Pop Terpopuler

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari laman Soompi, BTS kembali menempati peringkat pertama sebagai penyanyi K-Pop terpopuler https://cirebon.pikiran-rakyat.com/entertainment/pr-042118224/kabar-baik-untuk-army-bts-kembali-dinobatkan-sebagai-penyanyi-k-pop-terpopuler-di-bulan-juni-2021

Pencarian

Tampilkan postingan dengan label Sastrawan Dunia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sastrawan Dunia. Tampilkan semua postingan

05 Juni 2022

Kritik Sastra dan Esai: Pengertian, Struktur, Kaidah Kebahasaan, Ciri-Ciri, dan Contoh

https://www.ruangguru.com/blog/pengertian-ciri-struktur-kritik-sastra-dan-esai

Pengertian Kritik Sastra dan Esai 



Terlebih dahulu, kita akan membahas kritik sastra. Kritik sastra adalah analisis terhadap suatu karya sastra untuk mengamati atau menilai baik dan buruknya suatu karya secara objektif. 

Adapun esai diartikan sebagai karangan singkat yang membahas suatu masalah dari sudut pandang pribadi penulisnya. Masalah yang dibahas dalam esai merupakan masalah yang aktual dari berbagai bidang, seperti kesusastraan, kebudayaan, iptek, atau politik. Kamu pastinya sudah tahu dong ya tentang sejarah esai.

Lebih luasnya, Widyamartaya dan Sudiati berpendapat bahwa kritik sastra adalah pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat, dan pertimbangan yang adil terhadap baik dan buruknya kualitas, nilai, serta kebenaran suatu karya sastra. Nantinya, kritik yang sudah diberikan terhadap karya sastra dan esai dapat menjadi panduan yang memadai kepada pembaca tentang kualitas sebuah karya. 

Di samping itu, penulis karya tersebut akan memperoleh masukan yang bersifat membangun karya tersebut 


Prinsip Penulisan Kritik dan Esai

Pokok persoalan yang dibahas harus layak untuk diulas. Hasil ulasannya pun harus memberikan keterangan atau memperlihatkan sebab-musabab yang berkaitan dengan suatu peristiwa yang nyata. Jadi, yang terpenting bukan apa yang diulas, tetapi bagaimana cara penulis memberikan ulasannya.

Pendekatan yang digunakan harus jelas,  apakah persoalan  didekati dengan pendekatan faktual atau imajinatif.

Ulasan yang menggunakan pendekatan faktual harus didukung oleh fakta yang nyata dan objektif. Penulis tidak boleh mengubah fakta untuk mendukung pandangannya. 

Pernyataan yang diungkapkan harus jelas, tidak samar-samar, harus dapat dipercaya, tidak disangsikan atau disangkal, dan dapat dibuktikan kebenarannya.


Struktur Kritik dan Esai

Dalam penulisan kritik sastra maupun esai, ada beberapa struktur atau sistematika yang harus dipenuhi. Ada 3 hal penting dalam struktur kritik dan esai, yakni pernyataan pendapat, argumentasi, dan penegasan ulang atau reiterasi. Pembahasan secara detailnya antara lain:

1. Pernyataan Pendapat

Dalam esai, pendapat atau tesis menyajikan pandangan penulis terhadap objek atau fenomena yang disoroti.

2. Argumentasi

Argumen atau pendapat yang disajikan berupa alasan yang logis serta bersifat subjektif. Penegasan Ulang

3. Reiterasi

Penegasan ulang dalam esai, juga berupa ringkasan atau pengulangan kembali hal yang sudah disampaikan dan menjadi penegasan dari bagian argumentasi.


Kaidah Kebahasaan Kritik Sastra dan Esai

Dari segi kebahasaan, kritik sastra dan esai dapat dilihat dari hal berikut:

1. Pernyataan Persuasif

Pernyataan persuasif pada teks berbentuk kritik sastra dan esai, kalimat yang digunakan tidak secara jelas mencirikan kalimat persuasif secara umum. Pernyataan yang disampaikan penulis, mengulas hal dengan data atau kalimat yang logis bertujuan agar menggugah pemikiran pembaca sehingga akhirnya pembaca setuju dengan ide yang disampaikan penulis.

2. Pernyataan Fakta

Dalam kritik dan esai, pendapat penulis disajikan berdasarkan interpretasi ataupun penafsiran dari sudut pandang tertentu dengan disertai fakta-fakta pendukung. Kehadiran fakta berfungsi sebagai sarana untuk memperjelas pendapat.

3. Pernyataan Menilai

Pernyataan yang bersifat menilai atau mengomentari sangat diperlukan untuk mengetahui kurang dan lebihnya suatu karya, yang nantinya akan menjadi bahan evaluasi bagi penulis.

4. Istilah Teknis

Istilah teknis merupakan kosakata yang berkaitan pada bidang ilmu pengetahuan tertentu. Hal ini terkadang perlu dilakukan agar penulis dan pembaca dapat sepaham pada suatu pembahasan tertentu yang perlu dijelaskan secara detail.

5. Kata Kerja Mental

Kata kerja mental adalah kata kerja yang melibatkan perasaan atau respons terhadap suatu tindakan atau kejadian, bukan berupa tindakan atau aksi yang bisa diamati secara fisik.

Contoh: mengingat, merasakan, memikirkan.


Ciri-Ciri Kritik Sastra dan Esai

Seperti jenis teks lainnya, teks kritik sastra memiliki ciri, agar kamu dapat mengidentifikasi, apakah sebuah teks disebut sebagai kritik sastra.


A. Ciri-ciri Kritik Sastra yaitu:

  • Memberikan tanggapan terhadap hasil karya.
  • Memberikan pertimbangan baik dan buruk (kelebihan dan kekurangan) sebuah karya sastra.
  • Pertimbangan bersifat objektif.
  • Memaparkan kesan pribadi kritikus terhadap sebuah karya sastra.
  • Memberikan alternatif perbaikan atau penyempurnaan.
  • Tidak berprasangka.
  • Tidak terpengaruh siapa penulisnya.
 

B. Ciri-ciri Esai yaitu :

  • Berbentuk prosa.
  • Singkat, dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
  • Memiliki gaya pembeda.
  • Selalu tidak utuh.
  • Memenuhi keutuhan penulisan.
  • Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal.
  • Baca juga: Pengertian Kalimat Efektif, Syarat, dan Contohnya

Contoh Kritik Sastra

Mimpi Anak Belitung pada Novel Sang Pemimpi
Sebuah Kritik Sastra

Mimpi adalah bagian kehidupan. Tanpa mimpi kita akan kurang bersemangat untuk menjalani kehidupan. Novel Sang Pemimpi adalah sebuah novel kedua karya Andrea Hirata yang merupakan bagian tetralogi Laskar Pelangi.

Sang Pemimpi adalah judul yang tepat untuk novel ini karena memang kisah yang disajikan membuat pembaca yakin akan kekuatan mimpi. Tentunya, dengan cinta, pengorbanan, dan rahmat Tuhan, kita akan dapat mewujudkan mimpi yang kita miliki.

Tiga tokohnya, Arai, Ikal, dan Jimbron, yang digambarkan sebagai pemimpi telah menamatkan SMP dan akan melanjutkan ke SMA. Dari sinilah perjuangan dan mimpi mereka dimulai. 

Tidak tanggung-tanggung, Arai dan Ikal bermimpi untuk kuliah ke Perancis, sedangkan Jimbron memutuskan untuk menetap di Belitung. Demi impian tersebut, apapun mereka lakukan.

Impian Arai dan Ikal untuk kuliah di Prancis terwujud, Namun, ini barulah awal perjuangan yang sesungguhnya. 

Kekuatan novel ini terdapat dalam nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pembaca diajarkan agar menjadi orang yang senantiasa bersyukur. Walaupun di tengah kekurangan, jangan mengeluh dan tetap berusaha serta berdoa. Selain itu, dengan kekuatan mimpi, jangan pernah menyerah dan larut dalam kesedihan. Selain itu, penulis mengajarkan tentang nilai-nilai untuk path pada perkataan orang tua.

Dalam novel Sang Pemimpi, juga terdapat kekurangan yang dapat menjadi masukan bagi penulis. Pembaca dapat mengalami kesulitan dalam memahami bahasa yang digunakan karena ada penggunaan bahasa daerah dan bahasa Inggris yang tidak dijelaskan di glosarium. Sebaiknya penulis melengkapi kosakata berbahasa daerah dan asing pada glosarium sehingga pembaca tidak bingung dengan istilah-istilah tersebut. Hal yang digambarkan lewat kata-kata dari kutipan. "Lalu kami beralih menjadi part time office boy di kompleks kantor pemerintah. (hal. 69),


Contoh Esai

CANDU

Sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan keterikatan masyarakat kita pada media sosial. Semua kalangan seakan "terjerat" dalam rutinitas yang sama setiap harinya. Terlebih lagi kaum remaja. Remaja larut dalam aktivitas yang satu ini hampir sepanjang hari. Tentunya ada keasikan tersendiri sehingga remaja betah berlama-lama dalam menggunakannya. Salah satunya, sebagai wadah menuangkan berekspresinya.

Penggunaan media sosial di kalangan remaja akan memberikan dampak bagi penggunanya. Remaja yang tentunya masih dalam usia belajar, sering terganggu waktu belajarnya. Ditambah lagi, sebaran informasi melalui media sosial dapat membentuk opini di kalangan remaja. Misalnya tentang standar kecantikan di kalangan remaja perempuan. Hal lainnya yang sangat berbahaya dari media sosial adalah pornografi dan kejahatan melalui internet. 

Walaupun demikian, kita tidak menampik bahwa media sosial pun memiliki dampak positif, di antaranya untuk menjaga silaturahmi dengan keluarga ataupun saudara yang jauh jarak tempat tinggalnya, mendapatkan ilmu pengetahuan baru, sebagai sumber penyebaran informasi, memperluas jaringan pertemanan, dan sebagai media media promosi bisnis.

Penggunaan teknologi modern tentunya tidak lepas dari pengaruh positif dan negatif. Tentu saja hal ini bergantung dari penggunanya, Remaja diharapkan dapat membatasi diri sendiri serta control dari orang tua sangat diperlukan.


Referensi


Suryaman, Maman dkk. 2018. Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII - Kurikulum 2013 - Edisi revisi 2018. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.


Artikel diperbarui pada 10 Februari 2022
Leo Bisma
https://www.ruangguru.com/blog/pengertian-ciri-struktur-kritik-sastra-dan-esai





Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial




Share:

31 Maret 2022

Tugas Teks Resensi Novel Ayat-Ayat Cinta Kelas XI

Tugas Bahasa Indonesia kelas XI


Kompetensi Dasar:

Perhatikanlah kedua contoh teks resensi novel Ayat-Ayat Cinta berikut ini! 
(Silakan buka tautan di bawah ini!)


Teks resensi 1:



Teks resensi 2:

https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/resensi/ayat-ayat-cinta


Setelah kamu membaca kedua contoh resensi di atas, tuliskanlah 5 (lima) persamaan dan 5 (lima) perbedaan dari kedua teks resensi tersebut di buku tulis masing-masing!


Jawaban:

Persamaan:
1. ...............................................
2. ...............................................
3. ...............................................
4. ...............................................
5. ...............................................

Perbedaan:
1. ...............................................
2. ...............................................
3. ...............................................
4. ...............................................
5. ...............................................

 ===============
Keterangan: tugas akan diperiksa pàda pertemuan selanjutnya!




Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial




Share:

24 Januari 2015

Chairil Anwar - Sastrawan Pelopor Angkatan 45

.

Chairil Anwar (lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun), dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.



Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, dimana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.



Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya. Sebelum menginjak usia 27 tahun, sejumlah penyakit telah menimpanya. Chairil meninggal dalam usia muda di Rumah Sakit CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo), Jakarta pada tanggal 28 April 1949; penyebab kematiannya tidak diketahui pasti, menurut dugaan lebih karena penyakit TBC. Ia dimakamkan sehari kemudian di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta.

Chairil dirawat di CBZ (RSCM) dari 22-28 April 1949. Menurut catatan rumah sakit, ia dirawat karena tifus. Meskipun demikian, ia sebenarnya sudah lama menderita penyakit paru-paru dan infeksi yang menyebabkan dirinya makin lemah, sehingga timbullah penyakit usus yang membawa kematian dirinya - yakni ususnya pecah. Tapi, menjelang akhir hayatnya ia menggigau karena tinggi panas badannya, dan di saat dia insaf akan dirinya dia mengucap, "Tuhanku, Tuhanku..." Dia meninggal pada pukul setengah tiga sore 28 April 1949, dan dikuburkan keesokan harinya, diangkut dari kamar mayat RSCM ke Karet oleh banyak pemuda dan orang-orang Republikan termuka.

Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari masa ke masa. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar. Kritikus sastra Indonesia asal Belanda, A. Teeuw menyebutkan bahwa "Chairil telah menyadari akan mati muda, seperti tema menyerah yang terdapat dalam puisi berjudul Jang Terampas Dan Jang Putus".


.


Sumber 1


Sumber 2



Share:

Pramoedya Ananta Toer - Sastrawan Besar Yang Dikerdilkan Bangsanya

.

Pramoedya Ananta Toer (lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 – meninggal di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun), secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Pramoedya telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing.
 




Banyak dari tulisannya menyentuh tema interaksi antarbudaya; antara Belanda, kerajaan Jawa, orang Jawa secara umum, dan Tionghoa. Banyak dari tulisannya juga semi-otobiografi, di mana ia menggambar pengalamannya sendiri. Ia terus aktif sebagai penulis dan kolumnis. Ia memperoleh Ramon Magsaysay Award untuk Jurnalisme, Sastra, dan Seni Komunikasi Kreatif 1995. Ia juga telah dipertimbangkan untuk Hadiah Nobel Sastra. Ia juga memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XI 2000 dan pada 2004 Norwegian Authors' Union Award untuk sumbangannya pada sastra dunia. Ia menyelesaikan perjalanan ke Amerika Utara pada 1999 dan memperoleh penghargaan dari Universitas Michigan.

Sampai akhir hayatnya ia aktif menulis, walaupun kesehatannya telah menurun akibat usianya yang lanjut dan kegemarannya merokok. Pada 12 Januari 2006, ia dikabarkan telah dua minggu terbaring sakit di rumahnya di Bojong Gede, Bogor, dan dirawat di rumah sakit. Menurut laporan, Pramoedya menderita diabetes, sesak napas dan jantungnya melemah.

Pada 6 Februari 2006 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, diadakan pameran khusus tentang sampul buku dari karya Pramoedya. Pameran ini sekaligus hadiah ulang tahun ke-81 untuk Pramoedya. Pameran bertajuk Pram, Buku dan Angkatan Muda menghadirkan sampul-sampul buku yang pernah diterbitkan di mancanegara. Ada sekitar 200 buku yang pernah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia.

Pada 27 April 2006, Pram sempat tak sadar diri. Pihak keluarga akhirnya memutuskan membawa dia ke RS Saint Carolus hari itu juga. Pram didiagnosis menderita radang paru-paru, penyakit yang selama ini tidak pernah menjangkitinya, ditambah komplikasi ginjal, jantung, dan diabetes. Pada 30 April 2006 pukul 08.55 Pramoedya wafat dalam usia 81 tahun.

Jenazah dimandikan pukul 12.30 WIB, lalu disalatkan. Setelah itu, dibawa keluar rumah untuk dimasukkan ke ambulans yang membawa Pram ke TPU Karet Bivak. Terdengar lagu Internationale dan Darah Juang dinyanyikan di antara pelayat.


.


Sumber 1


Sumber 2



Share:

07 Maret 2014

Aya Lancaster, pengarang novel ”Chronicles of The Fallen: Rebellion”

.




Novelis muda dan berprestasi, demikian kesan pertama bertemu dengan Aya Lancaster, 24, pengarang novel ”Chronicles of The Fallen: Rebellion.” Novel itu sudah tersebar di 28 negara, tapi malah terasing di negerinya sendiri.

Gadis berambut panjang ini bisa berkarya tulis dalam bentuk novel setebal 665 halaman berbahasa Inggris. Novel Aya lebih dihargai di mancanegara daripada di Tanah Air. Karyanya sempat ditolak beberapa penerbit lokal, tapi hikmahnya justru dilirik penerbit internasional. ”Saat itu sulit mencari penerbit yang mau menerbitkan naskah saya. Saya pernah menawarkan novel pertama saya ini ke beberapa penerbit besar di Indonesia. Saya sempat dipingpong ke sana kemari selama dua minggu di sebuah penerbitan besar.

Mereka bilang waktu itu, novel saya belum jadi tren di Indonesia,” kata Aya. Penolakan itu tidak mematahkan semangat Aya untuk menerbitkan novel tersebut. ”Saya disarankan oleh teman untuk menawarkan novel ini ke penerbit luar dan memang penerbit luar malah menerima dan mau menerbitkan novel saya,” kata mahasiswi Jurusan IT International di Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) Bandung ini.

Meski kurang diminati penerbit Indonesia, novel terbitan perusahaan asal Inggris, Author Haouse, disambut hangat pembaca di banyak negara di dunia. Hingga akhirnya novel karya Aya ini mendapat perhatian cukup luas di kalangan pembaca dan peminat dunia perbukuan di Indonesia, menjadi diskusi panjang di beberapa jejaring sosial, juga portalportal di internet. ”Di Indonesia belum ada yang menjual. Sejauh ini yang ingin membeli biasanya viaeBay atau Amazon.

Saat saya mengikuti Festival Ubud Writers and Readers (UWRF), beberapa eksemplar dikirimkan ke Bali,” ujar Aya. Karya wanita asal Jakarta ini berisi tentang tema besar yaitu kekuasaan Tuhan yang tak bisa dipatahkan. Aya menjelaskan, novel tersebut berisi cerita fantasi layaknya kisah supranatural, thriller, dan suspense.

Sejak diluncurkan pada Oktober 2011, novel yang menggunakan bahasa Inggris- Amerika ini sudah banyak dibaca banyak orang di Inggris, Belanda, Prancis, Italia, Amerika Serikat, termasuk Australia. Sementara di kawasan Asia hanya bisa didapatkan di Singapura, Korea, China, dan Jepang. Novel yang telah dibuat resensinya oleh Readers Digest ini akan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, namun Aya masih mengalami kendala bahasa untuk menerjemahkannya.

”Agak sulit mencari beberapa padanan kata untuk beberapa kata slankAmerika. Memang ada bagian-bagian dimana saya memakai bahasa Inggris umum, tapi banyak bagian lain terutama dialog sarkasme yang akan meleset pengertiannya kalau diterjemahkan dan malah terasa aneh,” ungkap Aya.

Berhubung tema novelnya agak rumit, dialog-dialog ini yang akan menyegarkan pembaca setelah dihadapkan dengan perpaduan cerita yang kompleks antara konspirasi, kesetiaan, cinta dan keyakinan dengan sentuhan aksi dan semidetektif ini. Dia menerima banyak masukan dari orangorang terdekat untuk menolak diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.

”Lagipula saya menulis sejak awal sudah dengan Bahasa Inggris, jadi agak mikir juga ketika diminta diterjemahkan,” ucap Aya. Kini, dia sedang menggarap lanjutan dari buku pertamanya ”Buku kedua ini berjudul Chronicles of The Fallen: Rebirth, ” katanya.



https://www.google.com/search = AYA+LANCASTER

http://www.goodreads.com/author/show/5348612.Aya_Lancaster

https://twitter.com/ayalancaster
Share:

Chronicles of the Fallen : Rebellion - DIPUJI di negeri orang, tapi tak dilirik di negeri sendiri

.


DIPUJI di negeri orang, tapi tak dilirik di negeri sendiri. Itulah perjalanan novel "Chronicles of the Fallen : Rebellion" karya Tasya Agustina Thalib (23) yang memiliki nama pena Aya Lancaster. Novel berbahasa Inggris dengan tebal 448 halaman itu dicetak di Amerika Serikat oleh perusahaan penerbitan yang berpusat di Inggris. Novel Rebellion ini telah beredar di sejumlah negara Eropa, Asia, Afrika dan Amerika Serikat.


 
"Saya pernah menawarkan novel pertama saya ini ke beberapa penerbit besar di Indonesia. Saya sempat diping-pong ke sana kemari selama dua minggu di sebuah penerbitan besar. Mereka bilang, novel saya ini belum tren di Indonesia. Ide dan ceritanya belum biasa dan khawatir memunculkan kontroversi karena tokoh utamanya iblis perempuan dan malaikat. Padahal ini novel fiksi dan jalan ceritanya tidak seperti yang mereka bayangkan," katanya kepada wartawan, Sabtu (21/1/12) siang dalam acara Meet and Greet di aBhi Cuisine Jln. Belakang Pasar No. 110, Kota Bandung.

Mahasiswi Jurusan Teknologi Informasi di Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) Bandung itu, nyaris patah arang karena tak ada satupun penerbit di Indonesia yang mau melirik novel perdananya. Apalagi, Aya membutuhkan hampir 10 tahun untuk menyusun novel fiksi bergenre fantasi dan supernatural itu. Namun, titik terang itu muncul tatkala Aya mengunjungi saudaranya di Batam. Di sana, Aya melihat adanya tawaran penerbitan untuk penulis pemula dari sebuah perusahaan penerbitan di Inggris.

"Saya cukup kirim e-mail (pos-el). Lalu atas dorongan dan dukungan teman-teman, saya coba kirim email penawaran termasuk tulisan mentah saya. waktu itu, belum saya bikin resensi bukunya. Ternyata e-mail saya langsung di-reply. Dan saya terus e-mail-e-mailan dengan orang dari penerbitan itu hingga akhirnya dicetak dan didistribusikan. Mereka sangat antusias dengan novel ini karena novel dengan genre inilah yang mulai tumbuh di Eropa dan Amerika," ucap bungsu dari tiga bersaudara itu.

Sejak diluncurkan pada Oktober 2011 silam, sudah cukup banyak orang yang membeli novel Rebellion tersebut. Hampir seluruh pembelinya berasal dari luar Indonesia seperti Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Jepang, dan Singapura. Di beberapa negara malah sudah sold out. Kebanyakan pembelian via online yaitu www.amazon.com, www.ebay.com, www.authorhouse.com, dan toko buku tertua di Inggris "Barnes and Noble". Novel ini juga telah diresensikan Reader's Digest.

Secara singkat, novel yang ditulis sejak Aya duduk di bangku SMP itu, mengangkat sisi lain pertarungan antara malaikat dan iblis, serta menunjukkan bahwa tidak ada yang bisa mengalahkan Yang Maha Kuasa. Di dalamnya juga ada intrik-intrik asmara, persahabatan, dan penghianatan. Rencananya, novel itu akan diluncurkan juga di dua daerah di Indonesia yaitu Jakarta dan Bali.

"Untuk sementara memang tetap pakai bahasa American-English. Memang ada orang Prancis yang ingin menerbitkan novel ini dalam bahasa Indonesia dan meminta saya untuk menerjemahkannya. Tapi sampai saat ini, saya belum sempat. Soalnya agak sulit mencari beberapa padanan kata untuk beberapa kata slank Amerika. Dan kemungkinan akan menjadi sangat tebal jika dicetak dalam versi Bahasa Indonesia. Namun, suatu saat pasti ada versi Bahasa Indonesia-nya. Doakan saja yah," ucap cewek berambut panjang itu.


Google Search: Chronicles of The Fallen: Rebellion
http://www.amazon.com/Chronicles-Fallen-Rebellion-Aya-Lancaster/dp/1456779494

Share:

20 Maret 2013

Pramoedya Ananta Toer - Biografi

Pramoedya Ananta Toer (lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 – meninggal di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun), secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Pramoedya telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing.


Pramoedya dilahirkan di Blora, di jantung Pulau Jawa, pada 1925 sebagai anak sulung dalam keluarganya. Ayahnya adalah seorang guru, sedangkan ibunya berdagang nasi. Nama asli Pramoedya adalah Pramoedya Ananta Mastoer, sebagaimana yang tertulis dalam koleksi cerita pendek semi-otobiografinya yang berjudul Cerita Dari Blora. Karena nama keluarga Mastoer (nama ayahnya) dirasakan terlalu aristokratik, ia menghilangkan awalan Jawa "Mas" dari nama tersebut dan menggunakan "Toer" sebagai nama keluarganya. Pramoedya menempuh pendidikan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya, dan kemudian bekerja sebagai juru ketik untuk surat kabar Jepang di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia.


Pada 27 April 2006, Pram sempat tak sadar diri. Pihak keluarga akhirnya memutuskan membawa dia ke RS Saint Carolus hari itu juga. Pram didiagnosis menderita radang paru-paru, penyakit yang selama ini tidak pernah menjangkitinya, ditambah komplikasi ginjal, jantung, dan diabetes. Kabar meninggalnya Pram sempat tersiar sejak pukul 03.00. Tetangga-tetangga sudah menerima kabar duka tersebut. Namun, pukul 05.00, mereka kembali mendengar bahwa Pram masih hidup. Terakhir, ketika ajal menjemput, Pram sempat mengerang, "Akhiri saja saya. Bakar saya sekarang," katanya. Pada 30 April 2006 pukul 08.55 Pramoedya wafat dalam usia 81 tahun.




Sumber Tulisan
Share:

14 Agustus 2012

Nobel Sastra Dunia

Penghargaan Nobel Kesusastraan (bahasa Inggris: Nobel Prize in Literature; bahasa Swedia dan bahasa Norwegia: Nobelpriset i litteratur) adalah satu dari lima Penghargaan Nobel yang diadakan atas permintaan oleh penemu dan industrialis Swedia Alfred Nobel. Penghargaan ini diberikan pada orang yang paling giat melaksanakan hubungan yang bersifat internasional, pendiri pergerakan perdamaian atau berusaha mengurangi atau melenyapkan peperangan.
Share:

Ernest Miller Hemingway (Sastrawan Dunia)

Ernest Miller Hemingway (lahir 21 Juli 1899 – meninggal 2 Juli 1961 pada umur 61 tahun) adalah seorang novelis, pengarang cerita pendek, dan jurnalis Amerika. Gaya penulisannya yang khas dicirikan oleh minimalisme yang singkat dan dengan gaya seadanya (understatement) dan mempunyai pengaruh yang penting terhadap perkembangan fiksi abad ke-20. Tokoh-tokoh protagonis Hemingway biasanya stoik, seringkali dilihat sebagai proyeksi dari karakternya sendiri–orang-orang yang harus memperlihatkan "keanggunan di bawah tekanan." Banyak dari karyanya dianggap klasik di dalam kanon sastra Amerika.

Hemingway, yang dijuluki "Papa," adalah bagian dari komunitas ekspatriat pada 1920-an di Paris, seperti yang digambarkan dalam novelnya A Moveable Feast. Ia yang dikenal sebagai bagian dari "Generasi yang Hilang," sebuah nama yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Gertrude Stein, mengalami kehidupan sosial yang penuh dengan badai, menikah empat kali, dan konon menjalin banyak hubungan romantis semasa hidupnya. 

Hemingway memperoleh Hadiah Pulitzer pada 1953 untuk The Old Man and the Sea. Ia memperoleh Penghargaan Nobel dalam Sastra pada 1954, meskipun ia mengatakan bahwa ia "akan berbahagia–lebih berbahagia...bila hadiah itu diberikan kepada pengarang yang cantik itu Isak Dinesen," sambil merujuk kepada pengarang Denmark Karen Blixen. Pada 1961, dalam usia 61, ia bunuh diri.

Kehidupan awal 
Ernest Hemingway dilahirkan pada 21 Juli 1899 di Oak Park, Illinois, sebuah suburban dari Chicago. Hemingway adalah anak lelaki pertama dan anak kedua dari enam anak yang dilahirkan dalam keluarga Clarence Edmonds ("Doctor Ed") dan Grace Hall Hemingway. Ayah Hemingway, seorang dokter, menyaksikan kelahiran Ernest dan kemudian meniup sebuah serunai di teras depannya, untuk mengumumkan kepada tetangga-tetangganya bahwa istrinya telah melahirkan seorang bayi lelaki. 

Keluarga Hemingway tinggal di sebuah rumah bergaya Victoria dengan enam kamar tidur, yang dibangun oleh nenek Ernest dari pihak ibunya yang telah menjanda, Ernest Hall, seorang imigran Inggris dan veteran Perang Saudara yang tinggal bersama keluarga itu. Nama Hemingway diberikan mengikuti nama neneknya.

Ibunda Hemingway berbakat menyanyi dan pernah bercita-cita untuk menjadi penyanyi opera dan hidup dengan memberikan pelajaran menyanyi dan musik. Ia seorang yang dominan dan seorang yang saleh dan berpandangan sempit, yang mencirikan etika Protestan yang ketat di Oak Park, yang kelak digambarkan Hemingway mempunyai "halaman yang luas dan pikiran yang sempit." 

Ibunya ingin melahirkan anak kembar, dan ketika hal itu tidak terjadi, ia mendandani Ernest yang kecil dan saudara perempuannya Marcelline (18 bulan lebih tua) dengan pakaian yang sama dan gaya rambut yang sama pula, sambil berpura-pura bahwa kedua anak itu "kembar". Grace Hemingway lebih jauh memperlakukan anaknya secara feminin pada masa remajanya dengan memanggilnya "Ernestine." (Meskipun hal ini banyak dipemasalahkan oleh para penulis biografi -- khususnya Kenneth S. Lynn -- harus dicatat bahwa anak-anak lelaki dari kelas menengah keluarga Victorian sering diperlakukan seperti ini.)

Sementara ibunya berharap bahwa anaknya akan mengembangkan minat dalam musik, Hemingway mewarsi minat ayahnya yang aktif dalam kegiatan di luar rumah, yaitu berburu dan memancing di hutan-hutan dan danau-danau di Michigan utara. Keluarga itu memiliki sebuah rumah yang dinamai Windemere di Danau Walloon, Michigan dan seringkali melewati liburan musim panasnya di sana. Pengalaman-pengalaman awal dalam hubungan erat dengan alam ini kelak menanamkan dalam diri Hemingway kecintaan yang mendalam dan berlangsung seumur hidup terhadap petualangan di luar rumah dan kehidupan di tempat-tempat di dunia yang umumnya dianggap terpencil atau terisolasi.

Hemingway belajar di SMA Oak Park dan River Forest dan di sana ia berhasil baik dalam bidang akademis maupun atletik. Hemingway bertinju dan bermain rugby, serta memperlihatkan bakat yang luar biasa dalam pelajaran sastra Inggris. Pengalaman menulisnya yang pertama adalah menjadi untuk Trapeze dan Tabula, surat kabar dan majalah sastra sekolah.

Setelah SMA Hemingway tidak melanjutkan ke sekolah tinggi. Sebaliknya, pada usia 17 tahun ia memulai karier penulisannya sebagai seorang reporter muda untuk The Kansas City Star (1917). Meskipun ia bekerja di koran itu hanya selama enam bulan, sepanjang hidupnya ia menggunakan pedoman dari gaya penulisan Star' sebagai dasar untuk gaya penulisannya: "Gunakan kalimat-kalimat pendek. Gunakan alinea pertama yang singkat. Gunakan bahasa Inggris yang hidup. Bersikaplah positif, jangan negatif."

Perang Dunia I 
Hemingway meninggalkan pekerjaannya sebagai reporter setelah hanya beberapa bulan, dan, bertentangan dengan kehendak ayahnya, ia berusaha bergabung dengan Angkatan Darat Amerika Serikat untuk menyaksikan aksi dalam Perang Dunia I. Konon ia gagal dalam ujian kesehatan karena penglihatannya yang buruk (tidak ada catatan tentang hal ini), dan karena itu ia bergabung dengan Korps Ambulans Palang Merah berangkat ke Italia. Dalam perjalanan ke front Italia, ia berhenti di Paris, yang saat itu terus-menerus dibom oleh artileri Jerman. Bukannya tinggal di tempat yang relatif aman di Hotel Florida, Hemingway malah berusaha mencapai arena pertempuran sedekat mungkin.

Segera setelah tiba di front Italia, ia menyaksikan kebrutalan perang; pada hari pertama tugasnya, sebuah pabrik amunisi dekat Milano mengalami ledakan. Hemingway harus memunguti potongan-potongan tubuh manusia, umumnya perempuan yang bekerja di pabrik itu. Perjumpaan yang pertama, dan sangat kejam dengan maut ini membuatnya gemetar. Para serdadu yang dijumpainya kelak tidak menolongnya meringankan rasa ngerinya. 

Misalnya, salah seorang di antara mereka, Eric Dorman-Smith, mengutip baginya satu baris ungkapan dari Bagian Dua dari Henry IV karya Shakespeare: aku tidak peduli, mati hanya satu kali; kita berutang maut kepada Tuhan ... dan biarkanlah hal itu terjadi sesukanya; orang yang mati tahun ini berarti bebas pada tahun depan." (Hemingway sendiri kelak mengutip ungkapan dari Shakespeare yang sama ini dalam cerita-cerita pendek Afrikanya yang terkenal.) Dalam kesempatan lain, seorang serdadu berusia 50 tahun, yang kepadanya Hemingway berkata, "Anda troppo vecchio untuk perang ini, Pak," menjawab, "Saya dapat mati seperti siapa saja." ("troppo vecchio" berarti "terlalu tua " dalam konteks ini)

Di front Italia pada 8 Juli 1918, Hemingway terluka ketika sedang mengirim pasokan kepada tentara, hingga kariernya sebagai pengemudi ambulans pun berakhir. Rincian persisnya tentang serangan ini dipertikaikan, tetapi Hemingway pasti terkena pecahan mortir parit Austria yang meninggalkan potongan-potongannya di kedua kakinya, dan oleh sebuah rentetan tembakan senapan mesin. Karena itu ia dianugerahi Medali Perak (medaglia d'argento) dari pemerintah karena, sementara terluka, ia menyeret seorang serdadu Italia yang telruka hingga ke tempat aman.

Setelah pengalaman ini, Hemingway dirawat di sebuah rumah sakit Milano yang dikelola oleh Palang Merah Amerika. Di rumah sakit itu tidak banyak yang dapat dilakukannya sebagai hiburan. Hemingway seringkali minum-minum dan membaca surat kabar untuk melewatkan waktu. Di situ pulalah ia bertemu dengan Suster Agnes von Kurowsky dari Washington, D.C., salah seorang dari 18 perawat yang masing-masing merawat empat pasien. Hemingway jatuh cinta kepada Suster Agnes, yang usianya lebih dari enam tahun lebih tua daripadanya, tetapi hubungan mereka tidak berlanjut. Setelah ia kembali ke AS, Suster Agnes jatuh cinta dan menikah dengan lelaki lain. Kejadian-kejadian ini memberikan ilham dan kemudian dijadikan fiksi dalam salah satu novel pertama Hemingway, A Farewell to Arms.

Setelah Perang Dunia I 
Setelah Perang Dunia, Hemingway kembali ke Oak Park. Merasa diusir dari Amerika Serikat sebagian karena larangan minuman keras, pada 1920 ia menerima pekerjaan di Toronto, Ontario pada Toronto Star. Ia bekerja di sana sebagai penulis bebas, penulis staf, dan koresponden asing. Di Toronto inilah Hemingway bersahabat dengan rekan wartawan Star Morley Callaghan. Callaghan telah mulai mengarang cerita-cerita pendek pada saat ini dan memperlihatkannya kepada Hemingway, yang memujinya sebagai karya yang indah. Callaghan dan Hemingway belakangan bersatu kembali di Paris.

Ernest tinggal dekat bagian utara Chicago (1920 hingga 1921), bekerja untuk sebuah surat kabar kecil Pada 1921, Hemingway menikah dengan istri pertamanya, Hadley Richardson. Bulan September, ia pindah ke apartemen lantai empat yang sempit di 1239 North Dearborn dekat bagian utara Chicago yang kumuh. Gedung ini masih berdiri sekarang dengan plakat di depannya yang berbunyi "Apartemen Hemingway." Hadley merasa apartemen itu gelap dan meresahkan dan, sebagian karena alasan ini, suami-istri Hemingway memutuskan untuk tinggal di luar negeri untuk sementara waktu. Pada Desember 1921 Hemingway meninggalkan Chicago dan Oak Park untuk selama-lamanya.

Atas nasihat Sherwood Anderson, mereka menetap di Paris, dan di sana Hemingway meliput Perang Yunani-Turki untuk Star. Setelah kembalinya Hemingway ke Paris, Anderson memberikan kepadanya surat perkenalan untuk Gertrude Stein. Stein menjadi mentornya dan memperkenalkannya kepada "Gerakan Modern Paris" yang saat itu berlangsung di Wilayah Montparnasse; inilah permulaan dari lingkaran ekspatriat Amerika yang belakangan dikenal sebagai Generasi yang Hilang, sebuah istilah yang diciptakan oleh Stein. 

Mentor Hemingway lainnya yang berpengaruh adalah Ezra Pound, pendiri imagism. Hemingway belakangan mengenang kelompok ini dan berkata, "Setengah waktu Ezra benar, dan bila dia keliru, dia keliru sekali hingga kita tidak akan ragu sedikit pun tentang hal itu. Gertrude selalu benar." Kelompok ini seringkali mengunjungi toko buku Sylvia Beach, Shakespeare & Co., di 12 Rue de l'Odéon. 

Setelah penerbitan tahun 1922 dan dilarangnya karya rekan mereka dari Amerika James Joyce, Ulysses, Hemingway menggunakan sahabat-sahabatnya yang berbasis di Toronto untuk menyelundupkan novel-novel itu ke Amerika Serikat. Buku pertama Hemingway sendiri, yang berjudul Three Stories and Ten Poems (1923), diterbitkan di Paris oleh Robert McAlmon. Pada tahun yang sama, ketika ia kembali sebentar ke Toronto, anak lelaki pertama Hemingway dilahirkan. Hemingway meminta Gertrude Stein untuk menjadi ibu serani John. Karena sibuk mengasuh keluarga, Hemingway menjadi bosan dengan Toronto Star dan mengundurkan diri pada 1 Januari 1924.

Debut sastra Hemingway di Amerika dimulai dengan penerbitan kumpulan cerita pendeknya In Our Time (1925). Sketsa yang kini menjadi antar-bab dari versi Amerikanya mulanya diterbitkan di Eropa sebagai In Our Time (1924). Karya ini penting bagi Hemingway, karena mengukuhkan kembali kepadanya bahwa gaya minimalisnya dapat diterima oleh komunitas sastra. "Big Two-Hearted River" adalah cerita terbaik dari kumpulan ini.

Gertrude Stein (dalam sebuah potret oleh Pablo Picasso) lama menjadi mentor Hemingway dan memberikan pengaruh yang penting terhadap gaya dan perkembangan sastranya.

Pada April 1925, dua minggu setelah diterbitkannya The Great Gatsby, Hemingway berjumpa dengan F. Scott Fitzgerald di Dingo Bar. Fitzgerald dan Hemingway mulanya bersahabat karib, seringkali minum dan berbincang bersama. Mereka sering tukar-menukar naskah, dan Fitzgerald banyak menolong perkembangan karier Hemingway serta penerbitan kumpulan cerita-ceritanya yang pertama, meskipun belakangan hubungan mereka mendingin dan menjadi lebih kompetitif. 

Namun demikian istri Fitzgerald, Zelda, sejak awal tidak suka terhadap Hemingway. Dengan terang-terangan ia menggambarkan Hemingway sebagai orang yang “penuh kepura-puraan” dan “palsu seperti cek karet” serta menyatakan bahwa kepribadiannya yang macho hanyalah sebuah kedok. Ia pun merasa sangat yakin – hingga pada tingkat yang tidak rasional – bahwa Hemingway adalah seorang homoseksual dan menuduh suaminya menjalin hubungan cinta dengannya.

Apakah pertimbangan Zelda Fitzgerald tentang hubungan antara kedua orang itu benar atau tidak, sejumlah sumber mengatakan bahwa homofobia Hemingway yang tercatat dengan baik dan serangan-serangannya yang banyak diajukan kepada orang-orang yang terang-terangan homoseksual, seperti misalnya Jean Cocteau, adalah suatu tindakan berlebih-lebihan untuk menutupi homoseksualitasnya sendiri. Dalam salah satu contohnya, sebuah anekdot yang dikisahkan oleh Hemingway telah membuat Cocteau marah dan menuduh Radiguet (yang dikenal di kalangan sastra Paris sebagai "Monsieur Bébé") dekaden dengan hubungan gelapnya dengan seorang model: "Bébé est vicieuse. Il aime les femmes." ("Baby tak bermoral. Ia suka perempuan." [Perhatikan adjektiva feminin yang digunakan di sini]). 

Radiguet, demikian menurut Hemingway, menggunakan seksualitas untuk memajukan kariernya, karena sebagai penulis "yang tahu bagaimana memajukan kariernya bukan hanya dengan pena tetapi juga dengan pensil," sebuah rujukan yang sensasional kepada penis. Kemarahan yang jelas terhadap Cocteau dan Radiguet (yang hubungannya sangat diperdebatkan dalam sumber-sumber lainnya) memperlihatkan kebencian yang inheren terhadap kaum homoseksual yang juga merupakan tema sentral dari banyak cerita pendeknya, termasuk "The Sea Change".

Hubungan ini dan malam-malam panjang sambil minum-minum memberikan ilham bagi novel pertama Hemingway yang suksesThe Sun Also Rises (1926). Ia hanya membutuhkan enam minggu untuk menyelesaikannya di restoran favoritnya di Montparnasse, La Closerie des Lilas. Novel ini, yang isinya setengah-biografis karena mengikuti sekelompok ekspatrian Amerika di Eropa, sukses dan dipuji oleh para kritikus. Sementara Hemingway mulanya mengklaim bahwa novel adalah bentuk kuno sastra, ia tampaknya diilhami untuk menulis novel setelah membaca naskah Fitzgerald untuk The Great Gatsby.

Hemingway bercerai dengan Hadley Richardson dan menikahi Pauline Pfeiffer, seorang Katolik yang saleh dari Piggott, Arkansas, pada 1927. Hemingway sendiri pada saat ini beralih menjadi Katolik. Tahun itu bukunya Men Without Women, sebuah kumpulan cerita pendek diterbitkan. Isinya memuat "The Killers", salah satu cerita Hemingway yang paling terkenal dan paling sering dimuat dalam antologi. La Closerie des Lilas, tampak di sini pada 1909, adalah restoran favorit Hemingway di distrik Montparnasse, Paris. Di sinilah ia menulis The Sun Also Rises.

Pada 1928, ayah Hemingway, Clarence, yang mengidap diabetes dan dilanda masalah-masalah keuangan, melakukan bunuh diri dengan sebuah pistol tua dari old masa Perang Saudara. Tindakannya ini sangat melukai Hemingway. Ia segera berangkat ke Oak Park untuk mengatur pemakamannya dan menimbulkan kehebohan karena ia mengungkapkan gagasan Katolik bahwa orang yang bunuh diri akan masuk ke neraka. Pada saat yang hampir bersamaan, Harry Crosby, pendiri Black Sun Press dan sahabat Hemingway dari masa ia tinggal di Paris, juga membunuh dirinya sendiri. Pada tahun yang sama itu, anak lelaki Hemingway, Patrick, lahir di Kansas City (anak lelakinya yang ketiga, Gregory, dilahirkan beberapa tahun kemudian). Anak itu lahir dengan bedah Caesar setelah ibunya dengan susah payah berusaha melahirkannya. Rincian kejadiannya dimasukkan oleh Hemingway ke dalam bagian penutup dari novelnya, A Farewell to Arms.

A Farewell to Arms yang diterbitkan pada 1929, menggambarkan secara terinci kisah cinta antara Frederic Henry, seorang tentara Amerika, dengan Catherine Barkley, seorang perawat Inggris. Novel ini sangat bersifat otobiorafisnya Hemingway sendiri. Plotnya secara langsung diilhami oleh pengalamannya dengan Suster von Kurowsky di Milano; kesakitan yang hebat di saat melahirkan anaknya Patrick oleh istri keduanya, Pauline, mengilhami proses melahirkan Catherine dalam novel tersebut; Kitty Cannell dalam kehidupan nyatanya mengilhami tokoh fiksinya, Helen Ferguson; sang pastor dalam novel ini didasarkan pada Don Giuseppe Bianchi, pastor dari Residem ke-69 dan ke-70 dari Brigata Ancona. 

Sementara ilham untuk tokoh Rinaldi tidak jelas, yang menarik ialah bahwa ia sudah muncul dalam In Our Time. A Farewell to Arms diterbitkan pada saat ketika buku-buku tentang Perang Dunia I lainnya juga banyak beredar, Her Privates We oleh Frederic Manning, All Quiet on the Western Front oleh Erich Maria Remarque, Death of a Hero oleh Richard Aldington, and Goodbye to All That oleh Robert Graves. Sukses A Farewell to Arms membuat Hemingway mandiri secara finansial.



Selengkapnya baca di sini.
Share:

29 Juli 2012

Pengertian Membaca Puisi (Poetry Reading)

Pengertian Membaca Puisi 




Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
 
Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam Tarigan, 1984:7)

Membaca puisi adalah perbuatan menyampaikan hasil-hasil sastra (puisi) dengan bahasa lisan (Aftarudin, 1984:24). Membaca puisi sering diartikan sama dengan deklamasi. Membaca puisi dan deklamasi mengacu pada satu pengertian yang sama, yakni mengkomunikasikan puisi kepada para pendengarnya.
 
Suharianto (dalam Mulyana, 1997:34) membatasi bahwa hakikat membaca puisi tidaklah berbeda dengan deklamasi, yaitu menyampaikan puisi kepada penikmatnya dengan setepat-tepatnya agar nilai-nilai puisi tersebut sesuai dengan maksud penyairnya.
Share:

Populer di Indonesia

Sahabat Sejati

Informasi Terkini

Populer Bulanan

Populer Mingguan

Kirim Pesan

Nama

Email *

Pesan *

Arsip Blog